17. Dasi

42 10 17
                                    

Adela terbangun dengan mata sembab. Ia tidak ingat kenapa ia menangis tadi malam. Adela melirik jam dinding yang menunjukkan jam 06.05.

"Tumben gue bangun jam segini" Adela berdiri, lalu berjalan ke kamar mandi. Rasanya, badannya gerah sekali.

Setelah 10 menit mandi, Adela segera turun ke bawah untuk sarapan. Dan anehnya, pagi ini tidak ada tanda-tanda dari Bundanya.

Adela tidak terlalu memperhatikan sekitarnya. Ia langsung duduk di meja makan, memakan roti tawar yang selalu ada di meja makannya.

Lalu seorang lelaki duduk disebelahnya memakai seragam yang sama dengannya. Adela hanya menatap lelaki itu dengan sinis. Lelaki itu mengacuhkan Adela dan mengambil roti tawar dan selai srikaya.

Adela menjauhkan roti tawarnya dari jangkauan lelaki itu. Lelaki itu menatap Adela lalu mengerucutkan bibirnya.

"Minta dong.. Gue belom sarapan.. Laper" Keluhnya dengan suara manjanya. Rasanya Adela ingin menampol Alvito kalau sudah begini.

"Siapa suruh nggak sarapan"Balas Adela ketus. Tangannya masih sibuk mengoleskan selai Blueberry keatas roti tawarnya.

Alvito tetap berusaha meraih roti tawar yang ia incar sedari tadi. Dengan usaha dan doa yang kuat, akhirnya Alvito mendapatkan roti tawarnya dan selai Srikayanya.

Selesai sarapan, Adela bersiap-siap. Sementara Alvito menunggu Adela sambil memainkan hpnya.

"Yok"Ajak Adela

"ntar gue ke wc" Alvito langsung pergi ke wc. Adela merebahkan tubuhnya di sofa yang diduduki oleh Alvito. Tangan Adela mengambil hp Alvito. Ia tersenyum kecil melihat fotonya yang dijadikan Lockscreen oleh Alvito.

Saat ia ingin melihat line, Hp Alvito berdering. Adela langsung membeku melihat penelponnya.

Incoming Call:

Talitha Luthfiya

Entah mengapa, jemari Adela langsung menekan tombol jawab.

"Alvito! Jemputin aku doongg!"

Adela hanya diam. Membeku.

"Ih.. Kok nggak jawab? Kugelitikin nih nanti.."

Alvito akhirnya keluar dari wc. Ia berjalan ke arah Adela yang mematung. Ia menyadari bahwa hpnya ada bersama Adela.

Alvito langsung merebut hpnya lalu menempelkan hpnya ke telinga kanannya. Dada Adela sesak. Hatinya hancur berkeping-keping.

Adela langsung mengambil kunci mobil lalu berjalan keluar rumah dengan gontai. Tak lama kemudian, tangan Adela tertahan oleh sesuatu.

"Lepasin"Lirih Adela. Alvito tidak melepaskan genggamannya. Ia malah mengeratkan genggamannya.

"K..kalo lo ada urusan lain, gue bisa berangkat sendiri kok" Adela tersenyum. Memang senyum palsu. Tetapi Adela meyakinkan kalau ia tidak apa-apa.

Genggaman tangan Alvito perlahan melemah dan akhirnya terlepas. Adela langsung berjalan ke mobilnya yang berwarna cokelat tua.

Alvito hanya menatap kepergian Adela dengan nanar. Ia mengacak rambutnya. Menyesali semuanya.

**

Selama perjalanan, Adela hanya diam. Hanya lantunan lagu Better that we break dari Maroon 5. Tak lama kemudian, dering hpnya berbunyi. Adela mengambil hpnya lalu menjawab telpon dari Abang Farrel.

"Halo"

"Kenapa bang?"Tanya Adela.

"Lo kenapa tadi?"Tanyanya. Adela tahu, Farrel sedang khawatir.

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang