Ternyata kata-katamu lebih pedes dari Bon Cabe level 30. Pantes aku bisa gila.
•Millynea Alsava•
"Mill, ayok!" teriak Deby kesal, sejak tadi Milly itu lelet jalannya.
"Sabar, elah." sahut Milly, kemudian keluar dari bilik toilet sambil benafas lega.
"Ughh.. Lega gue, e-hh"
"Buruan, keburu kursinya penuh." Deby yang sudah tak sabar, langsung menarik tangan Milly. Gak peduli yang ditarik gimana di belakangnya. Yang pasti keteteran.
Salah sendiri lelet. Sedari tadi Deby menunggu Milly yang katanya "kebelet" disaat yang tidak tepat.
Setengah jam Deby menunggu Milly selesai dengan tugas negarannya. Sekarang batas kesabarannya sudah habis, latihan futsal pasti sudah dimulai sedari tadi. Bisa-bisa kehabisan tempat duduk, karena meski hanya latihan, tapi bangku tribun penonton tak pernah sepi.
Walau mereka harus rela pulang sore, tapi mereka bisa melihat Milen dan kawan-kawan berlatih futsal saja sudah membuat rasa lelah terbang, entah kemana.
Sesuai perjanjian, Deby mengajak Milly untuk menonton latihan.
Karena dari dulu, Milly paling susah dan gak suka sama acara kayak gini, katanya mending pulang, makan, nonton Jarwo kalau tidak ya tidur.
Tapi lain untuk yang satu ini, kali ini mereka akan melaksanakan plan B, menaklukan hati Mr. Perfect-nya SMA Pancasila.
Itu sih, Deby yang kasih judul. Katanya biar tambah semangat buat berjuang. Udah kaya mau perang aja kan bahasanya?
Sekarang mereka sudah masuk dalam stadion Futsal di lapangan indor. Deby mengedarkan pandangannya mecari tempat yang kiranya bisa ia duduki bersama Milly.
Setelah matanya menangkap sepasang siswi yang beranjak keluar, mungkin pulang. Langsung saja ia masuk dan mengajak Milly duduk di bangku depan, agar bisa melihat Milen dengan jelas.
"Wah, ternyata seru juga." nilai Milly setelah beberapa menit mengamati jalannya latihan.
"Lo sih, dari dulu gak pernah mau diajakin." Milly hanya tersenyum membalas perkataan Deby, lalu fokusnya kembali ke lapangan.
"Ayo, Leno semangat!!" seru Milly lantang.
Sejenak membuat semua orang disana menatap dirinya, bertanya-tanya siapa yang sedang disemangati Milly. Pasalnya di tim futsal tidak ada nama yang disebutnya tadi.
Bahkan Milen yang sedang menguasai bola pun berhenti sejenak, mencari sosok yang memanggilnya dengan nama itu. Sampai bolannya berhasil di rebut oleh teman satu timnya, barulah ia tersadar.
"Fokus, Len!" teriak Darren dari balik punggungnya.
Mata Milen meneliti setiap penonton di tribun, Bella tersenyum manis saat pandangan mata mereka bertemu. Milen yang mengajaknya tadi, tapi dirasa teriakan itu bukan berasal dari mulut Bella.
Matanya kembali menjelajah, kemudian ia melihat satu sosok yang tak pernah ia duga sebelumnya. Mata mereka saling bersibobok, Milly tersenyum manis seraya meninju tangannya ke udara, memberikan semangat pada Milen.
Milen tau jawaban dari pertanyaannya tadi, sekarang ia kembali fokus ke lapangan, Menyelesaikan latihan.
"Ciee punya dua suporter baru." celetuk Darren saat tubuhnya men-sejajari lari Milen.
"Berisik." jawab Milen tanpa niat membahas lagi.
Selesai latihan, Milly langsung ditarik turun ke lapangan oleh Deby.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI
Ficção Adolescente"Kenapa lo selalu mengusik hidup gue!" "Karena aku suka sama kamu." "Jauh-jauh dari hidup gue!" "Gak bisa. Intuisiku ngarahnya ke kamu, apa masih kurang jelas?" ~~~ Ini adalah kisah dimana perjuangan, pengorbanan, dan pengharapan seorang -Millynea A...