Setelah pulang sekolah Adela langsung tidur. Ia tidak tahu kenapa hari ini sangat capek baginya. Begitu sampai kamarnya ia langsung berbaring di kasurnya dan terlelap.
Perlahan, Adela membuka matanya. Ia menatap jam di kamarnya menunjukkan pukul 21.30. Dengan rambut berantakan, Adela turun dan berjalan menuju dapur.
"Cewek kok kerjaannya tidur" Sindir Lelaki yang sedang menonton televisi. Bang Farrel. Adela memilih mengacuhkannya dan mengambil beberapa makanan.
"Oiya del, tadi Alvito kesini. Ngasih ini" Farrel langsung mengeluarkan selembar kertas yang berada di sakunya. Adela mengerutkan keningnya. Sejak kapan Alvito menjadi romantis begini?
Adela menerima selembar kertas itu lalu berjalan menuju kamarnya. Adela menatap kertas yang lumayan lusuh itu lalu membukanya.
Dear Adela...
Keren ga gue pake dear dear gitu? Udah kaya Nathan belom? Wkwk...
Oiya, sorry gue nggak ngomong langsung. Kenapa? Karena gue nggak enak bangunin lo.. dan maaf juga kita jarang sama sama...
Fyi, kalo lo baca ini, berati gue udah nggak di Indonesia. Gue udah pindah....
Ke antartika bersama para pinguin...
Ga kok becanda. Santai dong bacanya..
Oiya maaf akhir-akhir ini gue nggak antar jemput lo, gue lagi ada urusan keluarga di Australia. Seminggu aja kok, nggak lebih.
Ntar kalo lebih lo kangen sama gue HAHAHA...
Udah ya... Gausah rindu itu ringan. Dih.
Babay my Chaca!
Dari Pacarmu yang selalu ganteng dan manis.
**
Harusnya Alvito sekarang sedang menjemput Adela dan berjalan-jalan ke taman bermain. Atau menemani Adela makan.
Tetapi karena kabar itu datang, Alvito harus segera ke Australia bersama Talitha. Kabar itu baru diterima Alvito saat pulang sekolah.
Sekarang, Alvito sedang berkemas-kemas. Alvaro hanya menatap kembarannya berkemas di ambang pintu.
"Gue tau lo disitu" Alvaro hanya tersenyum kecil. Kedua tangannya ia masukkan ke kantung celananya. Ia akhirnya masuk ke kamar Alvito lalu duduk di ranjang Alvito.
"Nggak usah lama-lama perginya." Ujar Alvaro setelah beberapa menit tanpa obrolan. Alvito yang sudah selesai membereskan barangnya hanya tersenyum kecil.
"Kangen? Bilang" Kekeh Alvito sambil mengacak rambut Alvaro. Alvaro hanya mendengus kesal karena rambutnya yang rapi terpaksa berantakan karena Alvito.
Jujur, rumah tanpa Alvito itu seperti kuburan. Rumah akan hampa tanpa keributan atau kecerobohan Alvito. Mau secerewet apapun Alvira, tetap saja.
"Lo ke bandara sama siapa?" Tanya Alvaro menatap jam dinding yang menunjukkan hampir tengah malam. Alvito hanya mengangkat kedua bahunya.
"Gue aja yang anter"
**
Rasanya aneh bagi Alvaro duduk berdua di mobil dengan Alvito. Hanya ada suara dari tape dari mobil Alvaro yang bersuara.
"Lama ya kita nggak sama sama?" Alvaro hanya mengulas senyum mendengar pertanyaan Alvito. Ia membelokkan setirnya ke bandara Soekarno-Hatta.
Alvito berangkat jam sekitar jam 6. Dan sekarang sudah jam 6 kurang. Perjalanan dari rumah ke bandara memang cukup jauh. Alvito sempat tertidur di jalan saking capeknya.
Setelah menurunkan barang dari bagasi mobil Alvaro, Alvito tersenyum kecil. Alvaro merapikan posisi jaket Alvito yang sedikit melorot lalu tersenyum
"Baik baik dirumah.. Jangan suka jajan mulu" Pesan Alvito sambil menepuk-nepuk pundak Alvaro. Alvaro hanya bisa tersenyum. Ia ingin sekali memeluk kembarannya itu, tetapi egonya terlalu tinggi.
Alvito akhirnya berjalan meninggalkan Alvaro yang sedang menatap kepergian kembarannya itu.
"Alvito!"
Yang dipanggil menoleh ke arah sumber suara.
"Kalo pulang bawain gue Emma Watson ya?!"
Alvito tersenyum lalu mengacungkan jempolnya. Baiklah.
**
SPECIAL MOMENTT FOR VITO VARO! Omg.. kedua orang ini membuatku tersenyum senyum sendiri..
Jangan lupa votemennt yaa!
happy Sunday All!!
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen FictionRuang Kosong. Selalu ada ruang kosong. Hanya untukmu. Kadang aku ragu membukakan pintu hati untukmu. Maafkan aku yang selalu mengutamakan keegoisanku. Sekarang ruang itu kosong. tanpamu. Kembalilah.