Jika aku menelepon Jiyong, maka ini yang akan terjadi
'Astaga! Aku tidak akan bermimpi kan? Atau kamu yang semalam bermimpi apa sayang?'
Aku mendengus saat mendengar kalimat Jiyong yang lebih seperti orang yang bersorak di seberang sana.
"Jiyong.. jangan berlebihan.."
'Aku hanya terlalu bahagia karena ternyata bukan hanya aku yang jatuh cinta. Kamu merindukanku ya? Sepertinya ini masih jam kantor dan kamu malah meneleponku. Kenapa? Tidak sabar dengar suaraku?'
Lagi-lagi aku medesah saat medengarnya banyak bergumen. Setelah cukup lama berpacaran dengannya, aku baru paham ternyata begitu mudah sekali membuatnya bahagia, yaitu : cukup berikan perhatian sedikit saja dan dia akan seperti bocah yang baru mendapatkan cotton candy.
Meski menggemaskan, namun kadang juga terasa menggelikan.
"Aku tidak ke kantor."
'Kamu kenapa?' Dan Jiyong bertanya cepat setelah mendengar balasanku. '––kamu sakit? Sakit apa? sudah ke rumah sakit? sudah periksa? sudah minum obat? jangan minum obat sembarangan, ke dokter spesial dulu. Aku bilang Ibu atau Dami Nuna ya?' Aku berdecak mendengarnya.
"Aku tidak apa-apa kok. Jangan buat semua orang cemas. Aku sehat."
'Serius? Terus kenapa kamu tidak masuk ke kantor? Jangan membuatku kawatir. Kecuali jika kamu resign atau dikeluarkan dari tempat itu aku akan sangat bahagia.'
"Aku tidak apa. Aku tidak akan resign, dan di keluarkan? Oh Jiyong, doa kamu menakutkan"
'Terlalu lama kamu disana malah membuatku semakin takut sayang.. kamu tidak tahu betapa aku terus memikirkan apa yang kamu lakukan disana? Berbicara dengan teman-teman priamu disana? Jangan seperti Seungri yang susah sekali diatur?' Kali ini Jiyong malah terdengar seperti tengah mengadu.
Membuatku kembali aku mengudarakan nafas saat mendengarnya berceloteh. Jika sudah begini maka jangan harap seharian ini Jiyong akan berhenti mengunkit hal yang sama.
"Aku libur. Kantor tutup hari ini."
'Benarkah? Gulung tikar?'
Astaga Jiyong..
Huft..
Aku sejenak membenarkan ponsel yang tertempel di telingaku. Ku pindahkan ke sebelah kiri dengan kepala miring dan bahu yang terangkat, sejujurnya aku sedang menuangkan makanan Iye ke dalam mangkok makannya.
Itu artinya aku tidak peduli dengan omelan panjang yang diutarakan pria Kwon tersebut di seberang sana.
"Iye –ah.. come here.."
'Sayang, kamu tidak mendengarkanku ya?' Kesal Jiyong, sepertinya dia mulai sadar jika sedari tadi aku tidak mengacuhkannya.
Dan memang benar, daripada membalas kecerewetan Jiyong ––yang pastinya akan berujung sama, yakni : sama-sama tidak aka nada yang mau mengalah dan dia akan merajuk nantinya–– maka aku lebih asik bermain dengan Iye yang saat ini mulai memakan makanannya.
"Iye –ah.. ah lembutnya bulumu.."
'Sayang, apa yang kamu––––'
"Aku libur dan pergi ke rumahmu sekalian mengurusi Iye dan Gaho. Aku sudah bilang pada Ibu untuk tidak usah kemari, kemarin sepertinya Ibu sudah mengisi isi dapurmu." Aku memotong kalimatnya seraya berdiri dari dudukku dan berjalan menuju dapur untuk mengambil sbeuah cola kaleng dingin dari sana.
Kulkas Jiyong yang penuh berarti memang benar jika bukan Ibu, tentu Dami yang sudah mengisinya, itulah alasan kenapa aku dapat lebih bersantai di apartemen Jiyong hari ini ––karena jadwal belanja ini dan itu sudah tidak perlu ku lakukan.
"––dimana makanan Gaho?" Aku kembali melanjutkan setelah meneguk cola yang baru ku buka. Ku letakkan minuman dingin tersebut diatas meja saat aku mulai sibuk mencari makanan anjing peliharaan Jiyong yang tidak ku temukan di tempat biasa.
'Kenapa kamu lebih mengurusi Iye atau Gaho sih?'
Lantas kalimat Jiyong membuatku kembali menghela nafas panjang. Hingga ku putuskan untuk kembali ke depan dan mendudukan diriku di sofa ––sambil melihat Iye makan dengan dengan lahap.
"Kamu terdengar cemburu pada anjing dan kucing sayang.."
'Buktinya mereka yang lebih kamu perhatikan.' Rajuknya.
Lalu maksudnya?
Ya ampun si Kwon ini.. jika tidak peduli padanya untuk apa aku repot-repot menghabiskan waktu liburku untuk mengurusi rumahnya?
'––sudah bilang saja ada apa?'
Aku mengernyit. "Maksudnya?" Membuatnya memperdengarkan sebuah desahan.
'Aku tidak mengenalku sehari dua hari saja sayang.. Kamu hanya akan menghubungiku jika ada sesuatu? betapa pedihnya ya menjadi aku ini. Huft.. Sekarang apa?' Balasnya, membuatku sejnak menggigit bibir bawah.
Oh! Sepertinya bukan hanya aku yang terlalu mengenal peraganya. Ia pun sepertinya mulai paham bagaimana kebiasaanku.
'––minta dibawakan apa?'
Aku menghela nafas berkali-kali sebelum membuka mulut untuk menyampaikan apa yang sedari tadi mengganjal pikiranku.
"AkuakanikutkeTokyobersamatemantemankantorbesokakuberangkatakusudahmintaijinkanpokoknyakuakanberanhkatbesoksudahitusaja!"
'Apa?'
Jika Jiyong saat ini tengah mengernyitkan kening, maka yang kulakukan adalah mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
'––kamu nge rapp?'
Iya, aku menjadi rapper dadakan.
"Teman-teman kantor mengadakan tour bersama ke Tokyo."
'Tidak.'
"Ada pameran disana."
'Tidak'
'Sekalian untuk liburan bareng."
'Tidak, sekali tidak tetap tidak.'
"Kwon Jiyong ininkan urusan pekerjaan." Protesku tidak terima.
'Kamu tahu banyak hubungan berakhir karena banyak mengatas namakan pekerjaan? Makanya keluar saja dari pekerjaanmu itu. Cukup berada di rumah. Temani Iye dan Gaho selagi aku tidak ada. Aku yang bekerja. Kau itu mau sampai kapan ngga percaya kalau aku bisa mencukupi semua kebutuhan kita dan anak-anak kita nantinya, mau––––'
"Aku tetap akan pergi. Mau kamu ijinkan atau tidak aku tetap akan pergi. Tau begini aku tidak meminta ijin darimu."
'Jadi tadinya kamu tidak ingin memberi tahuku dan langsung pergi kesana begitu saja?'
"Iya." Aku mendengus dan bertaka singkat, di seberang sana Jiyong kembali menghela nafas. "––sudahlah Ji.. aku kesana juga bukan untuk main-main saja. Dan aku tidak sendiri, ini perjalanan kantor. Aku bekerja, bukan tiba-tiba main ke sana dan diberitakan makan malam, jalan atau bertemu dengan seseorang, seperti seseorang." Lanjutku jengah, sekalian mengingatkan tentang berita yang sempat menggegerkan media ––iya, mengenai pacarku dan ––lagi-lagi gadis negara Sakura–– beberapa waktu yang lalu.
Hening beberapa saat.
Aku masa bodoh.
Memang hanya dia yang boleh merajuk.
'Sayang kenapa itu dibahas lagim kamu kan tabu itu cu––––'
"Intinya aku sudah bilang." Potongku seraya berdiri dari duduk. Ku sambar tas jinjingku sebelum aku melanjutkan, "––aku akan membeli makanan Gaho sebagai persedian untuk minggu ini, sepertinya Ibu lupa membelinya."
'Jangan mengalihkan pembicaraan. Jangan salah paham , bukan karena aku tidak mau kamu pergi, aku cuma kawa––'
"Aku pergi. Bye sayang."
Tut
Mati.
Sekalian saja ku non aktifkan ponselku.
...
-karena hidup tidak semulus kaki Kwon Jiyong yang no bulu- quoteoftheday
KAMU SEDANG MEMBACA
G Dragon x You [some chapt 🔞]
FanfictionSome chapter is PRIVACY! Ketemu - Pacaran - 'Ehemb' an - Nikah - Punya baby = Sama KWON JIYONG! Mauuuu?