19• Kotak Bekal

2K 113 1
                                    

Bukannya aku bermaksud untuk munafik. Hanya saja keadan memaksa-ku untuk tak peduli terhadapmu.

•Mileno Adhyastha•

💧💧💧

Suasana kantin SMA Pertiwi saat ini tengah ramai, siapa lagi kalau bukan karena sekumpulan cowok yang duduk di bangku unjung kantin. Membuat siswi disana tak sedikit yang mencuri-curi pandang.

Agam kini sedang menjadi bahan candaan teman-temannya. Bima lah yang paling semangat tertawa.

"Haha.. Gaga cucok, deh." ledek Bima yang paling getol.

"Geli gue dengernya, Bim. Kek banci lampu merah lo," sahut Edo.

Tawa Bima masih mendominasi, tapi Agam tak peduli, ia memilih memakan mie ayam dengan khidmat.

"Lagian lo, Ga. Ngapain sih pake plester segala, mana banyak bintang-bintang nya lagi. Biasanya bonyok dimana-mana juga dibiarin."

Bima menyeruput jusnya, tenggorokannya terasa kering sejak tadi tertawa terus.

"Yang ini lain, anggap aja keberuntungan. Gue gak akan lepas, sebelum luka gue bener-bener sembuh." jawab Agam tegas.

"Serah lo, yang ada sekarang anak-anak bukannya takut tapi malah ketawain lo."

Agam mengangkat bahunya acuh, tak peduli. Toh dia bukan monster yang perlu ditakuti.

"Eh, lo kemana kemarin?" tanya Edo, nah ini kan lebih berbobot pertanyaan-nya ketibang celotehan Bima.

Agam masih diam, tak berniat tuk menjawabnya.

"Hm, gue tau nih. Roman-romannya lo kabur bareng cewek bajaj itu kan?"

"Namanya Milly, Bim." koreksi Agam cepat.

"Bomat. Gue masih kesel sama dia." jawab Bima menampilkan wajah cemberutnya. Membuat Agam dan Edo tak bisa menahan tawa mereka.

"Gue serius. Lo beneran lari bareng tuh cewek?" tanya Bima sekali lagi.

"Kalo iya, kenapa?"

"Dih, ditanya malah balik tanya. Lo ngapain nolongin dia coba?"

Bima masih terlihat kesal dengan Milly rupanya, kemarin anak sekolahnya yang ikut tawuran bilang kalau Agam pergi sama cewek, seragam sekolah SMA Pancasila. Siapa lagi kalau bukan dia.

"Naluri cowok kali, Bim." kini Edo yang menimpali.

"Gue setuju sama Edo. Lagian dia kan bukan dari sekolah kita, gak ada hubungannya sama tawuran kita."

"Serah lu pada aja. Akumah apa atuh, serba salah kek lagunya mantan terindah gue si Raisa."

"Mantan sopirnya kali." seketika tawa Agam dan Edo pecah. Merasa puas telah berhasil membully Bima.

Yang di bully kini menampilkan wajah cemberutnya. Kan, kadang dia heran kenapa bisa punya temen macam mereka. Laknat semua.

💧💧💧

Milly sedang gugup sekarang, ia meremas kotak bekal makan siang yang sedari tadi ia genggaman.

"Deb, serius nih gue lakuin ini," tanyanya pada Deby yang berdiri disampingnya.

"Yap, pokoknya lo harus ikutin rencana gue. Ini yang pertama, oke!" seru Deby menyemangati.

"Ck. Mainstream banget sih cara lo? Kenapa juga bekal gue yang jadi korban?" sungut Milly.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang