Alvito hanya bisa diam saat melihat gundukan tanah yang baru. Gadis disampingnya ini sudah menangis sejadi-jadinya.
"Lo janji kan kalo kita betiga selalu sama sama? Tapi kenapa lo yang dipanggil duluan? Lo nggak liat gue sakit gini ?" Gadis itu masih tidak percaya apa yang dilihatnya. Gadis itu mengusap-usap nisan yang bertuliskan nama orang tersayangnya yang tidak pernah ia lupakan, Fernan.
"Sudah... Lo nggak boleh gini.. Dia juga nggak akan tenang ngeliat lo kayak gini" Ujar Alvito sambil mengusap punggung gadis itu. Tangisan gadis itu mulai mereda.
"Udah hampir senja, lo nggak mau ke hotel?" Gadis itu mengangguk. Gadis itu mengikuti langkah Alvito menuju mobil yang Alvito sewa untuk beberapa hari.
**
Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Alvito sibuk dengan jalanan yang ramai.
"Vit.." Panggil gadis itu. Alvito hanya ber-hm menanggapinya.
"Gue pengen lo disini, sama gue"
Sontak, Alvito langsung menginjak pedal rem. Gadis disebelahnya ini masih terdiam setelah meluncurkan kata-katanya.
"Setelah kejadian ini lo langsung minta gue bareng sama lo? Nggak nyangka lo sebangsat ini Tal" Alvito akhirnya mengatakan itu setelah beberapa waktu ia pendam. Mobilnya sudah ia parkir beberapa meter sebelum hotel Talitha.
"Setelah gue bahagia sama orang lain lo berusaha ngebalikin gue yang dulu? Wah hebat lo ya" Alvito bertepuk tangan. Tidak menyangka sahabatnya seperti ini.
"Pas gue suka sama lo, lo kemana? Lo malah nyusul Fernan ke sini kan?" Gadis yang berada di sebelah Alvito hanya diam.
"JAWAB! LO PUNYA MULUT KAN?!"
Talitha hanya bisa diam. Akhirnya air matanya jatuh ke syal yang diberikan oleh Fernan dulu.
"Selamat. Lo kehilangan satu sahabat lagi."
**
Setelah mandi, hp Adela berdering. Adela menatap layar hpnya, ternyata panggilan video dari Alvito, tumben.
"Lo kangen ya sama gue?" Tanya Adela setelah menjawab panggilan video dari Alvito. Alvito hanya tertawa kecil.
"Nggak.. Disini kan banyak bule.. Cantik-cantik lagi" Kekeh Alvito sambil mengacak-acak rambutnya yang lumayan basah.
"Gue matiin nih" Ancam Adela sambil memajukan bibirnya beberapa senti. Sementara Alvito hanya tertawa melihat Adela seperti itu.
"Tadi sekolah nggak?" Tanya Alvito sambil melihat jam tangannya. Adela menggeleng. Ngapain sekolah? Kan sudah libur.
"Lo pulang kapan?" Tanya Adela pelan. Alvito tersenyum kecil, ia mengacungkan 3 jari. Maksudnya 3 hari lagi.
"Gue dipanggil makan, udah dulu ya.. Jangan lupa makan yang banyak. Oleh oleh jangan lupa!" sebelum telepon video itu dimatikan oleh Adela, ia sempat melihat Alvito mengacungkan jempolnya. Adela hanya bisa tertawa kecil.
**
Tok-Tok.
Alvito berjalan mendekati pintu hotel lalu membukanya. Ia melihat gadis memakai piyama berdiri di depan pintu kamarnya.
"Mau ngapain? Cepet gue mau beres-beres mau pulang" cetus Alvito. Gadis itu hanya bisa diam dan menunduk.
"Vit..." Alvito yang tadinya mau menutup pintunya hanya bisa menatap gadis di depannya dengan malas. Apa lagi yang dia inginkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen FictionRuang Kosong. Selalu ada ruang kosong. Hanya untukmu. Kadang aku ragu membukakan pintu hati untukmu. Maafkan aku yang selalu mengutamakan keegoisanku. Sekarang ruang itu kosong. tanpamu. Kembalilah.