13• Terpesona

2.3K 123 4
                                    

Kamu itu beda dari yang lain. Tapi jangan khawatir. Justru beda-mu yang buat aku terpesona.

•Agam Aldebaran•

Kamu itu beda dari yang lain. Disaat yang lain berhenti kamu malah lari. Disaat yang lain lari kamu malah berhenti. Mau kamu sebenarnya apa?

•Mileno Adhyastha•

Now playing : Isyana Sarasvati feat. Gamaliel - Terpesona

🐾🐾🐾

Agam menyeruput jus melon miliknya yang tinggal setengah.

Kepulan asap rokok memenuhi udara disana. Kini, ia dan kawan-kawannya berkumpul di warteg sedikit jauh depan sekolahnya.

Bolos. Menjadi hal yang biasa bagi Agam. Itulah yang kini dilakukan bersama kawan-kawannya. Jam pelajaran terakhir yang kosong, membuatnya lebih mudah untuk keluar dari sana.

Meskipun kawan-kawannya merokok, Agam sama sekali tak ingin berurusan dengan benda haram itu. Karena ia selalu mengingat kata-kata sang Mama.

Sebelum sayang sama orang lain, harus sayangi diri sendiri dulu.

Bima datang mendekati Agam setelah menerima telepon beberapa menit yang lalu.

"Gila, bokap gue ngamuk tau motor di bengkel." adunya kemudian.

"Gara-gara cewek kemarin nih. Lo tau sendiri kan bokap gue gimana? Lecet dikit aja tuh motor juga udah ngomel sampe berbusa."

"Salah lo juga, parkir sembarangan." timpal Agam.

"Ye, kan niatnya cuma sebentar bro. Terus lo ngapain kemarin malah belain tuh cewek."

"Lo lupa?"

"Yayaya.. Cewek gak boleh dikasarin. Itu motto lo kan? Tapi playboy sana sini. Secara gak langsung lo matahin hati anak orang men."

"Mereka aja yang baper." jawabnya enteng.

"Ye, ngeles mulu lo. Pokoknya kalo gue ketemu tuh cewek, bakalan gue kasih pelajaran tuh anak."

"Ngapain? Udah lah, lupain aja. Lagian lo juga salah, kan?"

"Kok lo belain tuh cewek gledek sih?"

"Milly namanya." koreksi Agam.

"Kok lo tau? patut dicurigai. Iya gak Do?" tanya Bima pada seorang cowok yang tengah sibuk membaca komik.

Ya. Agam sebenarnya sempat membaca nametag itu hingga selesai. Tapi ia sengaja lama mengeja huruf agar Milly sendiri yang mengatakan namanya.

Gila.

Mungkin. Jadi biarlah. Sudah, dia itu berbeda.

Sedangkan Edo yang merasa terpanggil akhirnya menoleh, ia terkenal pendiam diantara mereka. Edo hanya membalas dengan mengedikan bahu.

"Hm, gue tau. Lo tertarik kan ama tuh cewek. Makanya lo gak mau perpanjang masalahnya, meski dia anak Pancasila." putus Bima.

Agam mengedikan bahu.

"Ga, suka darimana-nya coba? Crewet, galak, ya.. Manis sih. Tapi nyebelin juga dia."

"Justru itu yang bikin beda."

Bima mengernyitkan kening, beda apanya? Sama aja cewek kan?

"Biasanya cewek yang liat gue langsung bebenah dandan kan? Tapi dia malah marah-marah gak jelas." jelas Agam, dan Bima masih belum paham sepenuhnya.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang