17• Because You

2.2K 124 1
                                    

Just keep being you. Because you can change me for the better.

^Agam Aldebara^

Milly berjalan gontai menyusuri gang-gang, hari ini suasana hatinya sedang buruk. Jadi pulang lewat jalan pintas mungkin bisa membuatnya cepat sampai rumah, dan langsung tidur memakai selimut hangatnya. Membayangkannya saja membuat Milly tak sabar sampai rumah.

Saat 10 meter lagi mendekati gang, banyak suara riuh di jalan yang akan dilewatinya.

Matanya memicing, memperhatikan puluhan siswa masih berseragam SMA sedang baku hantam disana. Sontak mata Milly membulat sempurna.

Pedagang es cendol yang menyadarkannya dari lamunan.

"Lagi ada tawuran, dek. Balik lagi aja." saran tukang cendol.

Milly hanya mengangguk sebagai jawaban, tukang es cendol pun sudah mendorong grobaknya cepat sekuat tenaganya,menjauh dari keributan.

Milly membuang napas kasar. Masih jaman yah tawuran-tawuran kayak gitu? batinnya.

"Ck. Nyusahin banget, sih. Ngapain pake tawuran di sini segala."

Milly membalikan badannya, hendak pergi dari sana. Tapi saat baru saja ia melangkah, tali sepatu kanannya lepas. Akhirnya ia berjongkok untuk mengikat tali sepatu dulu.

Tanpa disadari Milly, dari arah belakang tubuhnya ada yang mau memukul Milly menggunakan balok kayu. Mengira kalau Milly salah satu dari anggota rivalnya.

Beruntung seseorang yang melihat itu, mengejar dan menghalangi tubuh Milly dengan tubuhnya. Jadilah punggungnya yang terkena pukulan balok kayu, bahkan balok itu sampai patah jadi dua.

"Arrgh!!" rintihnya menahan sakit di punggung.

Milly ikut memekik, kaget luar biasa, melihat dua orang yang ada dibalik punggungnya. Apalagi ia mengenal suara cowok tadi.

Tidak salah lagi, itu suara Agam. Orang yang waktu itu pernah ia timpuk menggunakan kaleng minuman-tanpa sengaja.

Milly langsung bangkit berdiri. Berlindung dibalik tubuh tegap Agam yang tinggi.

"Banci lo!" seru Agam. Tepat dihadapan lawannya.

"Bacot lo!" lawannya mulai terpancing emosi.

Bughh.

Satu pukulan mendarat mulus, mengenai pelipis Agam hingga mengeluarkan darah segar.

Milly memekik tertahahn, menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia masih shock. Bahkan perintah Agam untuk lari belum bisa dicerna oleh otaknya.

"Lari, bego!" teriak Agam lagi. Membuat Milly tersentak kaget.

Agam melayangkan satu pukulan keras,tepat di rahang musuhnya. Membuat lawannya jatuh tersungkur di aspal.

Milly masih diam ditempat pijakannya, kakinya terasa berat untuk melaksanakan perintah Agam yang menyuruhnya lari.

Tiba-tiba tangannya digandeng, Agam membawanya lari bersama. Milly tak menolak, karena dibelakang mereka teman-teman anak yang Agam pukul tadi sedang mengejar sekarang.

Agam menggenggam tangan Milly yang mungil menautkan jari-jari mereka, membawa Milly lari bersamanya tanpa kata. Mereka berlari lewat gang-gang sempit, mencari tempat untuk berlindung dari kejaran musuh.

Entah sudah berapa menit Agam terus membawa Milly berlari, akhirnya mereka sampai di perkampungan juga. Dibelakang mereka masih banyak yang mengejarnya.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang