18. Acuh-kan

25 9 2
                                    

Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Para siswa maupun siswi bersorak gembira. Kebanyakan siswa sedang membereskan bukunya. Begitu juga Adela.

Di depan kelas XI IPA 1, Lelaki dengan baju seragam yang berantakan itu sedang menyender di dinding. Menunggu gadisnya keluar kelas.

"Del! Jangan lupa PR Bio ya! Ntar gue nyalin!" Teriak Sasha dari dalam kelas. Adela yang sudah ingin keluar kelas dengan kedua temannya hanya tersenyum kecut.

"Dela" Panggil lelaki itu. Adela bergeming. Melewati lelaki itu seolah lelaki itu tidak ada. Adela dan kedua temannya pergi meninggalkan Lelaki itu sendirian.

Lelaki menghela nafas panjang. Menendang gumpalan kertas yang berada didekatnya.

"Alvito!" Lelaki itu menoleh, Naufal. Naufal mendekatinya diikuti oleh Panji & Rio.

"Jadi kan nginep rumah lo?" Alvito mengangguk. Naufal tahu, ada yang tidak beres dari Alvito. Ia berjalan kearah parkiran mobil bersama ketiga temannya.

**

"Lo kenapa sih?" Tanya Rio yang sedang memainkan Monopoli bersama Panji dan Naufal. Alvito yang sedang memainkan hpnya hanya diam.

"Gue bingung. Sifat Adela berubah sama gue" Jawab Alvito malas. Ia hanya bertemu dengan teman lamanya. Apakah salah?

"Dia cemburu vit. Perasaan cewek itu lebih sensitif daripada cowok. Bayangin aja, orang yang lo sayang malah romantisan bareng orang lain?"

Alvito terhenyak mendengar perkataan Naufal. Begitu kah perasaan Adela selama ini?

"Gue tau hati Adela hancur banget. Kemaren Adela cerita. Abis lo ketemuan bareng sama kita, lo ke rumah. Pas lo buka pintu rumah, Talitha meluk lo."

"Hati Adela hancur? Jelas. Gimana nggak sakit coba ngeliat pacar pelukan sama orang lain. Di depan matanya sendiri lagi. Widih gila.. Perih banget pasti"

Alvito hanya diam mendengar perkataan Naufal. Yang dipikirannya hanya satu. Adela.

"Yang lo harus tau satu; Adela itu suka mendem perasaannya sendiri. Terus nutupin pake senyumnya. Lo harus tau itu vit"

"Pengalaman Nop?" Tanya Panji sambil menahan tawanya. Ia mengulurkan 2 buah dadu yang berwarna hitam dan putih.

"Anjir lo Nji.. Gue udah keren-keren gitu" Panji, Rio dan Alvito sontak tertawa. Mereka pasti bisa membuat Alvito kembali tersenyum.

"MAMPUS LO KENA HOTEL GUE!"Teriak Rio sambil menunjuk bangunan berwarna merah. Naufal mengacak rambutnya.

"Gaboleh ngutang"

"Gue ngga ada duit yo.. Plis lah yo.."

Alvito mendekati ketiga sahabatnya itu, lalu ia tertawa melihat uang Naufal yang tinggal 1000 dollar. Memang kekanakan. Tetapi seru.

"emang Adela cerita sama lo?" Tanya Rio sambil menyerahkan uang mainan kepada Panji. Panji tersenyum, menghitung kembali uang dari Rio.

"Nggak.. gue tadinya nguping Bila. Malemnya gue tanya Bila.. gitu" Jawab Naufal. Mendengar itu, Alvito, Panji dan Rio menatap Naufal bersamaan.

"DITUNGGU UNDANGANNYA NOP"

**

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang