Kalau kata Dilan rindu itu berat, lain halnya dengan aku. Bagiku rindu itu layaknya ice cream coklat kesukaanmu, dingin tapi menyejukan saat aku sudah berjumpa dengan-mu.
•Agam Aldebaran•
🌟🌟🌟
Sepanjang perjalan pulang, Milly selalu menghentak-hentak kakinya, kesal. Muka ditekuk dan dumelan demi dumelan keluar dari bibir mungilnya. Tak peduli banyak pasang mata mandangnya aneh atau apa, hatinya sedang kesal. Masa bodo dengan orang yang mungkin menganggapnya gila sekalipun.
Rasanya, otaknya sudah mentok dan lelah untuk berpikir lagi gara-gara insiden di lapangan indor tadi.
Milly berjalan gontai menuju kursi Taman. Ia duduk tanpa ekspresi. Selang berapa detik, seorang gadis kecil turut duduk disampingnya.
Gadis itu duduk dengan tenang sembari melahap eskrim coklat yang terlihat menggiurkan dimata Milly. Ia terus memperhatikan gadis kecil itu, menelan ludahnya.
Milly merogoh saku seragam sekolah, berharap ada beberapa keping uang yang tersisa disana, namun sia-sia. Uangnya sudah habis buat bayar angkot.
Melihat gadis kecil disampingnya yang nampak menikmati es krimnya itu, membuat Milly sejenak menyingkirkan rasa malu. Meski memang dia tak tau malu, sih.
Menggeser duduknya agar lebih dekat dengan gadis kecil ini.
"Dek," panggilnya lirih.
Mungkin saking menikmati tuh eskrim kali, yah. Sampe gak peka di panggil.
"Dek, boleh cicipin eskrimnya dikit, gak?" katanya kemudian.
Gadis kecil itu menoleh pada Milly dengan wajah sedikit belepotan karena eskrim yang menempel di sekitar bibir mungilnya.
Milly tersenyum manis, Menampilkan deretan giginya yang putih nan rapi itu. Setidaknya ia rajin buat sikat gigi, kan?
"Gak boleh." seketika senyum Milly pudar.
"Ish, pelit amat sih. Coba dikit doang, kok." rayunya lagi, kali ini Milly sampai mencondongkan tubuhnya lebih dekat.
"Tetep, gak boleh." sembari menajuhkan eskrim.
Milly lama-lama kesal juga, cuma nyicip dikit doang juga, pelit amat. Ia kemudian menegakan tubuhnya. Seketika ide usil muncul dikepalanya.
"Eh, ada badut gendut bawa banyak permen tuh," celetuk Milly tiba-tiba.
Gadis kecil itu, masih sama seperti gadis seusianya. Polos. Jadi dipercaya saja apa kata Milly.
"Dimana kak?" tanya si gadis.
"Itu disana, samperin gih siapa tau dikasih permen. Sini biar kakak yang pegangin eskrimnya," gadis itu beranjak dari duduknya setelah menitipkan eskrim pada Milly tentunya.
"Mana sih, kak?"
Tiga detik kemudian gadis itu tersadar. Ia sedang di kerjai. Dan sekarang eskrimnya terancam. Segera ia membalikan tubuhnya menghadap Milly.
Benar saja, sekarang Milly sedang menyuapkan satu sendok eskrim kedalam mulutnya.
"Es krim aku!" teriaknya, langsung mendekat dan berusaha merebut kembali eskrim miliknya.
"Balikin eskrim aku!"
Dan, terjadilah tarik menarik eskrim antara Milly dengan gadis kecil itu.
"E-eh, dikit lagi dong." Milly masih berusaha mempertahankan eskrim tersebut.
Karena tarik-menarik yang cukup kuat antara kedua belah pihak, akhirnya eskrim tersebut jatuh ke tanah dengan posisi tengkurap.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI
Ficção Adolescente"Kenapa lo selalu mengusik hidup gue!" "Karena aku suka sama kamu." "Jauh-jauh dari hidup gue!" "Gak bisa. Intuisiku ngarahnya ke kamu, apa masih kurang jelas?" ~~~ Ini adalah kisah dimana perjuangan, pengorbanan, dan pengharapan seorang -Millynea A...