10• Si-alan Day

2.4K 123 0
                                    

Kelas XI IPA1 hari ini sedang perlajaran olahraga.

Karena jam olahraga mereka sama dengan anak IPA 3, Pak Ige meminta anak putra melakukan tanding sepak bola dan anak putri bermain kasti. Sebagian anak putri memilih menjadi suporter di pinggir lapangan, menyemangati kelas masing-masing.

Riuh sorak-sorai memadati lapangan utama tempat mereka olahraga.

Hal itu menyita perhatian Milly yang tengah mengepel lantai koridor, karena telat. Hal biasa bagi Milly dihukum seperti ini, mau bagaimana lagi, toh hari yang nggak telat masuknya saja bisa dihitung pakai jari setiap minggunya.

Ada satu orang diantara kerumunan anak yang selalu bisa menyita perhatian Milly, siapa lagi kalau bukan Mileno Adhiyastha.

Milly terus memperhatikan Milen dari jauh, sekitar 3-5 meter jarak lapangan utama dengannya sekarang. Memeluk erat gagang pel sambil senyam-senyum.

"Ayo, Milen semangat!" seketika semua yang ada di lapangan hening.

Mencari sosok yang berseru tadi. Kini semua perhatian menuju ke arah Milly, tapi yang diperhatikan malah cengengesan. Tak merasa malu sekalipun.

"Mangatse kapten!" serunya lagi. Kali ini dia mengepalkan tangan kanannya seraya meninju udara ke atas. Sebagai dorongan semangat untuk Milen-nya.

Permainan yang berhenti sejenak karena seruan Milly tadi kembali berlanjut. Tapi Milen masih bergeming, memperhatikan Milly dalam diam.

"Sekarang dia gabung jadi fans lo?" tanya Darren yang kini sudah berdiri disampingnya.

Milen hanya mengangkat bahu acuh. Dan kembali ke permainan mereka. Darren pun mengikutinya kemudian.

Milly yang masih setia memperhatikan kelincahan Milen menggiring bola di lapangan, dikejutkan dengan suara intrupsi bak terompet maut.

"Siapa yang suruh kamu bengong!" Milly terlonjak kaget, sampai gagang pel yang di peganggnya jatuh. Buru-buru Milly meraihnya kembali.

"Maaf, Pak. Cuci mata dulu kek,kan masih pagi. Hehe," jawabnya watados dengan cengiran menghiasi.

"Cuci pakai itu air pel! sudah, selesaikan hukuman kamu."

"Siap Pak." jawabnya lagi sambil hormat. Kemudian melanjutkan hukuman setelah Pak Iwan pergi.
Tapi tetap saja, namanya juga Milly. Matanya masih tetap memperhatikan permainan bola Milen di lapangan sembari mengepel lantai.

Kalau kata peribahanya tuh sambil menyelam minum air. Asal jangan air pel kayak yang pak Iwan bilang tadi. Batin Milly tertawa akan pikiran konyolnya itu.

🐾🐾🐾


Pulang sekolah Milly tak langsung pulang, Dia mampir ke gramedia untuk membeli novel 'HUJAN' karya Tere Liye. Dengan uang jajan yang sengaja ditabungya berminggu-minggu demi novel ini.

Sekarang sudah jam setengah 5 sore, jalanan ibukota mulai ramai oleh padatnya kendaraan di jam pulang kantor.

Milly memutar arah lewat depan sekolah SMA Pertiwi. Karena lebih cepat sampai ke rumahnya dari pada dia harus putar balik lewat sekolahnya.

Di depan warung tenda pinggir jalan, Milly melihat beberapa anak SMA yang masih memakai seragam sekolah. Mereka seperti sedang memarahi anak kecil. Merasa iba, Milly mendekati mereka.

Jangan-jangan pungli lagi.

"Gimana sih,jalan tuh matanya dipake!" bentak seorang cowok pada anak kecil dihadapannya.

"Maaf kak, aku gak sengaja." lirih anak kecil yang sepertinya sudah menangis ketakutan.

Semakin dekat dengan mereka Milly semakin menajamkan pendengarannya. Ia merasa paham dengan pokok masalahnya.

"Hey, dia itu anak kecil. Maklumin kali." bela Milly yang tak tega melihat anak laki-laki itu memangis sampai sesegukan.

Cowok itu langsung mengalihkan pandangan pada Milly, mengerutkan kening sedikit terkejut akan kehadiran Milly.
"Lo siapa? Kakaknya? Mau jadi pahlawan kesorean lo!"

Milly tidak terima dikata-katai kasar seperti ini. Tanpa takut akan aura sangar si cowok, Milly menjawab dengan lantang.

"Gue gak terima sama perlakuan lo!"

"Terus lo mau apa? Lapor sama mama papa? Uhh, atut. Haha."

Gelak tawa menggema ditelinga, segerombolan cowok yang di yakini Milly anak SMA Pertiwi. Saat ini mereka sedang menertawakannya.

Milly semakin geram, dia menoleh ke anak kecil tadi. Mengambil jus yang sisa setengah, karena setengahnya pasti tumpah di baju seragam cowok yang sedang menertawainya ini.

Milly langsung menumpahkan jus itu lagi, kali ini tepat mengenai wajah cowok yang menertawainya.Teman-teman cowok itu menganga kaget.

"Lo!" tunjuk si cowok dengan wajah yang sudah merah padam terlumur jus pula. Antara kesal dan malu.

"Apa! Ga terima?" tantang Milly.

Masih mencoba menahan emosi, cowok itu mendekat, menatap Milly penuh selidik dari atas sampai bawah, kembali lagi ke atas.

"Oh, lo anak Pancasila rupanya." setelah berucap tadi, tiba-tiba dia merasa mengenali gadis dihadapannya. Kembali di teliti penampilan Milly dengan sorot mata tajamnya.

"Lo yang kemarin gembesin roda motor dan coret-coret motor gue!" tuduhnya langsung.

Milly tersentak mendengar pernyataan cowok tadi. Ia terpaksa mengingat kembali kejadian di warung bakso kemarin.

"Bener, gue gak salah lagi. Gue ingat mukanya dengan jelas. Ngaku lo!"

Milly menelan salivanya dengan berat. Gawat, mati nih. Kok dia kenalin muka gue sih!

"Sa.. sa-salah orang kali." jawab Milly sedikit tergagu.

Cowok itu terus menatap Milly dengan penuh selidik.

"Masa sih? Gue tau itu lo! Ganti rugi sekarang juga!"

Anak kecil tadi sudah lari entah kemana, sekarang Milly yang kena.

Dasar bocah, malah kabur gak ajak-ajak.

"Itu— salah lo sendiri ngapain parkir sembarangan!" bela Milly tak mau disalahkan.

Teman-teman si cowok mulai bingung dengan apa yang sedang dibahas. Sedangkan Bima, yang ternyata pemilik motor yang Milly buat absurd kemarin sudah tak bisa menahan emosinya.

Bima semakin mendekatkan jaraknya dengan Milly, sedangkan Milly terus memberikan tatapan menantangnya tak merasa terintimidasi sekalipun. Tapi kalau semakin dekat begini, nyalinya semakin ciut.

Mama, Papa tolongin anak kalian.

Mulut Milly mulai komat-kamit merapalkan doa. Ketika Bima hendak menarik tangan Milly, dari arah belakang ada yang lebih dulu menarik tanganya.

"Jangan kasar sama cewek, dong."

.
.
.
.
.

TBC

28 Des'17

Selamat pagi😊Holla, akhirnya up lagi.

Ps.1 perdana SCUS, pengen nonton 😭 tapi malah berangkat 😔

Oke. Don't forget to vote and comment ya. 😄

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang