"Ada gak warung yang jual menu SABAR? Kalo ada gue pesen satu, buat tahan ngadepin tingah ajaib, Lo."
•Mileno Adhyastha•
💧💧💧
Sore ini Milly berencana membeli buku novel, untuk mengerjakan tugas bahasa Indonesianya. Ia disuruh untuk merangkum setelah itu di presentasikan di depan kelas. Meskipun waktunya masih 2 mingguan lagi, tapi ia tak mau menunda-nunda, meski ia terkenal bobrok dalam semua mata pelajaran.
Sebenarnya ini tugas kelompok, hanya saja ia yang ditugaskan untuk membeli buku tersebut.
Milly sudah siap dengan dandan casualnya. Karena prinsipnya tak perlu dandan ribet, cukup mandi saja yang bersih biar wangi. Toh, dia tidak akan bertemu dengan Shawn Mendes ataupun Jung Kook-nya di mall.
Milly keluar dari kamar, hendak pamit pada Mira. Menuruni tangga menuju ruang tengah, matanya mulai menjelajah seisi ruang tetapi tak ia temukan juga sosok Mira.
Sayup-sayup Milly mendengar suara Mamanya itu dari luar. Ia memutuskan untuk menghampiri Mira.
"Ma, Milly pamit mau beli buku, bentar ya." ucapnya setelah sampai dihadapan Mira.
"Kamu pergi pake apa? Ini udah sore loh, angkutan umum kan mulai susah nyarinya."
"Pake motor, deh. Boleh, kan?"
"Nggak." jawab Mira cepat. "Kamu lupa? Kalau nanti nabrak pohon toge lagi gimana?"
Milly memutar bola matanya jengah, dan menghela napas lelah. Gini nih, susahnya minta ijin buat bawa motor, dan yang buat ia milih naik angkutan umum.
Mana ada pohon toge di pinggir jalan? Sarap mah iya yang nanem.
"Pohon mangga kali, Mah. Bukan toge." koreksi Milly.
"Nah, itu. Emang tadi Mama bilang toge? Maksudnya tuh pohon yang gede." Mira tersenyum puas, tak mau kalah berargumen."Kamu pergi sama siapa?"
Daripada makan sabar, Milly mengabaikan pertanyaan pertama dan memilih menjawab yang kedua.
"Sendiri, makanya bolehin bawa motor, ya... ya... ya..." Milly masih berusaha membujuk sang Mama.
Mira nampak menimbang sesuatu. Kemudian senyumnya kembali merekah. Milly merasa sedikit senang, karena ada secerca harapan ia dibolehkan membawa motor.
"Gak boleh," pupus sudah harapan Milly. "Tapi, kalo ditemenin sama Milen, baru boleh." lanjutnya.
Milly membelalak. Kenapa Mamanya berpikiran seperti itu, coba?
"Milen mau kan?"
Sontak mata Milly mengikuti arah pandang Mira. Sedetik kemudian barulah dia ngeh, ternyata ada Milen di rumahnya.
Sejak kapan dia ada disini?
Milen yang sejak tadi memilih diam mendengarkan interaksi ibu dan anak itu, dibuat cukup tercengang. Tujuannya kesini hanya sebatas menjalankan perintah sang Bunda, mengantar makanan.
Alamat buruk, nih. Batin Milen
Milly menunggu jawaban Milen dengan harap-harap cemas. Sudah pasti dia akan menolaknya, bukan?
"Ma, Milen pas–"
"Boleh, Tan. Milen pulang dulu, buat ganti baju ya."
Are you kidding me? Dia mau jalan sama aku?
Milly mengerjapkan matanya beberapa kali. Masih tidak percaya akan yang dikatakan Milen tadi.
Mira tersenyum senang, Milen pamit untuk pulang terlebih dahulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI
Genç Kurgu"Kenapa lo selalu mengusik hidup gue!" "Karena aku suka sama kamu." "Jauh-jauh dari hidup gue!" "Gak bisa. Intuisiku ngarahnya ke kamu, apa masih kurang jelas?" ~~~ Ini adalah kisah dimana perjuangan, pengorbanan, dan pengharapan seorang -Millynea A...