"Adel, udah liat pacar kak Farrel?" Adela menggeleng. Bundanya yang sedang menuangkan susu di gelas Adela hanya menatap Adela.
"Cantik banget Del.. Bunda sampe kaget kok kakakmu dapet aja cewek cantik.. Padahal, mukanya pas-pasan" Adela tertawa sambil mengambil gelas yang sudah diisi oleh Bundanya.
"Perasaan Adel, Kak Farrel ngga punya pacar.." Gumam Adela sambil menyuap sesendok nasi goreng buatan Bundanya.
"Baru pacaran itu Del.. Namanya.. Ki..Ki siapa gitu"
"Kiara Bun"Koreksi Adela.
"Nah itu!" Bundanya tersenyum lalu mengambil piring Adela, lalu menaruhnya di wastafel. Hp Adela bergetar. Ia langsung mengambil hpnya yang berada di meja makan.
WhatsApp:
Abang Farrel: Abg g bs antr k sklh. Abg dmm
Adela hanya menghela nafas. Lalu mengetikkan sesuatu untuk Farrel.
Adela: iya gaapa. Cepet sembuh.
Jam tangan Adela berwarna cokelat menunjukkan pukul 06.45. Adela melihat sekeliling lalu beranjak ke tempat kunci-kunci.
"Oh ya Adel. Mobilmu Bunda pake ya? Soalnya mobil Bunda masuk bengkel" Adela mengangguk. Nah sekarang, pakai mobil siapa?
Ketukan pintu terdengar dari pintu depan. Adela mengambil tasnya lalu membuka pintu depan.
"Hai Del" Lelaki itu tersenyum hangat memandang Adela. Adela hanya menatap sekitar. Di depan rumahnya sudah terparkir mobil sedan berwarna hitam.
"Ngapain disini?"Tanya Adela. Memang pertanyaaan yang bodoh.
"Nangkepin kodok" Jawab lelaki itu sambil tersenyum. Adela hanya tersenyum kecut. Tanpa disuruh, lelaki itu menarik tangan Adela sampai ke mobilnya.
"Gue disuruh sama Bang Farrel"Ujarnya saat menyalakan mesin mobil. Adela hanya mengangguk-angguk.
Tunggu disuruh dulu baru peka vit?batin Adela yang sedang menatap jalan raya yang semakin ramai.
Di sepanjang jalan hanya suara dari tape mobil Alvito yang bersuara. Adela hanya diam. Alvito membelokkan setirnya kearah SMA Garuda.
Alvito memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Naufal. Ia melepaskan seat beltnya lalu mematikan mesinnya. Adela memperbaiki posisi tasnya, bersiap untuk turun.
"Del.. Maaf" Alvito menahan tangan Adela supaya mereka bisa bicara sebentar. Adela menghempaskan tangan Alvito lalu menatap ke depan.
"Gue.. Sama Talitha cuman temenan.." Tambahnya lagi. Gelang kulit yang berwarna cokelat itu masih melekat di tangan Alvito.
"Kita dulu juga temenan" Adela membuka pintu mobil Alvito lalu membantingnya. Alvito menyenderkan badannya ke jok mobil. Lalu meremas rambutnya.
**
Di kelas, ada yang aneh dari Adela. Seharian ini, ia hanya berdiam dikursinya tanpa melakukan apa-apa selain membenamkan wajahnya diantara tangannya.
"Del.. Beli yok.. Bila yang traktir" Ajak Nayya yang mencoba mengajak Adela ke kantin. Nayya menggoyangkan tangan Adela. Tetapi, Adela tidak menggubris.
"Adela.. Ada film bagus lho.. Avengers yang baru apa sih namanya Nay?"
"Gue nggak nonton Avengers sori" Bila mendengus kesal. Salah bertanya kepada Nayya. Nayya memang tidak tertarik oleh film tentang superhero.
Adela menggeleng pelan. Sekeras apapun dua sahabat ini mencoba, tetapi tidak berhasi. Alvaro hanya diam melihat Adela seperti itu.
"Varo.. Ke kantin yok?" Ajak Bila sambil tersenyum. Alvaro menatap Adela lamat, lalu menggeleng. Ia bisa pergi sendiri.
"Mampus lu ditolak kan"Olok Nayya yang melihat wajah Bila yang menggembung. Alvaro menghela nafas, lalu berdiri dan berjalan ke luar kelas.
"Dih gaje" Dengus Bila yang menatap kepergian Alvaro. Ia masih kesal dengan Alvaro yang menolaknya.
Lalu seorang lelaki dengan seragam yang berantakan masuk ke kelas XI IPA 1. Ia mendatangi tempat Adela yang sedang membenamkan wajahnya diantara tangannya.
Lelaki itu menepuk bahu Nayya. Nayya menatap lelaki itu lalu ber-oh panjang. Ia segera berdiri, diikuti oleh Bila.
"Adel.. Gue sama Bila dipanggil sama Pak Doyo suruh ke kantor.. Gue duluan yaa bhayy" Nayya langsung menarik tangan Bila untuk keluar kelas. Tujuan mereka saat ini adalah kantin.
Lelaki itu tersenyum melihat Nayya & Bila mengerti maksudnya. Ia langsung duduk di depan Adela lalu menatapnya sambil tersenyum.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen FictionRuang Kosong. Selalu ada ruang kosong. Hanya untukmu. Kadang aku ragu membukakan pintu hati untukmu. Maafkan aku yang selalu mengutamakan keegoisanku. Sekarang ruang itu kosong. tanpamu. Kembalilah.