35. Si Kutub Perhatian?

941 57 4
                                    

Jumat, 13.20. Gedung Aula SMU Nusa Bakti, berada.

Suara lonceng terdengar sedikit nyaring ditelinga. Menandakan perlombaan yg selama ini Milly dan Raka cs persiapkan sudah berakhir.

Sembari menunggu keputusan yang akan dibacakan 2 jam lagi.

Perasaan lega, begitu saja menghampiri. Rasanya, beban berat yang lumayan lama Milly pikul, perlahan runtuh.

Meski banyak rasa khawatir akan hasil. Tapi kata-kata Raka seolah mengembalikan jiwanya.

"Oke. Kita semua udah berusaha semaksimal mungkin. Kalian semua hebat,-"

"Gue selaku ketua Tim yang wakilin SMA Pancasila, berterimakasih untuk perjuangan kalian semua. Kita disini ada karena satu tujuan. Jadi apapun hasilnya, kita tinggal berdoa. Kalian, hebat. Makasih."

Dan Milly akui, Raka bener-bener terlihat bijaksana sekali sebagai Ketua Jurnalistik. Milly sampai merasa terharu dan hapir menangis, padahal hasilnya belum keluar. Tim juri masih sibuk mendiskusikan itu.

Cepat-cepat Mily menarik napas, agar ingusnya tidak keuar. Akan memalukan jika itu terjadi.

Prrokk prokk prokkk!

"Gila! Gila! GILAA!. Sumpah lo keren banget tadi waktu presentasi. Gue ampe mau netes iler saking spanengnya nonton. Yampun."

Debby terus saja menyerocos. Ingin sekali Milly menyumpal mulutnya dengan kaos kaki bau. Bikin dia malu saja, untung temen.

Daripada semakin malu, milly membekap mulut Debby dengan telapak tangan dan menariknya keluar dari kerumunan Tim nya yg memandang mereka aneh.

"Hmptt.. ishh tangan lo bau terasi, asem." Umpat Debby sembari memgelap mulutnya dengan tisu.

"Masa sih?" Mily memastikan. "Wlekk.. sorry, tadi abis makan pecel lele gue, tapi udah cuci tangan pake sabun kali."

"Ihhh kurang bersih, mesti pake tanah harusnya."

Milly menonyor jidat Debby gemas. "Dikira lu gue najis apa?"

Debby mengerucut sebal.

Milly yang awalnya tertawa keras langsung terdiam, pandangan matanya terpaku pada dua sosok yang tengah sibuk menawarkan barang-barang yang sekolahnya jual di bazar sekolah saat ini.

Mereka terlihat serasi, bagai seoasang kekasih. Tertawa bahagia tanpa tau ada hati yang terluka saat melihatnya.

Dalam hati Milly membisik "kapan Milen bisa ketawa bersamanya lagi?".

"Napa lo? Cemburu?"

"Enggak."

"Halah, boong. Samperin gih sana."

"Ngapain?"

"Ngemis." Debby jadi gereget sendiri kan. "Ya bantuin kek, apa kek, caper gitu. Gimana sih.".

Milly masih membeku ditempatnya, Debby sudah tidak sabar lagi liat Milly yang hanya menonton adegan romantis tanpa ambil bagian. Jadi, dengan amat terpaksa ia harus menyeret Milly.

"Eh,"

"Haii?" Debby menyapa dengan senyum merekah, Milly mengekorinya saja.

"Haii, Deby." Itu suara Abella. Dia ramah bukan? "Haii, Milly."

Milly yang kikuk hanya tersenyum masam.

"Deb, ngapain sini?" Milly berbisik.

"Ish, ini kesempatan buat belajar jadi pelakor!"

"Hah? Gila lo!" Ups. Milly keceplosan.

"Kalian kesini, mau bantu apa mau ngrecokin?"

Yampun, Milen dinginnya ngalahin mineral dari pegunungan asli.

"Eh, kita mau bantuin, Bella pasti capek kan jaga stand dari pagi."

"Aku gapapa, tapi kalo mau. Boleh, aku juga pengin ke toilet dulu."

"Boleh banget. Ya gak, Mill."

Milly setengah yakin, tapi tak urung mengiyakan.

Setelah mangucap terimakasih, Bella bergegas pergi.

Suasana Semakin canggung saat Debby juga pamit menemui temannya dari sekolah lain. Tersisalah Milen da Milly saja.

Hanya diam, tidak ada yang ingin memulai untuk bicara. Milly yang sibuk memandangi Milen yang tengah serius mempromosikan brosur dan barang yang dijual pada setiap orang yang mampir ke stand mereka..

Milen memilih tak memperdulilkan arti tatapan itu. Akan ribet. Batinnya.

"Daripada lo bengong, mending bantuin gue ini."

Seketika Milly tersadar dari lamunanna. "Maaf."

Entah kenapa setiap didekat Milen hanya kata itu yang bisa ia utarakan tanpa beban.

"Tadi lumayan juga. Menurut gue itu keren." Gumam Milen di kalimat akhirnya.

"Hah?" Milly yang tengah sibuk merapikan barang yang sempat dipilih-pilih oleh pembeli sedikit terkejut, tetiba gitu Milen ngomong.

"M- maksudnya?"

Milen malas untuk mengulang kalimat sejujurnya, tapi dia akui " Lo,"

"Lo punya bakat dibidang itu, mungkin lo gak sadar. Tapi menurut gue tadi lo nunjukin skill yang bisa jadi besar kalo sering lo asah lagi."

Milen mengatakan dengan suara tenang, sorot mata damai menatap manik mata Milly, dan ketulusan yang besar. Itu terlihat jelas dari mata Milly.

Dan ini... sebuah kelangkaan Milen berbicara lembut dan kalimat terpanjang yang pernah Milly dengar.

Milly sampai tergagap, ia masih tidak menyangka Milen akan memujinya. Dan itu membuat pipi Milly yang putih pucat terlihat semakin merah, bukan hanya karena terpapar matahari tapi karena pujian Milen.

Siapapun, tolong selamatkan Milly.

"Ta-di M-milen lihat itu?"

"Ya."

Rasanya Milly seperti terkena serangan jantung, kali ini jantunya berdetak tidak normal dengan semakin cepat.

Milen mengernyitkan kening, tangannya terulur menyentuh kening Milly yang berkeringat meski tertutup poni tipis, tapi itu nampak kentara.

"Lo sakit?"

"Hah?"

"Pipi lo merah banget, jidat lo keringetan. Kalo sakit mending UKS deh."

Demi apa, ini beneran Milen kan?
Kenapa dia sweet sekali. Apa dia baru saja kejedot kepalanya?

"Jangan ge-er dulu, gue bilang gitu biar lo gak nyusahin yang lain. Badan lo kan berat."

Deg.

Baru juga dipuji, udah dijatuhin lagi.

Milen nampak biasa saja setelah mengatakan itu, ia kembali melayani beberapa siswa yang berminat membeli.

Sedangkan Milly masih terpaku di tempatnya. Apa boleh jika Milly berharap lagi?

🐾🐾🐾

02April'20

Holaala... Lucy combek lagi,
Taukah kalian, ide buat lanjutin cerita ini tuh berat banget. Jujur. Ini emang cerita pertama yg aku prioritaskan sekarang, tapi seketika cerita lain ikut ndesel" di otak, jadi agak berat bawa ini.

But, makasih banyak" sama kalian yang masih mau nunggu berabad sekali luangin buat baca, komen, dan vote. Makasih udah buat aku merasa berharga dengan karyaku yg blm seberapa ini.

Komen kalian penyemangat buat aku kembali. Dan di tempatlu berada sekarang tengah lockdown karena mm.. u know. So, mari kita berdoa agar bumi kita segera pulih. Dan jangan lupa jaga kesehatan kalian semua. Lupyu all💜

Salam manis pacal Jungkook🐰

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang