Nyatanya suka sama kamu itu kaya permen rasa nano-nano. Kamu dengan segala hal terbaik, tapi berbanding terbalik sama aku. Masih pantas gak aku naruh harapan?
Hari ini suatu keberuntungan, karena guru sedang mengadakan rapat di jam-jam pelajaran akan berakhir. Meskipun siswa belum di ijinkan pulang sebelum jam pelajaran terakhir selesai.Bagi anak IPA ini bukanlah suatu yang menyenangkan, karena mereka tidak mendapatkan suatu ilmu hari ini.
Bagi anak IPS ini adalah hal yang menyenangkan, karena bosan harus menghapal tentang sejarah yang terlalu rumit tuk dipahami.
Sedangkan bagi anak Bahasa ini suatu anugrah terindah, apalagi kalau bukan jam kosong seperti saat ini.
Meski sudah ada larangan untuk tidak pulang sebelum jam berakhir, tapi tetap saja ada yang membangkangnya. Termasuk Milly.
Dia merasa bosan di kelas, semua anak kelas sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ada yang tidur, mojok dibelakang, buat konser mini yang merdu penyanyinya (merusak dunia) tepatnya, sungguh kelasnya memang jago dalam hal kerusuhan.
Maka saat itu juga Milly putuskan untuk pulang saja, toh 15 menit lagi jam pelajaran terakhir selesai.
Memanfaatkan kelengahan pak satpam saat sedang tidur, Milly dan Deby mengendap-endap keluar gerbang sekolah. Dan sampailah mereka di warung bakso Mang Bon, bakso yang terkenal enaknya sepenjuru kota Jakarta.
Brakk
Deby memulai sesi introgasi sambil nunggu pesenan bakso datang, menggebrak meja dengan cukup keras sehingga mengundang banyak pasang mata memperhatikan mereka.
Deby yang tak tau malu dan Milly yang menanggung malu karena ulah sahabatnya ini.
Milly tersenyum manis ke sekeliling, menggumamkan kata maaf untuk setiap pengunjung.
"Ish, malu-maluin lo!" hardiknya.
"Gue tuh excited tau." bela Deby tak mau disalahkan.
"Jadi, kemarin lo nabrak Milen lagi? Dan parahnya lo hancurin hp-dia?" sebelumnya Milly memang sudah mencertikan kejadian kemarin, pastinya bagian 'gak sengaja nyosor' ia skip, bisa berabeh kalo Deby tau.
Milly menganggukan kepalanya menanggapi kehebohan sahabatnya ini, yang sudah seperti menang lotre.
"Mill.. Mill.. Lo tuh udah 2 tahun, 2 tahun seolah di Pancasila," tekan Deby sambil mengangkat 2 jarinya di depan wajah Milly, gemas.
"Dan lo ga kenal sama sekali ama Milen?" Deby menggelengkan kepala merasa iba pada sahabatnya ini.
Karena pada kenyataannya memang begitu, Milly pun mengangguk lemah.
"Denger yah Mill, seorang Mileno Adhiyasta yang pamornya udah terkenal seantero Pancasila bakhan sampe pluto pun tau kali," kan lebaynya kumat, mana ada manusia di pluto? Dikira Milen alien apa.
"Dia itu kapten futsal sekolah kita yang udah banyak norehin prestasi, bukan cuma bidang olahraga aja dia jago, akademiknya juga. Dia udah pernah mewakili sekolah di olimpiade sains dan matematika, bahkan tarafnya udah sampe Nasional. Bentar lagi go Internasional. Keren gak tuh?" jeda berapa detik buat Deby tarik napas.
"Anak osis lagi, tapi ketenarannya ngalahin ketos sekolah. Mungkin juga itu sebabnya yang buat dia marah sama lo waktu nabrak di koridor. Pokoknya dia gak suka ada yang langgar peraturan, hidupnya tuh tertata banget. Makanya dia dikasih julukan Mr. Perfect nya Pancasila. Gak kayak lo, julukan kok Miss freak, apaan itu?"
Iya. Milly akui kalo Milen itu the best pokoknya. Udah pinter, ganteng pula. Tanpa Deby cerocos panjang lebar pun Milly udah tau, tau banget malah.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI
Teen Fiction"Kenapa lo selalu mengusik hidup gue!" "Karena aku suka sama kamu." "Jauh-jauh dari hidup gue!" "Gak bisa. Intuisiku ngarahnya ke kamu, apa masih kurang jelas?" ~~~ Ini adalah kisah dimana perjuangan, pengorbanan, dan pengharapan seorang -Millynea A...