[37] midnight sickness

3.7K 275 26
                                    

Aku melihat jam yang tergantung di dinding saat aku merasa sesuatu dalam perutku seperti naik ke tenggorokanku. Jam masih pukul 02.15 lewat tengah malam dan aku mual.

Ku singkap selimutku lalu pelan-pelan aku turun dari ranjang, rasa mual masih bisa ku tahan, meski begitu aku tetap harus pergi ke kamar kecil karena seperti yang sudah-sudah, perutku tidak akan membaik jika aku belum mengeluarkan isinya.

Sebentar ku lihat Jiyong yang tertidur begitu pulas. Dia baru pulang tengah malam tadi setelah ada acara dengan rekan bisnisnya di luar kota. Aku tahu dia lelah dan kurang beristirahat, karena itu ku biarkan saja dia tetap lelap.

Aku jalan pelan-pelan menuju kamar mandi setelah ku pastikan bahwa Jiyong sama sekali tidak terganggu.

Namun..

“Mau kemana?”

Saat aku hampir mencapai pintu kamar mandi, suaranya ku dengar. Dia terbangun.

Aku menoleh dan mendapati Jiyong berusaha duduk.

“Ke kamar mandi sebentar..” Ku lihat Jiyong yang masih setengah memejamkan mata berusaha untuk melihatku.

“––kamu tidur saja lagi.. aku hanya sebentar kok..”

Namun bukannya menurutiku, yang ada Jiyong malah meurunkan kaki ke lantai. Dengan mata yang masih belum sepenuhnya terbuka, Jiyong meraba-raba dimana letak sandal  bulunya dengan kaki. Terpaksa membuatku harus lebih lama lagi menahan rasa mual yang sepertinya semakin terasa.

Setelah mendapatkan sandal kakinya, Jiyong berjalan perlahan untuk mendekatiku.

“Apakah mual lagi?”

Oke. Aku tidak bisa mengelak. Terlebih saat ku lihat kedua mata Jiyong yang sudah terbuka dengan lebar.

“––kemarin kamu juga muntah-muntah kan? Kemarin-kemarinnya lagi juga kan?” Sebelah tangan Jiyong membelai pipiku. “––kamu tidak apa-apa kan sayang?”

Lantas setelahnya aku tersenyum lembut. Ku ambil tangannya di pipiku lalu ku genggam.

“Sudah biasa kok..”

“Sudah biasa bagaimana? Apa yang kamu makan semalamnya pasti keluar kan?”

“Aku tidak apa-apa Kwon Jiyong.. memang seperti ini kalau sedang hamil muda..”

Sebentar Jiyong memejamkan mata, seperti tengah memikirkan sesuatu. Setelahnya dia kembali menatapku dengan pandangan bersalah.

“––tidak perlu dipikirkan, aku kan cepat lapar dan makan banyak kok..”

Jiyong tidak membalas, dia malah menarikku dan memelukku erat. Aku tidak bisa menolaknya, terpaksa juga aku menunda niatku untuk ke kamar mandi.

“Maafkan aku ya sayang..” Bisiknya lembut semakin erat memelukku.

“Kenapa minta maaf?”

“Kamu pasti kesulitan ya? Terlebih aku sering tidak berada di rumah..”

Aku semakin tersenyum, ku balas pelukannya dengan sebuah usapan lembut di punggungnya yang terasa keras. Lantas.. Senyumku memudar, Jiyong ku mengurus karena terlalu sibuk. Bagaimana mungkin dia meminta maaf padaku yang bahkan tidak melakukan apa-apa di rumah? sedang Jiyong hampir tidak pernah pulang karena sibuk bekerja.

Ku benamkan wajahku di lehernya yang juga semakin terlihat kurus dan jenjang. Ku hirup dalam-dalam aroma yang menguar dari sana. Dan….

Ajaibnya rasa mualku langsung menghilang entah kemana.

Aku semakin nyaman memeluknya, membuatku semakin mengantuk juga.

“Aku akan bantu memijatmu.. apakah masih mual?” Jiyong melepaskan pelukannya, namun tangannya masih melingkar di pinggangku yang memang sedikit berisi.

Ku tarik dirinya, ku benturkan pelan keningku dengan keningnya.

“Aku mengantuk..”

Terlihat wajah Jiyong yang tak mengerti.

“Bukannya tadi kamu mau muntah ya?”

Aku menggeleng pelan. Ku tegakkan kepalanya lagi lalu ku tarik tangannya untuk ku genggam.

“Aku mengantuk.. Bisa memelukku sampai aku tidur?”

Jiyong langsung tersenyum lembut. Setelahnya ia perlahan berlutut, wajahnya tepat berada di depan perutku.

“Anak ku kenapa nakal begini sih? Pasti seperti Mamanya..” Dia mendongak dan mengerling ke arahku yang langsung mengernyit.

“Apaan sih?”

Jiyong terkekeh. Lantas dia kembali menatap perutku, “Tapi tidak apa-apa.. Papa yakin kalau nanti kamu akan menjadi anak yang hebat..”

Jiyong mengakhiri ucapannya dengan sebuah ciuman lembut diatas permukaan perutku yang terlapisi piyama. Ku balas ucapannya dengan mengusap lembut rambutnya. Membuatnya kembali memeluk pinggangku, menempelkan pipinya di perutku.

Kami bertahan di posisi itu cukup lama.

“Lalu kapan aku bisa tidur?” Tanyaku, karena aku paham jika selain aku yang mulai memgantuk, Jiyong pun butuh tidur lagi karema besok pagi-pagi dia harus kembali bekerja.

Jiyong mendongak dengan senyumnya lalu berdiri.

“Kajja..” Balasnya sembari meraih tanganku dan menuntunku menuju ranjang.

Dia langsung memelukku saat kami sudah sama-sama berbaring.

“––akan ku puas-puaskan waktu bersamamu..”

Aku kembali mengernyitkan kening, “Kenapa bicara seperti itu?”

“Karena sebentar lagi akan ada makhluk kecil nakal yang akan selalu menganggu kita.”

Aku tertawa kecil.

“Kamu menyebut anakmu sendiri dengan sebutan makhluk kecil nakal, hmb?”

Jiyong semakin mengeratkan pelukannya.

“Hahaha.. tapi aku suka.. akan sangat menyenangkan kalau kita memiliki banyak makhluk kecil yang nakal.”

Ku balas kalimatnya dengan sebuat senyuman. Ku resapi matanya yang tampak sayu dan lelah.

“Okey.. kita kan memikirkan tentang makhluk-makhluk kecil nakal itu nanti.. sekarang bisakah kita tidur?”

Chup!

Jiyong mengecup keningku.

“Jaljayo..”

“Selamat tidur juga sayangku..”

.
.

Baper?

Sama.

Gue kangen Jiyong! TITIK!

G Dragon x You [some chapt 🔞]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang