16• Perasaan Aneh

2K 131 0
                                    

Ternyata lihat orang yang kita sayang ketawa karena orang lain, bikin sakit, ya?

•Millynea Alsava•

🐾🐾🐾

Setelah tertidur di UKS selama 1 jam pelajaran sepertinya, Milly merasa lapar. Ia memutuskan untuk pergi ke kantin mengisi perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi.

Semangkuk bakso kini tersaji di hadapannya, Milly mulai meracik bumbu bakso ala-nya. Menuangkan sambal dengan gerakan yang lamban, entah mengapa hari ini ia merasa tak bersemangat.

Deby bercelingukan, matanya menjelajah mencari satu sosok dari sekian banyaknya siswa yang istirahat di kantin.

Ketika melihat Milly duduk di deretan bangku tengah, ia mulai tersenyum dan berlari menghampiri sahabat tergilanya itu.

"Dari mana aja sih, lo?"

Deby langsung mengambil posisi duduk disebelah Milly, meminum es teh milik Milly hingga setengah.

Milly menarik gelas es teh secara paksa, tidak rela minumannya menjadi korban kehausan sahabatnya ini.

"Gue belum minum. Beli sendiri."

"Pelit banget, si. Cicipin sedikit doang juga." Deby mencebikan bibirnya.

Mana ada nyicip sampe tinggal setengah gini. Emang dasar doyan, mah iya.

"Eh, lo harus denger hot news hari ini." jeda beberapa detik untuk mengambil napas.

"Ada anak baru di sekolah kita, parahnya lagi dia satu kelas sama Milen, namanya A.. Aaa–apa, yah?" Deby kembali menjeda, mengingat-ingat namanya.

"Aa..A–Annabel!" serunya semangat.

Milly menggetok kepala Deby dengan sendok.

"Abella, pinter. Lo pikir dia boneka setan?" Deby mencebikan bibirnya sambil mengelus jidatnya yang seenak udel saja main digetok.

"Ish, sakit tau. Lagian kagak jauh beda, kan? Eh, tapi kok lo tau sih?" Deby bertanya seraya merebut mangkuk bakso yang sejak tadi hanya di aduk-aduk Milly.

Baru satu suapan penuh, Deby sudah terbatuk-batuk. Ia menerima uluran es teh dari Milly, untung peka.

"Lo masukin sambel berapa sendok, sih?"

"Lupa. 10 mungkin." jawab Milly acuh.

Gila. Satu kata yang menggambarkan sahabatnya kini. Apa dia bilang, 10 sendok sambal, sepuluh! Kebayang kan gimana pedesnya?

Dijamin, selesai makan pasti bolak-balik ke toilet karena mules.

"Gila lo!" Deby masih kepedesan, mengipasi bibirnya yang terasa panas dengan tangan.

Saat Deby sedang melakukan pendinginan, ia melihat Milen, Darren, dan.. Cewek. Yah, satu cewek di sebelah Milen yang kini sedang tertawa lepas.

"Kok tiba-tiba jadi mata gue yang sakit ya."

"Hah?"

Milly mengikuti arah pandangan Deby, saat ia membalikan tubuhnya, menatap seseorang yang sedang berjalan memasuki kantin dengan tawa yang jarang diperlihatkan. Dan tawa itu hanya karena cewek di sampingnya, kenapa gue jadi nyesek, sih.

Milly masih menatap mereka yang hampir dekat tanpa bekedip.

"Deb, kata lo baksonya pedes, kan?" katanya tanpa mengalihkan pandangan. Deby hanya mengangguk sebagai jawaban, meski Milly tak melihatnya.

"Tapi kok rasanya kayak pelajaran HAM tadi, yah? HAMbar." kening Deby berkerut, bingung.

"Kayak hati gue, HAMpa. Pelanggaran HAM bukan, tuh?" tanyanya lagi, tangannya menyentuh dada kiri. Rasanya, nyeri.

Deby mengedipkan matanya berulang kali, meyakinkan dirinya sendiri. Masih tak yakin, Milly yang menanyakan hal itu.

Apa hubungannya coba? Batin Deby.

"Lo salah makan? Atau lagi kemasukan sama jin tomang?" tanya Deby tak nyambung.

Milly membuang napas kasar. Ngomong sama Deby butuh banyak tenaga ekstra.

"Jin Debong!" kesal Milly, beranjak pergi meninggalkan kantin.

Deby yang melihat Milly pergi hanya mengerucutkan bibir.

"Kan, ditinggal lagi. Salah mulu dah gue."

Sedangkan Milly sudah berulang kali berusaha menetralkan perasaanya yang campur aduk sekarang. Melewati Milen tanpa kata, tapi naas. Saat ia berpapasan dengan mereka, kaki Milly tak sengaja tersandung tali sepatunya sendiri yang lepas.

Dia menubruk tubuh cewek disamping Milen. Beruntung Milen sigap menyangga tubuh cewek itu, sehingga tidak ada insiden jatuh yang memalukan lagi.

"Jalan aja gak bener!" bentak Milen.

"Maaf," lirih Milly menundukan kepalanya.

"Jangan marah dong, Len." tatapan si cewek beralih ke Milly.

"Gak papa-kan?" tanyanya lembut.

"Lo-" katanya terputus, mengingat sosok dihadapannya yang seperti tak asing dimatanya.

Milly mendongakkan kepalanya, menatap paras cantik di hadapannya dengan tersenyum miris.

"Sorry, gue gak sengaja." tuturnya, langsung pergi meninggalkan banyak pertanyaan bersarang di kepala cewek tadi.

"Kamu gak papa kan, Bell." tanya Milen khawatir.

Abella, cewek yang di tabrak Milly tadi masih termenung di tempat. Menatap sosok Milly yang sudah cukup jauh. Berusaha mengingatnya dan..

"Milly!" serunya semangat. "Dia Milly, kan?" tanyanya pada Milen, mengacuhkan pertanyaan Milen tadi.

Milen menarik napas lemah. Mengangguk sebagai jawaban. Bella tersenyum bahagia, satu lagi teman kecilnya ia jumpai.

Tapi kenapa Milly malah pergi? Apa dia lupa? Mungkin. Pikirnya.

"Mau berdiri disini sampai kapan? Cacing diperut gue udah demo dari tadi, nih." celetuk Dareen menyadarkan 2 insan yang sedang sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Yaudah, yuk makan. Biar aku yang traktir." seru Bella yang di tanggapi senyum lebar Darren.

"Wah, mantap jiwa nih."

"Jangan Bell, nanti dia borong semuanya lagi."

"Gapapa, Len. Anggap aja tanda perkenalan." jawab Bella.

Bella kemudian menarik tangan Milen memasuki kerumunan siswa yang sedang mengantri di kantin. Memilih tempat di ujung agar tak terlalu sumpek.

Milen hanya pasrah saat tangannya ditarik oleh gadis disampingnya ini.

Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka diam-diam. Tapi Milen memilih tak memperdulikan.

Sedangkan Milly kini sedang berdiri di Taman belakang sekolah. Kenapa gue lari coba?

Milly duduk di atas rerumputan hijau. Mengatur deru napasnya yang tak teratur. Meredam segala perasaan aneh yang bergejolak di dadanya. Membuatnya sesak.

Ternyata lihat orang yang kita sayang ketawa karena orang lain, bikin sakit, ya? Banget.

🐾🐾🐾

TBC


13 Jan'18

Jangan bosen nunggu MillMel ya, btw makasih buat para pembaca cerita ini💞

Kalau boleh saran, ayo jadilah pembaca yang bijak dan baik. Jangan pelit vote sama komen. Biar aku juga bisa intropeksi diri. Jangan jadi sinder ya 😘

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang