32. Tugas Negara

1.7K 98 14
                                    

Playing Now
BTSxCharli XCX-Dream Glow.

🐾🐾🐾


Untuk ke-berkian kalinya, kertas origami berbentuk pesawat itu ada dalam laci loker Milen.

Dan entah ke-berapa kalinya Milen hanya menyelipkan kertas tadi pada buku paket yang kali ini dibawanya.

Yang kamu pikir buruk, apa bisa bersanding dengan sempurna disaat penyempurna ada?

Yang ku jadikan mimpi, tapi tak pernah nyata. Lihat aku, Len.

--

"HOYY!! Melilit ngapain jongkok dimari? Mau boker lu ya?"

Wtf. Itu suara kagak biasa kecilin dikit apa, ingin ku tenggelamkan saja ke rawa-rawa.

"Ehh. Kuping lo penuh dengan partikel pasti, bu-"

Dengan gesit tangan Milly menyumpal mulut si toa, daripada makin malu dia.

"Asem lu rak kasut, berisik ae. "

"Enak aja lu, nama keceh gini panggilnya rak kasut. Turun pamor gue, panci." kan kan mulutnya emang rombengan banget, sungguh.

"Ishh.. Rakaa! Diem itu mulut atau gue bogem lu."

Bukannya diam, Raka malah tertawa terbahak-bahak tak urung membuat koridor sekolah yang sepi menggema karenanya, segelintir manusia yang hadir pagi ini menatap mereka tanpa minat.

"Oke. Sorry. Lah elu ngapain pake jongkok deket tong sampah, kagak ada tempat elit lagi apa?" yampun mengapa harus diperjelas keberadannya saat ini. Milly hanya mau memata-matai sang pujaan hati, kenapa banyak sekali makhluk tak kasat mata yang ikut nimbrung, Raka contohnya.

"Diem. Kaga usah ketawa." jengkel Milly.

Raka menurut, tapi ekspresi wajahnya berubah langsung jadi sangar... Errr.

"Mana PR lo, gue mau liat."

"Lah, emang ada? Mapel kita beda kali. Elu kan anak IPA mana ngerti-"

Milly mengatupkan bibir kala mengingat ekspresi Raka saat ini. Dia amnesia sejenak tadi, terlupa kalau dirinya masih ada hutang "tugas negara" dari presiden Raka.

"Apa lo cengengesan. Lupa? Hah." nada Raka berubah mengintimidasi, tapi itu tidak berlaku pada Milly, buktinya dia masih menunjukan cengiran menjengkelkan.

"Duh, pak bos. Sabar dong, dikit lagi rampung kok." Raka masih menatapnya tajam. "Suer" yakin Milly sembari mengangkat jari membentuk tanda peace.

Raka mendengkus lelah. Ngomong ama Milly itu butuh tenaga ekstra. Super extra.

"Inget, Mill. Waktu kita ga banyak. Sebelum UAS nanti udah mulai perlombaan. Dan itu artinya, waktu lo sedikit. Gue harap lo ga bakalan kecewain kita, yang udah percayaain ini sama lo."

Milly dibuat melongo sendiri. Raka emang berwibawa, gak salah kalo dia dipilih jadi ketua jurnalistik. Ini kalimat yang cukup panjang, artinya gak ada main-main disetiap kalimat Raka. Dia serius.

Milly membuang napas lelah setelah Raka melenggang pergi. Rasanya pundaknya dibebani sekarung popcorn.

"Dua minggu lagi, Mill. " seru Raka tanpa repot-repot menoleh.

Bahu Milly merosot semakin jatuh. Bukan popcron lagi ini mah uda jadi kerikil batu, berat. Apalagi dengan otak Milly yang gak bodo-bodo amatan ini.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang