"Selamat siang Mentari!"
Suara layaknya petir disiang bolong begini nih, buat ancur ke-haluan seorang Milly.
Entah datang dari mana, datang tak terpanggil tetiba nongol sambil nyengir lebar.
"Ngapain lo ada disini?"
"Kan sekolah gue juga ikut ambil bagian kali. Sebagai warga sekolah yang baik, pastinya harus ikut berpartisipasi kan?"
"Lo pasti kangen berat ama gue kan? Kan? Ayo ngaku." Goda Agam.
Idih. Demi dorayaki punya Doraemon. Enggak kepikiran sampe sana. Dasar narsisnya Agam kelewat overdosis.
"Ogah kangenin elo. Gue masih pengin waras."
"Lah yang ngomong lo gila siapa?"
"Eh, itu lo ngatain gue. Hah?"
"Aduh, maksudnya-"
"Berisik. Kalo mau pacaran, jangan disini." Kuping Milen sudah penging mendengar ocehan dua Beo disini.
Agam tersenyum smirk. "Sorry bro. Lo pasti panas liat kita ya?"
"Atau, jangan bilang lo cemburu lagi." Agam tertawa mengejek.
"Gue gapunya waktu buat itu."
"Disini bukan stand sekolah lo, kalo lo mau beli silahkan. Tapi kalo lo cuma berisik mending jauhan."
"Hhahaa. Sengsi amat lo, PMS?"
Milen sudah geram. Dia benci kebisingan, apalagi sedari dulu Agam memang sudah menjadi rivalnya di ajang Futsal.
"Eh-eh, duh jangan ribut dong. Malu diliatin tau." Lerai Milly.
"Urus tuh pacar lo."
"Hah? Kita gak pacaran Milen. Suerr."
"Mana gue peduli."
Dengan lesu, Milly menarik Agam menjauh.
"Ish! Lo mau apa sih?"
"Mau kamu."
"Hah?"
Agam tertawa, suasana hatinya sedikit menghangat sekarang karena Milly. Apapun yang dia lakukan, dimata Agam sungguh luar biasa, hatinya mudah menghangat hanya dengan Milly.
"Mama kangen sama lo. Buktinya waktu lo ngikut gue, dia langsung baik keadaanya. Tapi sekarang-"
Milly sedikit terperenjat, apa Agam sedang tidak baik-baik saja? "Sekarang kenapa?"
Agam tersenyum kecut. "Kayaknya mama mau ninggalin gue sendirian." Suara Agam semakin lirih.
Mereka memang sudah menepi dari keramaian. Tapi nyatanya suara itu malah semakin terdengar sendu di telinga Milly.
Sebagai teman yang baik harus saling menghibur dan menguatkan, bukan?
Milly celingukan kesana-kemari. "Bentar. Lo tunggu sini."
"Kemana?"
Pertanyaan Agam menguap bersama udara, dipandangnya tubuh mungil Milly yang semakin mengecil, bergabung dengan kerumunan manusia. Mau apa dia?
Agam hanya diam mengamati, sembari duduk. Menunggu Milly yang kembali datang ke arahnya, kedua tangannya penuh, menjaga agar es krim itu tidak jatuh ataupun meleleh.
Agam tanpa sadar tersenyum, semudah itu kah gadis ini membuatnya baik?
"Nih, biar pilling gud" tangan kanan Milly terulur.
Sebelum menerima es krim vanilla kesukaannya itu, Agam mencubit gemas hidung Milly.
"Anak siapa sih ini gemes banget gue,"
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI
Novela Juvenil"Kenapa lo selalu mengusik hidup gue!" "Karena aku suka sama kamu." "Jauh-jauh dari hidup gue!" "Gak bisa. Intuisiku ngarahnya ke kamu, apa masih kurang jelas?" ~~~ Ini adalah kisah dimana perjuangan, pengorbanan, dan pengharapan seorang -Millynea A...