Semoga hangatnya bisa kau rasa,
Agar setitik bekumu bisa mencair.-post it.
🐾🐾🐾
Milly terus berlari sepanjang lorong koridor kelas XI yang ramai akan manusia ini.
Tubuhnya yang kecil terus menyelinap setiap kali harus berpapasan dengan siswa lain yang berjalan berlawanan arah dengannya. Dengan lihai melakukan gerakan menyerong ke kanan dan kiri, untuk menghindari tabrakan.
Meski sudah menghindar, tetap saja terjadi. Tanpa sengaja ia menabrak siswa berkacamata tebal yang membawa tumpukan buku. Alhasil, buku tersebut jatuh berserakan di lantai.
Sejenak Milly berjongkok. Ikut membantu memungut buku tersebut, dilihat dari tampangnya sih muka-muka pinter, mungkin dia anak IPA.
"Maap lagi buru-buru." katanya sambil memunguti buku asal.
"Gimana sih! udah tau rame, Malah lari-larian." nah loh, dia marah kan. Udah dibilang kagak sengaja juga.
"Yee, namanya juga gak sengaja. Noh, ambil aja sendiri." kesal Milly, udah untung dia mau bantuin mungut, eh kena semprot juga.
Milly kembali melanjutkan tujuannya, meninggalkan siswa berkaca mata tebal itu, yang masih sibuk memunguti bukunya.
"Dasar gelo! Malah kabur dia."
Tak peduli sumpah serapah setiap siswa yang di tabraknya, Milly terus berlari sampai tiba ia di depan pintu ruang osis.
Keringat bercucuran didahinya, mengalir membanjiri seragam sekolahnya. Napasnya masih tersengal-sengal akibat lari sepanjang koridor.
"Sorry telat." katanya setelah dirasa pasokan udara mulai mengisi rongga dada.
Semua pasang mata yang ada diruangan itu sontak menoleh ke arahnya.
Milly memang mengikuti eskul jurnalistik, dan hari ini ada rapat. Tapi ia baru membaca pesan di Group tadi pagi.
Alasannya klise, sebenarnya semalam ia tak bisa tidur. Matanya enggan tuk terpejam, otaknya selalu dipenuhi dengan Milen.
Insiden kotak bekalnya yang ketahuan di tas Milen, dan kejadian saat di meja makan semalam terus berputar di kepalanya.
Semalaman ia berpikir keras, mencari ide agar Milen kembali dekat dengannya. Alhasil, ia tidur cuma 3 jam. Dan paginya ia harus merealisasikan idenya itu.
Tapi tetap saja itu bukan alasan yang akan diterima disini. Raka-- ketua eskul Jurnalistik-- berdiri dari duduknya, menghampiri Milly yang masih berdiri diambang pintu.
"Lo gak punya jam?" katanya sarkastik. "Lo telat hampir satu jam, Mill!" lanjutnya.
Milly hanya cengengesan, ia memang salah. Dan Raka berhak untuk marah, tapi kalau dia lagi marah, sungguh. Ia sangat menyeramkan ternyata.
Suasana masih hening, Raka meneliti Milly dari ujung rambut sampai ujung kaki. Seperti sorot Singa yang tengah menilai tajam mangsa dihadapnnya, yang sewaktu-waktu siap menerkamnya habis-habisan.
"Lo harus di hukum." ucapnya setelah itu.
Raka mundur sedikit, kembali menatap anggota rapat yang lainnya.
"Oke gaes, gue udah tau siapa yang bakalan jalanin misi kita,"
Semua hening, menunggu kelanjutan yang akan diucapkan Raka.
"Milly." tenang, kalem dan... cukup membuat shock semua orang yang hadir di rapat itu.
Tak jauh beda dengan anggota lainnya, Milly melebarkan matanya, kaget. Apa maksudnya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI
Fiksi Remaja"Kenapa lo selalu mengusik hidup gue!" "Karena aku suka sama kamu." "Jauh-jauh dari hidup gue!" "Gak bisa. Intuisiku ngarahnya ke kamu, apa masih kurang jelas?" ~~~ Ini adalah kisah dimana perjuangan, pengorbanan, dan pengharapan seorang -Millynea A...