malam pukul 19.45.
Hujan membasahi jalanan yang sedang ramai. Rintik hujan membasahi mobil dan motor yang berlalu lalang di jalan raya. Kerlap kerlip lampu jalan membuat indah siapapun yang memandangnya.
Gadis itu menatap keluar jalan. mengabaikan handponennya yang berdering. Sudah lama ia tidak melihat keadaan seperti ini. Ia mengambil secangkir cokelat yang sudah dingin lalu meminumnya.
tak lama kemudian, seorang lelaki datang dengan basah kuyup. Membuat gadis itu mengalihkan perhatiannya pada lelaki itu. Ia tercekat. Lelaki itu tersenyum lalu memberi uang kepada penjaga kasir. Gadis itu berdiri.
Lelaki itu mengambil pesanannya lalu pergi. Meninggalkan gadis yang masih mematung karenanya.
**
Hari senin. Siapa yang tidak membenci hari senin? hari dimana para siswa harus bangun pagi dan mendengarkan pidato super panjang dari kepala sekolah dengan berdiri. Siapa yang menyukai hari senin?
Jam tangan berwarna cokelat itu menunjukkan pukul 07.10. Dimana saat siswa-siswi SMA Garuda sedang ramai. Honda Mobilio berwarna cokelat tua itu berbelok ke parkiran SMA Garuda. Seperti biasa, Adela memarkirkan mobilnya dibawah pohon mangga yang rindang. Tetapi, rencana Adela tidak berjalan seperti biasanya. Tempat parkirnya diambil. Adela langsung turun dari mobil lalu mendekati sang pemilik mobil.
"Eh minggir. Ini tempat parkir gue"
Lelaki itu hanya mengangkat alisnya sambil melihat Adela.
"emang sekolah ini punya nenek lo? Enggak kan. Siapa cepat, ia dapat."
Adela tertohok mendengar itu. Lelaki itu turun dari mobil lalu meninggalkan Adela yang masih mematung karenanya.
**
Kebahagiaan itu adalah setelah upacara, pelajaran Kimia kosong. Begitu juga yang terjadi di kelas XI IPA 1. Sebagian para lelaki menonton film hantu di laptop david. Sebagiannya sedang membicarakan tentang pertandingan bola tadi malam.
"gue menang" Adela tersenyum. Ia selalu memenangkan permainan scrabble. Teman-temannya membereskan permainan scrabble lalu memulai ulang. Kali ini Adela memilih tidak ikut. Ia ingin melanjutkan membaca novelnya yang belum selesai.
BRAKK!!
Pintu kelas di dobrak oleh 4 lelaki yang dikenal dengan preman sekolah. Ialah Alvito, Naufal, Panji dan Rio. Anak kelas XI IPS 2 yang hobi membolos saat pelajaran sejarah.
Adela memperhatikan salah satu anggota geng yang dikenal dengan nama Alvito Hanan Candrakanta. Lelaki yang dikenal 'hangat' kepada para siswi. Lelaki yang dikenal dengan lesung pipinya yang sangat dalam membuat para siswi terpana, apalagi saat Alvito tersenyum.
"Hai Adela" Suara itu membuat sekelasan sukses hening. Membuat Adela terbelak. Ia menyadari kalau lelaki yang berada di parkiran tadi adalah Alvito. Alvito tersenyum tipis melihat Adela mematung karenanya.
"Al udah yok" Ajak Naufal. Alvito mengangguk. 4 lelaki itu akhirnya pergi setelah 5 menit datang ke kelas XI IPA 1 tanpa tujuan.
"ADELAA ANJIR! LO KOK BISA SIH?" Tanya Sasha, teman sebangkunya. Sasha memandang Adela dengan sumringah. Adela hanya menatap tajam Sasha. Semua orang tahu, kalau Adela sudah menatap orang dengan tatapan itu, artinya ia tak mau diganggu.
Senyum Sasha langsung memudar melihat Adela menatapnya. Ia langsung memutar tubuhnya kedepan. Sementara Adela melanjutkan membaca novelnya.
**
Alvito, Naufal, Panji dan Rio berjalan menuju Kantin. Sudah saatnya istirahat. Alvito, Naufal, Panji dan Rio duduk di tempat biasa, dibawah pohon cherry. Sedari tadi, Alvito memperhatikan Adela yang sedang bercanda dengan kedua temannya sambil memakan siomaynya.
"Eh yo, kayanya ada yang punya gebetan baru" Sindir Naufal. Rio yang sedang menikmati buah cherry yang ia petik tadi. Rio langsung melirik Alvito yang sudah menatap Naufal tajam.
"iya.. gue kira dia homo" Timpal Rio yang membuat Alvito melemparkan tisu yang basah karena kuah bakso Alvito yang sangat pedas. Sayangnya, Rio dan Naufal menghindar. mengenai gadis yang berada di depannya.
PLAKK!!
Adela.
**
Short banget ya? Baru awalaaannn! tenang ajaa heehee.
Tentang update setiap hari sabtu atau minggu yaa! jangan lupa Votemennt ahay *bighug*
TUNGGU MINGGDEP YAA SEMUA! Makaciw!
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen FictionRuang Kosong. Selalu ada ruang kosong. Hanya untukmu. Kadang aku ragu membukakan pintu hati untukmu. Maafkan aku yang selalu mengutamakan keegoisanku. Sekarang ruang itu kosong. tanpamu. Kembalilah.