Rahasia itu sudah sampai ke telinga Adela.
Gara gara Rio, semuanya bocor. Sekarang, Rio sedang tertunduk bersalah dihadapan Panji dan Naufal yang menatap Rio tajam. Diiringi dengan helaan nafas panjang Naufal.
"Terus gimana?" Akhirnya Panji bersuara. Naufal menatap layar handphonenya gusar.
"Yaudah kasitau Vito dulu aja" Jawab Naufal sambil mengetikkan sesuatu di layar hpnya.
Naufal mencari kontak Alvito di handphone, lalu menekan tombol telepon saat menemukan kontak Alvito. Ia langsung menekan tombol loudspeaker.
"Apa telpon telpon? Kangen ya lu"
"Yakali kangen sama ampas kayu kayak lo" Jawab Naufal diiringi tertawaan dari seberang, Alvito.
"Kenapa sih nelpon?"
Semua hening. Naufal, Panji sedang menyiapkan telinganya untuk mendengarkan umpatan yang dikatakan oleh Alvito. Sedang Alvito diam, menunggu tujuan mereka menelpon Alvito.
"Jadi gini.. Adela udah tau"
Semua hening. Begitu juga dengan Alvito. Rio, Naufal dan Panji sudah siap lahir batin akan dibotakin oleh Alvito jika rahasianya bocor.
"Dari kapan?" Tanya Alvito dengan suara beratnya. Membuat atmosfer di warkop Bu Jumiah berubah menjadi menyeramkan.
"Tadi. Rio keceplosan" Jawab Panji. Terdengar helaan nafas dari ujung telepon.
Bohong kalau Alvito tidak rindu Adela.
Menjauh dari Adela merupakan hal terberat bagi Alvito. Ia harus menghapus line, instagram bahkan twitter yang Alvito selalu aktif disana.
Ia tidak mau gadisnya khawatir dengan orang bangsat sepertinya. Dengan berkat teman temannya, Alvito tahu kabar Adela walaupun dari jarak jauh.
"Kalau dia mau kesini. Antar aja. Soalnya gue belum bisa jemput dia. Minggu lalu ngga sempet recovery"
Ketiga temannya menghembuskan nafas lega. Mereka kira, Alvito akan menghabisi mereka dalam umpatan umpatan kasarnya. Ternyata tidak.
"Dan buat Rio. Selamat jadi lampu taman."
**
Sekarang, Adela sedang dirumah Alvaro. Meminta penjelasan kenapa Alvito ada di Jogjakarta.
Tetapi, Alvaro tetaplah Alvaro. Ia lelaki yang pintar ngeles. Dan alasannya masuk akal.
"Tau dari mana?" Tanya Alvaro tertegun saat Adela menceritakan obrolan dengan Rio.
"Lu tau kan Rio orangnya pelupa" Tambah Alvaro sambil melipat tangan. "Lagian juga Rio suka halu gitu kok"
Adela diam. Masih tidak bisa mencerna semuanya. Alvaro berjalan ke Dapur, menyiapkan beberapa cemilan dan minuman untuk Adela.
"Alvaro" Panggil Adela. Yang dipanggil menoleh, menatap Adela yang sedang menatap figura foto. Di foto itu, ada Alvito dan Alvaro sedang tersenyum pada umur 7 tahun.
"Kalau kamu beneran kembarannya Alvito, harusnya kamu tau Alvito kenapa? Selama ini aku tanya Alvito ke kamu, tapi kamunya selalu ngelak, bahkan ngalihin pembicaraan."
"Kamu pernah janji sama aku, jujur. Tapi sekarang?"
Skak mat.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen FictionRuang Kosong. Selalu ada ruang kosong. Hanya untukmu. Kadang aku ragu membukakan pintu hati untukmu. Maafkan aku yang selalu mengutamakan keegoisanku. Sekarang ruang itu kosong. tanpamu. Kembalilah.