33. Alamat buruk

1.3K 71 9
                                    

I don't need a reason to say I Love You.

Millynea Alsava

🐾🐾🐾

Demi kesejahteraan bersama. Milly menggeret Agam sejauh mungkin dari lapangan, meminimalisir banyaknya pasang mata yang mengarah pada mereka. Tapi nyatanya Agam tetap saja terlihat sangat mencolok. Jelas, seragam mereka berbeda.

"Jauh banget ya?" tanya Agam setelah lama terdiam.

"Shtt. Diem. "

Agam menurut, sesekali ceringannya muncul. Jika teman-temannya melihat ini, habislah dia ditertawakan.

"Jangan-jangan modus minta gandengan terus? " kikikan Agam menghentikan langkah Milly. Sekarang mereka berada di depan gerbang sekolah.

Dia baru sadar, sedari tadi tangannya tak lepas dari genggaman cowok tengil ini. Yampun.

"AGAM!! "

Teriakan Milly beradu dengan udara, bukan seberapa kencang ia berteriak. Tapi lihatlah wajah semerah tomat cerry itu. Bagi Agam, lucu.

"Iya, sayang. Kenapa?"

Ya Tuhan, Milly berusaha menghirup semua oksigen baik disekelilinnya yang penuh karbondioksida ini. Ia butuh banyak untuk menyalurkan emosinya.

"Jangan panggil sayang!"

"Say? "

"No! "

"Ay?"

"No! "

"Yang?"

"No! No! No! "

"Terus maunya apa dong?" tanya Agam menggoda.

Entah sejak kapan Agam suka dengan tingkah bar-bar Milly, hiburan termujarab baginya.

"Jangan panggil! Lo tuh ngapain kesini, hah?! "

"Nyamperin kamu lah, yuk pulang. " hendak menggandeng tangan Milly tapi langsung di tepis olehnya.

Entah dedemit mana yang merasuki Agam disiang bolong begini.

"Lo bolos? Kenapa?" Milly menanyakan itu dengan sirat kekhawatiran, bukan emosi.

Agam tersenyum jumawa, "lagi bosen.  Lo masih lama lagi gak?"

Sekedar informasi, ini baru jam istirahat pertama. Jelas sekali bukan betapa masih lama lagi bel pulang itu berdering.

"Gue masih banyak perlu, mending lo balik ke sekolah. Belajar yang bener biar pinter."

Agam tertawa, tawa yang renyah "Emang kalo pinter, bisa jamin lo bakal bahagia?"

Agam ini masih dalam mode sensitif boy. Yang jelas dia paham maksud Milly begitupun sebaliknya.

"Biasa aja kali itu muka, pengin gue usap pake spons pak Bon deh. "

"Lo pikir muka gue wajan apa? Udah sana balik ke kandang, ganggu tau."

"Oke. Gue tunggu lo, kita pulang bareng."

Milly malas mendebat lagi, karena yang waras harusnya ngalah. Jadi, "Terserah lo begimana maunya."

Milly kembali masuk ke area dalam sekolah, meninggalkan Agam yang tersenyum cerah. Semudah itu Milly mengukirnya.

Dilain sisi, Yoan tengah lahap menyantap bakso jumbo miliknya dengan rakus, tak menyadadari dekat dengan radius kedatangn Milly dari sudut pintu kantin.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang