Akhirnya, Adela sudah diperbolehkan pulang hari ini. Infusnya sudah dicabut tadi pagi. Sekarang ia sedang membaca Novel yang Alvaro pinjamkan untuknya di tempo hari.
Ceritanya sih memang gampang ditebak, tapi kan yang membuat seru itu perjalanannya sampai ke ending. Dari pertama mereka kenal sampai endingnya.
Tak lama kemudian, Seorang lelaki dengan kacamata ber-frame hitam masuk ke ruangan Adela. Adela hanya tersenyum. Lelaki itu langsung mengambil barang-barang Adela.
"Bang"Panggil Adela sambil menyamai langkah lelaki itu. Lelaki itu hanya ber-hm pendek sambil memainkan hpnya yang berwarna hitam itu.
"Makan yok.. Adel laper"
"Tadi barusan makan del.."Ujar Farrel sambil menatap Adela tidak percaya. Bisa-bisa, uang tabungannya habis untuk memberi makan adiknya.
"Ngisi energi Bang.." Farrel hanya mengacak rambut Adela. Mereka berdua berjalan ke mobil Farrel yang berwarna hitam.
"Ohh ngisi energi abis nangis pas dilepas ya infusannya?" Mendengar itu, Adela langsung mencubit lengan Farrel. Kakaknya selalu bisa membuatnya manyun.
Pagi tadi, Adela menangis sesenggukan karena melihat proses pelepasan infus. Memang cita-citanya ingin jadi dokter, tetapi saat pelepasan infus ia sudah nangis.
"Ih apa sih bang.. sakit tu loh.."Gerutu Adela yang tidak mau dikatakan 'cengeng' oleh kakaknya. Kakaknya hanya tersenyum lalu menaiki mobil. Diikuti oleh Adela.
**
"SELAMAT DATANG WAKIL KETUA KELAS !!"
Teriakan itu membuat Adela tersenyum. Siapa lagi kalau bukan Reyghina, ketua kelas XI IPA 1.
"Uuhh.. gue terhura deh.." Adela mendekati gerombolan yang berada di depan papan tulis lalu memeluk Reyghina. Lalu semuanya membentuk lingkaran, melingkari Adela.
"del lo udah pr belom? Kimia?" Tanya Zaidan menepuk pundak Adela. Adela hanya mengangguk. Semua siswa bersorak bahagia.
"Gue pertama!"
"Enak aja.. Gue lah! Gue yang nanya"
"Gue aja dah"
"Apaan lo biji kuda ikut-ikutan"
Adela hanya terkekeh melihat teman-temannya berdebat soal siapa yang pertama menyalin tugas Adela. Dalam kimia, Adela yang paling mengerti.
Adela berjalan ke arah tempat duduknya. Disana, sudah ada Alvaro yang sedang ngobrol dengan Athara. Hanya satu kata di benak Adela yaitu, Tumben.
Alvaro memang tidak terlalu suka dengan Athara yang mempunyai kesombongan tiada tara. Memang sih tidak ada tandingannya dengannya. Alvaro hanya benci dengan orang sombong. Itu saja.
Setelah Athara pergi, Alvaro langsung menghela nafas lalu menatap Adela yang sedang menahan tawa karena wajah Alvaro yang kesal.
"Tadi dia pamer soal jam tangan barunya. Sumpah, pengen gue pinjem baru gue injek di depan matanya. Sumpah geregetan gue" Adela akhirnya tertawa, sementara Alvaro hanya menatap Athara ngobrol dengan bowo.
"Emang gitu orangnya.. Yaa lo balas pamer lah" Alvaro mengacak rubiknya yang ia ambil dari lacinya, ia terlalu malas meladeni Athara.
Akhirnya, bel tanda masukan pun terdengar dari ujung lorong. Semua murid di SMA Garuda akhirnya memasuki kelas masing-masing.
**
Pekan ini, Farrel lah yang mengantar-jemput Adela. Berhubung Adela baru keluar dari rumah sakit, jadi Farrel tidak mungkin membiarkan Adela menyetir sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen FictionRuang Kosong. Selalu ada ruang kosong. Hanya untukmu. Kadang aku ragu membukakan pintu hati untukmu. Maafkan aku yang selalu mengutamakan keegoisanku. Sekarang ruang itu kosong. tanpamu. Kembalilah.