Libur salah satu surga dunia yang nyata bagi anak sekolahan.
Hari dimana biasanya dihabiskan dengan bermalas-malasan, seperti hibernasi yang teramat panjang misalnya.
Layaknya Milly, Waktu sudah menunjukan pukul 10.10 dan dia masih teramat nyaman dengan tidurnya.
"Oppa! gajima Oppa!"
"Oppa!!"
Gubrakk
"Adaww.. shh, kenapa sih dari kemaren jatuh mulu. Kan sakit hayati,huh" ringisnya sembari bangkit berdiri.
Ia terguling dari tempat tidur karena memang tidurnya yang hiperaktif itu.
Ingin lanjut memimpikan Oppa-nya, tapi takutnya malah berubah jadi opa-opa panti jompo. Jadi diurungkan niatnya untuk tidur kembali.
Libur biasanya juga identik dengan malas mandi, jadi Milly memutuskan hanya gosok gigi dan cuci muka saja. Toh, dia tidak akan bertemu dengan Oppa nya itu. Kecuali kalo dia kembali ke alam mimpi. Mungkin.
Milly melangkah menuruni tangga, mencari keberadaan mamanya yang entah kemana perginya.
"Mama.. Maa.." panggilnya namun tak ada jawaban.
Samar-samar ia mendengar suara Mira-mamanya di luar rumah. Mungkin sedang belanja sayur, pikirnya.
Milly keluar rumah masih lengkap dengan piama tidur bercorak boneka panda dan sandal rumahan lengkap dengan boneka tedy yang lembut sebagai hiasan. Tanpa malu dan ragu sekalipun, berjalan mendekati sang mama.
"Iya, lama sekali kita gak ketemu," sepertinya Mamanya sedang berbicara dengan seseorang.
Tanpa malu Milly mendekati Mira.
"Maa.. Belanja sayur apaan sih, lama banget." protesnya pada Mira.
Sontak Mira dan seorang yang bersamanya terdiam sejenak, kemudian tertawa terbahak.
"Hahaha.. Kamu ini, siapa yang belanja sayur coba?"
Milly yang belum sadar sepenuhnya hanya menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. Merasa malu sekaligus konyol, benar juga. Mana ada yang jualan sayur siang bolong begini.
"Ya ampun Mira, anak kamu lucu sekali."
Milly hanya tersenyum, ia juga merasa malu sendiri.
"Lucu dari mananya Ren? jam segini saja dia baru bangun. Susah urus dia."
"Ihh, Mama anak sendiri malah dikatain," kesalnya bercampur malu.
Milly memutar pandangan, mengamati orang yang berbicara dengan mamanya. Sosoknya seperti tak asing, tapi ia tak mengenalinya juga.
Merasa diperhatikan, wanita itu tersenyum ramah pada Milly.
"Milly ga inget sama, Bunda?"
Kok tau nama aku sih?
Gak asing juga sama panggilan itu.Milly menggeleng. Masih diam mengamati, mencoba mengingat kembali siapa sosok didepannya ini.
"Yang sering beliin es krim sama coklat yang banyak. Milly ga inget?"
Setelah berpikir cukup lama, hanya ada satu nama yang selalu dia ingat. Yang selalu menuruti apa yang dimintanya selain kedua orang tuanya pasti.
"Bunda Iren!" pekiknya girang dan langsung berhambur kepelukan.
"Udah besar yah, Milly tambah cantik," puji Iren membuatnya tersipu.
Mira dan Iren kembali tertawa melihat tingkah Milly yang malu-malu itu.
"Bunda tolongin Gio, abang rese nih" rengek bocah laki-laki umur 12 tahunan yang langsung bersembunyi dibalik punggung Iren. Tapi setau Milly, Iren hanya memiliki satu anak laki-laki yang sepantaran dengannya.
"Duh, kalian berantem mulu kerjanya. Milly ini anak tante yang kedua Gio, pas kita pindahan dia belum lahir, jadi maklum kalo kamu ga tau." jelas Bunda.
Setelah berjabat tangan, Gio mengamati Milly.
"Mau lari kemana lagi, hah?" disusul anak laki-laki dibelakangnya Gio.
Milly membelalak kaget, tepat anak itu berdiri dihadapannya sekarang.
"Lo!" ucap keduanya bersamaan.
"Ma, dia itu cowok yang dorong Milly sampe jatoh, mama inget kan kalo aku bakalan kas-"
"Milly, ini Milen anak Bunda." sela Iren.
Milly membalak kaget, setengah tak percaya. Padahal mau temu kangen sama doi. Ternyata..
"Katanya mau kasih pelajaran sama cowok yang bikin kamu jatuh?" sambung Mira.
Mati aku. Niat mau pdkt malah jadi gini.
"Bun, gara-gara dia hp aku remuk" itu suara Milen.
Kalau ada petir disiang bolong, rela dah, aku dibikin gosong. Sungguh. Hayati, malu.
"Oh, jadi ini ceweknya bang? Gak heran, absurd gitu anaknya."
Ya, ampun. Beneran turun nih image lucu nan gemesinnya aku.
Iren yang mendengar celetukan anaknya itu, langsung mencubit lengan Gio hingga ia meringis sakit. "Gio ayo bantu Bunda bebenah" Iren menarik tangan Gio masuk kerumah, menghindari celetukan pedasnya lagi.
Ia tau, anaknya sudah besar. Pasti bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Sebelumnya Iren pamit pada Mira, kemudian benar-benar masuk ke rumah.
Mira pun menyusul untuk pamit, sekaligus membiarkan Milly dan Milen menyelesaikan masalahnya. Menurutnya, Milly harus belajar juga bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri.
Kini, tinggal mereka berdua. Berdiri dalam diam, dengan Milen yang terus menujukan tatapan tajamnya. Milly merasa malu sekaligus salah tingkah. Bingung harus mengatakan apa. Jujur ia kesal sekali, tapi entah kenapa sejak tau kalau cowok yang dari kemarin membuatnya kesal itu, ternyata teman masa kecilnya dulu. Dan dia tidak pernah melupakannya, meski faktanya dia lupa.
Karena penampilannya kini membuat Milly pangling. Tapi emang dari sananya ganteng sih, jadi mau segede apapun tetep ganteng juga.
Perlu diketahui, Milen juga Cinta pertamanya dulu. Meski masih terbilang bau kencur, tapi dia selalu berkhayal jika ia adalah tuan Putri sedangkan Milen adalah pangeran impiannya, iya.. Cuma di mimpi saja sayangnya.
Milen, yang mulai risih dengan tatapan Milly apalagi sejak tadi dia senyum-senyum sendiri.
Emang gak pernah waras nih anak. Pikirnya.
"Kenapa lo? Kesambet? Dari tadi senyum-senyum mulu," geramnya.
"Em.. Anu, itu.. Anu"
"Anu, itu, anu? Apa? Mau kasih gue pelajaran,"
Dengan cepat ia menggelengkan kepala. Milly bingung harus bicara apa sekarang."Eh, minta maap ya, buat yang kemaren,"
Milen menghela napas lelah.
"Udah?" tanyanya dan dijawab anggukan oleh Milly.
"Dimaafin kan?"
"Hm"
"Milen ga-" belum selesai Milly bersuara, Milen sudah berlalu masuk kerumahnya, tak peduli lagi dengan Milly. "Kangen" lanjutnya lirih.
Kayaknya masih marah sama aku deh, ah gapapa lah. Yang penting sekarang jadi tetanggan lagi.
Ternyata kita.. Dipertemukan kembali.
Milly merasa senang, tapi Milen merasa ini sebuah bencana. Karena dari dulu ia selalu menghindari yang namanya bertemu kembali! Dengan Milly.
Jangan harap lo bakalan tenang setelah ini. Gue masih ingat jelas apa yang buat gue benci sama Lo!
Dan gue gak akan pernah lupa itu, camkan itu Millynea Alsava!
Gue. Benci. Lo!
Vote jangan lupa!
P.s bener-bener badmood buat hari ini😑
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI
Teen Fiction"Kenapa lo selalu mengusik hidup gue!" "Karena aku suka sama kamu." "Jauh-jauh dari hidup gue!" "Gak bisa. Intuisiku ngarahnya ke kamu, apa masih kurang jelas?" ~~~ Ini adalah kisah dimana perjuangan, pengorbanan, dan pengharapan seorang -Millynea A...