[22] Sayang.. Sakit

8.1K 545 46
                                    

Inilah yang aku terima saat baru saja ku non aktifkan mode pesawat begitu aku menapakkan kaki di bandara.

"Iya Ji.. Aku baru saja sam--"

"Sayang, rasanya aku seperti mau mati."

"!"

"Sayang.."

"APA?!"

.
.

Jika bukan karena ucapan ngawur Jiyong, mungkin aku tidak harus berlarian mencari taksi sambil meeyeret kopor setelah sebelumnya aku mendapat banyak omelan dari atasan karena tidak bisa ikut ke kantor untuk preparing kegiatan besok sekalian merapatkan planning tentang acara pameran yang akan diadakan dikantor. Seperti tujuan dari liburan kemarin, yakni mencari ide. Jadi kami akan membicarakannya setelah kami kembali dari Jepang. Boss ku adalah orang yang tidak bisa menunggu jika itu untuk masalah kantor.

Panggilan itu membuatku memutuskan untuk pulang. Lantas.. sebagai ganti dari sikapku yang seenak jidat, sudah dipastikan aku tidak akan mendapatkan libur minggu ini.

Aku segera turun dari taksi dan memasuki gedung menjulang yang baru beberapa waktu yang lalu ku singgahi, apartemen Kwon Jiyong.

Segera ku buka pintu hunian mewah Jiyong dengan jantung berdebar. Lalu, Seorang ber hoddie motif si cartoon kuning 'spongebob' juga kupluk yang serupa itu berdiri dari duduk selonjoranya di depan pintu -seperti orang terlantar di rumah super mewahnya. Kemudian, sepasang kaki berbalut alas kaki berkepala si sponge kuning itu -oh! alay sekali pacarku ini- mendekatiku dengan wajah tertekuk.

Ini kah orang yang katanya 'seperti mau mati?'

Tampak sehat dan begitu segar seperti ini? Bahkan seperti peserta parade busana yang siap mengikuti karnaval?

"Kamu sedang bercanda ya?" Tanyaku saat tubuh tinggi kurus itu sudah berdiri tepat di hadapanku.

Jiyong masih mengerucutkan bibirnya -monyong beberapa senti ke depan, biasanya menggemaskan, namun entahlah.. sekarang begitu menyebalkan.

"--atau mau berantem sama aku? kamu nggak tau betapa kawatirnya aku? kamu kangen marahan sama aku? nggak bisa bedain mana bercandaan mana yang serius? aku udah kaya orang gila di jalan gara-gara cemas sama kamu" Aku melanjutkan kesal. Dia memang perlu tahu bagaimana perjuanganku mengangkat dan menarik kopor di jalanan karena saking kawatir dan ingin cepat-cepat menemuinya.

Jiyong makin mengerucutkan bibir lalu ia melipat tangan di bawah dada. Ku perhatikan wajahnya yang mendengus kentara.

"Kok nggak perhatian sih. Aku bahkan langsung pulang dari gedung YG setelah merasa tidak enak badan" Ia bergumam, sebelah tangannya menarik tangan kananku, lalu menempelkannya pada dahi dan pipinya.

Cukup panas.

"--aku beneran sakit yang.."

Astaga.. benar pria manja ini demam rupanya.. est! tapi demam sedikit bukan berarti seperti mau mati kan?

"--yang sini mampet, yang sini enggak.." Lanjutnya, ia menyentuh hidung bagian kanan dan kirinya secara bergantian sebelum menempelkan kembali telapak tanganku pada pipi tirusnya. "--Eh yang, peluk dulu kali.. masa nggak perhatian gitu aku sakit. Kamu baru nyampe ya? ughh.. Kangen.."

Aissh! Pria ini sakit atau tidak tetap saja menguji kesabaran. Tapi ya sudahlah.. akhirnya ku rengkuh juga tubuh kurus itu, mengusap punggung berbalut jaket hoddie yang cukup kebesaran ditubuhnya.

G Dragon x You [some chapt 🔞]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang