Aku terbangun, tapi aku masih mau tidur. Memeluk tubuh Jiyong sepertinya akan nyaman.
Namun, tempat disebelahku kosong. Reflek aku langsung membuka mata lebar.
Jiyong kemana pagi buta begini?
Terpaksa aku turun dari ranjang lalu keluar kamar. Kasur tempat Jiyong berbaring yang sudah dingin menandakan jika Jiyong sudah meninggalkan tempat itu sedari tadi. Biasanya dia akan bilang apapun sebelum kami tidur jika dia harus pergi pagi-pagi.
Tapi seingatku, semalam Jiyong tidak bilang apa-apa. Malah dia sempat bersorak karena harusnya hari ini libur.
Apa terjadi sesuatu yang mendadak?
"Kok bangun?"
Aku menghela nafas lega setelah melihat Jiyong berada di dapur dengan spatula dan teflon di kedua tangannya.
Aku mendekatinya. Ku lihat ada telur kocok di mangkuk.
"Kamu laper?"
Jiyong meletakkan sebentar teflon dan spatulanya diatas kompor. Setelah itu dia berbalik dan mendekatiku, memeluk pinggangku.
"Kenapa nggak bangunin aku saja sih? Kamu kan nggak bisa masak.." Aku mengerucutkan bibir, dan dengan gemasnya Jiyong malah menciumku kilat.
"Aku nggak laper. Tapi kamu tu yang suka laper kalau sudah bangun.." Jiyong mengusak rambutku sebelum mengelus perutku.
Aku ingin mengelak ucapannya, tapi apa yang dikatakannya memang bener sih.. Semenjak hamil, pagi-pagi setelah bangun aku pasti kelaparan dan mencari sesuatu untuk ku makan. Karena itu jangan tanya berat badanku sudah naik berapa kg sekarang.
"Tapi ini masih pagi banget Jiyong.. Aku nggak bangun karena lapar.. Tapi karena kamu nggak ada."
"Ciee.. Mulai bucin ni Nyonya.." Balas Jiyong sembari mencubit pucuk hidungku.
Cringe banget sih... Tapi aku cheessy. Bisaan banget calon Papa satu ini memang..
"Harus pagi-pagi biar bisa bikin makanan enak. Hehehe.." Jiyong menggeser tubuhnya untuk menutupi meja di belakangnya
Aku curiga. Dan benar saja, entah sudah berapa butir telur yang ada diatas piring. Ada yang gosong, ada yang belum matang, ads yang hancur, ada yang sudah tidak berbentuk telur.
Aku mendengus makhlum. Jiyong memang hampir tidak pernah sama sekali memasak. Dan jelas aku tidak akan mengijinkannya memasak. Selain karena aku tidak mau dapurku hancur, jelas saja jika dia yang memasak maka dia seperti akan memberi makan orang se Mapo-gu, seperti kali ini.. Jiyong tetap Mr. Perfectionist yang tidak akan menerima ada kesalahan sedikitpun, tidak terkecuali untuk makanan, apalagi itu untuk...
"Masih ada kok telurnya di kulkas.. Makan untuk baby kan harus yang terbaik." Aku memutar malas mataku menghindari tatapannya.
Padahal ini hanya telur dadar biasa, bagaimana sih rasa telur goreng? Dimana-mana juga sama saja.
"Biar aku yang masak. Kamu cuci tangan, cuci muka sana."
"Enak saja. Aku yang masak. Kamu yang balik tidur saja sana." Jiyong memegang pundakku lalu membuatku berbalik, dia mangajakku untuk berjalan keluar dapur.
Aku berhenti melangkah saat hampir mencapai pintu.
"Bukannya kenapa-napa, kamu nggak ingat jadi apa dapurku waktu kamu nyoba masak terakhir kali?"
Hampir terbakar karena Jiyong lupa mematikan kompor dengan wajan berisi minyak.
"Sekarang aku sudah pro.." Kembali Jiyong menuntunku untuk keluar dapur.
Aku menahannya. Jelas aku tidak percaya padanya.
"Aku sudah nggak ngantuk."
"Masih pagi banget sayang.. Sini aku tidurin dulu.."
Pluk!
Ku pukul lengannya kesal. Dia malah tertawa.
"Aku pukpuk in maksudnya.. Galak banget calon Mama.." Lagi-lagi Jiyong mencuri ciuman di bibirku yang mengerucut.
"Aku disini saja. Nemenin kamu masak."
"Tidur lagi!"
"Nggak mau!"
"Tidur sayang.."
"Nggak." Aku menggeleng mantap.
Akhirnya balas Jiyong yang menghela nafas panjang.
"Kalau kamu disini aku nanti bukannya fokus bikin makanan tapi malah pengen makam kamu."
"Ya sudah ayo.."
"Eh serius ni?"
Aku menarik lengan Jiyong lalu memeluknya.
"Aku masih mau pelukin kamu. Eh kamunya lebih pengen di dapur sendirian.."
"Tapi ntar makannya bagaimana?"
"Pesen dong. Masa dapat libur sehari saja aku masih mau ditinggal lagi sih?"
Mood swing ibu hamil jangan ditanya. Jiyong saja suka bingung dengan sikapku.
"Lagipula aku nggak minta dimasakin kan? Minta dipelukin aja yukk.." Lalu tanpa menunggu jawaban dari Jiyong, aku segera menarik tangan Jiyong dan membawanya kembali ke kamar.
Pria itu hampir tidak punya waktu istirahat. Mana mungkin aku membiarkannya berkutat di dapur dengan wajan dan spatula?
Enak banget wajan sama satulanya dipegang-pegang.
Okay.. Sepertinya aku memang masih mengantuk jadi pikiranku ngawur begini..
.
.Iya cringe.
Btw view sama review jomplang banget kaya tinggi badan Haruto sama Hyunsuk :)
KAMU SEDANG MEMBACA
G Dragon x You [some chapt 🔞]
Fiksi PenggemarSome chapter is PRIVACY! Ketemu - Pacaran - 'Ehemb' an - Nikah - Punya baby = Sama KWON JIYONG! Mauuuu?