22• Awal Sebuah Luka

2.2K 124 1
                                    

Aku ingin lihat, sejauh mana kamu masih tetap bertahan dengan segala luka itu?

•Mileno Adhyastha•

💧💧💧

Saat ini suasana kantin sedang ramai karena memang sedang waktunya istirahat.

Seramai hati dan pikiran Milly sekarang, saking ramenya sampe macet dan mentok gak bisa buat mikir lagi.

Ia memakan mie gorengnya dengan lesu. Deby yang sejak tadi memperhatikan keanehan sahabatnya hari ini dibuat sedikit heran. Biasanya Milly tuh gak bisa diem. Tapi sejak masuk kelas setelah rapat, mukanya agak aneh gitu. Menyeramkan.

"Lo gak suka mie-nya, Mill?" Deby mencoba memulai percakapan. Tapi yang ia dapat sebagai jawaban hanyalah gelengan kepala.

"Kenapa sih, lo? Sakit?"

Milly menghela napas kasar. "Gue stres tau, gak?"

Deby yang mendengar jawaban itu langsung tertawa terbahak. "Haha, baru nyadar lo? Kapan sih, lo waras?"

Milly merasa kesal, bukannya kasih solusi ini malah diketawain.

Sebelumnya Raka sudah chat Milly, katanya waktu untuk menjalankan misi ini 2 minggu dari sekarang. Gimana gak tambah shock coba?

Lagian kenapa mesti tema olahraga sih? Kenapa bukan yang lain saja.

Sebenarnya bukan masalah tema sih, tapi lebih kepada kemampuan dirinya sendiri. Asal tahu saja, nilai olahraga Milly juga gitu-gitu aja, memprihatinkan malah. Dari semua olahraga dan permainan, ia cuma bisa main bola kecil. Itupun bola bekel, nah kan. Itu bukan sejenis olahraga, kan?

Mau bagaimana lagi, komandan sudah memerintah, pasukan mau tidak mau harus tetap laksanakan.

Misi yang dibilang Raka adalah salah satu dari program kegiatan jurnalistik disekolah SMA Pancasila.

Karena nantinya hasil wawancara ataupun video tersebut akan dibuat sebuah laporan maupun cerita berbentuk short movie untuk di tampilkan pada Explore Talent On Sport (ETOS) nantinya. Dan itu akan dilaksanakan kurang lebih 3 mingguan lagi.

Selama ini eskul jurnalistik juga tak kalah berprestasi. Sudah banyak piala yang disumbangkan dari lomba-lomba yang di ikuti.

Dan kali ini, eskul jurnalistik akan mengikuti perlombaan film dokumenter. Dengan tema tahun ini adalah olahraga.

"Woy! Malah bengong nih kecambah."

"Ck. Apaan sih, Deb?"

"Hm, gue tau nih. Roman-romannya lo stres gegara jurnalistik nih. Lagian gue heran, cewek kayak lo kok bisa masuk jurnalistik gitu?" Milly memandang Deby dengan kening yang berkerut.

Kadang Milly juga bingung, kenapa dia bisa milih eskul jurnalistik. Mungkin dia salah masuk kali ya?

Meski Milly gak pinter-pinter amat, bermodalkan pernah menang lomba buat puisi tingkat Kelurahan dulu... Waktu TK dan akhirnya menang juga, menanggung malu sih tepatnya. Iyalah, lawannya aja anak SMP-an gimana ia bisa juara, ngomong aja masih cadel.

"Eh, itu bukannya Milen sama... "

Milly mengikuti arah pandang Deby, dan benar saja. Disana, Milen terlihat hangat ya... cuma sama Bella.

Kembali Milly memakan mie gorengnya, kali ini sedikit rakus. Biarlah, hati dan otaknya sudah gersang sekarang, mungkin sebentar lagi akan ada yang terbakar.

💧💧💧

Setelah menceritakan semua keluh kesahnya pada Deby, pulang sekolah ini Milly akan melancarkan aksinya.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang