Langit kali ini bersedih. Begitu juga dengan gadis yang sedang berdiri di ambang salah satu pintu di rumah sakit. Tangisnya pecah, lelaki yang ia tunggu terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit.
"Del.." Alvaro menepuk pelan bahunya, membawanya ke pelukannya. Mendekap erat gadis bersurai cokelat ini. Gadis itu hanya bisa menangis di dekapan Alvaro.
"A-alvito .." Lirih Adela pelan. Alvaro semakin mendekapnya erat, mengusap kepalanya dan membisikkan kata-kata penenang kepada Adela.
Perih. itu yang Adela rasakan.
Hampir setahun Adela ditinggalkan tanpa kabar. Hanya se-bucket bunga dan selembar kertas yang berisikan kalimat yang sangat Adela tidak inginkan.
Hampir setahun ia menunggu hal yang tidak pasti. Berharap terlalu banyak sampai ia lupa, kalau dirinya masih berharap.
**
Kala itu sedang hujan. Adela dan Alvito yang tadinya mau berkeliling kota akhirnya mengurungkan niatnya dan berakhir di sebuah cafe.
Mereka duduk di dekat jendela. Menikmati pemandangan jalanan dibawah yang sangat padat. Lampu-lampu kendaraan membuat kota indah dari kejauhan.
Sebentar lagi, mereka kelas 3. Maka itu, tidak ada kata-kata bermain di kamus Adela. Ia harus fokus belajar demi masuk kampus impiannya.
Saat ini, Adela sedang merangkum materi untuk berjaga jaga. Ia tahu, malam ini akan hujan. Jadi ia membawa buku untuk dirangkum. Sementara Alvito? Asik dengan handphonennya.
Adela menatap Alvito heran. Kenapa lelaki didepannya ini cukup santai menghadapi ujian yang sudah didepan mata?
"Aku tau kamu pasti mo nanya kan?" Tebak Alvito. Matanya tidak lepas dari handphonennya. Sibuk bermain Call of Duty bersama teman temannya.
Adela mengangguk, "kok kamu santai banget? Ya maksudku sebentar lagi kuliah loh.."
Alvito meletakkan hpnya, menghela nafas pelan "masa SMA tuh cuman sekali. Ya aku gamau dong dihabiskan buat belajar doang.. lagian juga sekolah udah 12 jam"
"Halah biasanya juga kamu tidur di kelas" komentar Adela sambil meminum green tea-nya. Dan hanya dibalas dengan tawa ringan oleh lelaki didepannya ini. Memang fakta kok.
Adela menatap jendela. Menikmati pemandangan jakarta dari lantai 3 cafe. Tersenyum kecil. Menyadari betapa indahnya Jakarta.
"Aku bakalan kangen sama Jakarta" ujar Adela pelan yang membuat kening Alvito mengkerut.
"Emang kamu kuliah dimana?" Adela terdiam sebentar saat mendengar pertanyaan dari Alvito. Adela tersenyum. Matanya masih menatap jalanan kota Jakarta.
"Malang." Jawab Adela pelan. Membayangkan dirinya berkuliah di Malang, memakai almamater berwarna biru tua kebanggaannya.
"Aku suka di malang.. Entah kenapa" Adela tersenyum lagi, menatap Alvito dengan senyumnya yang manis.
"Kalo kamu?" Alvito terdiam, menyenderkan tubuhnya ke kursi, menatap kota Jakarta yang padat. "UGM"
Jawaban Alvito sontak membuat tawa Adela. Alvito hanya mendengus kesal, mengerucutkan bibirnya kesal karna Adela tertawa "aku serius tau"
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen FictionRuang Kosong. Selalu ada ruang kosong. Hanya untukmu. Kadang aku ragu membukakan pintu hati untukmu. Maafkan aku yang selalu mengutamakan keegoisanku. Sekarang ruang itu kosong. tanpamu. Kembalilah.