Malam itu, banyak sekali air mata Adela yang jatuh karena sosok lelaki yang berati baginya.
Jam dinding yang berada di kamar Adela sudah menunjukkan pukul 11 lewat 10 menit. Tetapi, Adela belum bisa tidur. Ia memutuskan untuk menatap bintang di balkon kamarnya.
Dan sekali lagi, kenangannya dengan Alvito terputar jelas seperti kaset yang rusak.
**
"Wuah, bintangnya bagus" Tanya Alvito yang sedang berbaring diatas matras yang disediakan oleh pihak Taman Belajar.
Adela yang disebelahnya hanya mengangguk. Setuju dengan perkataan Alvito.
"Gue emang nggak tau nama-nama bintang karena lo tau gue emang dasarnya bego. Dan gue bukan cowok yang selalu tau nama-nama bintang kaya cowo-cowo yang lo baca di wattpad itu del.." Adela hanya tertawa kecil mendengar perkataan Alvito.
Dasar sok bijak!
"Walapun banyak banget bintang di angkasa, gue cuma suka satu. Dan itu nggak di angkasa tempatnya."Ujar Alvito. Matanya tidak lepas dari langit yang diwarnai dengan bintang-bintang.
"Terus dimana?" Tanya Adela penasaran. Alvito langsung menatap Adela yang asik melihat bintang-bintang.
"Di samping gue."
**
Adela hanya bisa tersenyum miris mengingat Alvito. Adela tidak habis pikir, kenapa cowok seperti Alvito itu harus ada di kehidupannya?
Untungnya, hari ini tanggal merah. Jadinya, Adela bisa menenangkan diri untuk menghadapi situasi ini. Dan lagipula, sekarang mata Adela masih sembab.
Hari ini Adela bangun lebih awal daripada yang lainnya. Biasanya, ia adalah makhluk yang paling susah dibangunin dan bangunnya selalu siang.
Adela menuangkan susu di dalam mangkuk yang sudah diisi sereal lalu memakannya sambil membaca berita dari Line today.
"Tumben bangun pagi Del" Sapa Ayahnya yang baru keluar dari kamar. Adela hanya tersenyum kecil. Walaupun hari libur, Bunda dan Ayahnya tetap bekerja.
Ayahnya mengaduk kopi yang sudah diseduh air panas. Saat sudah rata, Ayahnya membawa kopinya ke meja makan.
"Kenapa matamu bengkak gitu Del?" Tanya Ayahnya mendadak. Adela yang sedang memakan serealnya langsung tersedak mendengar pertanyaan dari Ayahnya.
"Tadi malam abis baca novel. Sedih gitu Yah" Ayahnya hanya ber-oh panjang lalu kembali menyeruput kopinya yang hampir habis.
"Ayah berangkat dulu ya" Adela mengangguk. Ayahnya mencium puncak kepada Adela dan pergi. Setelah kepergian Ayahnya, Adela langsung mencuci mangkuk yang ia pakai.
Setelah selesai mencuci, Adela langsung kembali ke kamarnya dan menghempaskan tubuhnya di kasurnya yang berantakan.
"Del, jogging yok"
**
Adela menghela nafas panjang. Ternyata tujuan abangnya mengajaknya untuk jogging adalah bertemu pacarnya. Jadi disinilah Adela, jadi nyamuk diantara kakaknya dengan pacarnya.
Adela mengambil hpnya yang ia tidak buka semalaman tadi. Dan ternyata banyak sekali notifikasi yang masuk ke hpnya tanpa Adela tahu.
Missed Calls
Alvaro (8)
Line
Alvaro (32)
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen FictionRuang Kosong. Selalu ada ruang kosong. Hanya untukmu. Kadang aku ragu membukakan pintu hati untukmu. Maafkan aku yang selalu mengutamakan keegoisanku. Sekarang ruang itu kosong. tanpamu. Kembalilah.