15. kopi.

28 11 12
                                    

"Masih lama?"

Adela menghela nafas panjang. Ia sebenarnya malas sekali menunggu Alvito membeli kopi. Karena, kalau Alvito membeli kopi bisa sampai setengah jam.

"Iya bentar lagi"

"Bentar aja mulu sampe gue nikah sama Adipati Dolken" gerutu Adela sambil memainkan hp Alvito. Alvito tersenyum, mencubit pipi Adela.

"Ce-re-wet" Eja Alvito lalu mengambil pesanan kopinya. Ia meletakkan kopinya di meja yang ditempati Adela. Sementara, Adela sedang sibuk bermain Piano Tiles di hp Alvito.

"Main apaan sih? Serius amat"Ujar Alvito yang ingin tahu. Adela hanya tersenyum, tetap asik dengan permainannya.

"Brisik. Diem napa" Sahut Adela yang serius bermain game piano tiles.

"moga kalah" benar saja, setelah Alvito mengatakan itu, Adela langsung kalah. Adela mengerucutkan bibirnya. Alvito berdiri lalu mendekati Adela.

Saat Alvito mendekati Adela, tak sengaja Alvito menyenggol kopi yang masih panas miliknya dan tumpah mengenai rok abu-abu Adela.

"PANAAASS!!"

**

Di mobil, Adela hanya diam. Moodnya buruk hari ini. Alvito memakluminya, karena minggu ini adalah minggu-minggu Adela 'dapet'

"Jangan diem aja.. Ntar ga bisa dibuka tuh mulut baru tau" Olok Alvito yang berusaha mencairkan suasana. Adela tetap memandang jalanan yang lumayan ramai.

"Vit" Panggil Adela setelah beberapa menit mereka diam.

"Ya apa?"

"Talitha itu siapa?" Tanya Adela dengan suara paraunya. Alvito menghela nafas panjang. Mengusap tengkuknya.

"Jangan ungkit masa lalu. Gue males bahasnya"Jawab Alvito. Ia malas menanggapi pertanyaan Adela. Ia tidak terlalu suka ditanya tentang masa lalunya.

"Gue kan cuma nanya"Gerutu Adela lalu melipat tangannya. Alvito menatap Adela lamat lalu membelokkan setirnya ke arah rumah makan yang menurut Alvito cukup enak

**

Akhirnya, Adela & Alvito selesai makan. Keduanya asik dengan hp masing-masing. Kalau kalian tanya bagaimana nasib roknya Adela, jawabannya adalah Adela selalu membawa rok cadangan di tasnya. Jadi, ia menggantinya saat di kamar mandi rumah makan ini.

"yok bayar vit" Ajak Adela yang sudah berdiri. Sementara, Alvito sibuk dengan hpnya.

"Lo aja yang bayar"

Adela menghela nafas. Ia kesal dengan nada bicara Alvito yang seolah mengusirnya. Adela mengeraskan rahangnya lalu pergi ke kasir.

**

"Ntar ke rumah dulu ya, ambil barang bentar"

"Bentar doang" Adela yang mau complain akhirnya tidak jadi. Terpaksa, ia harus mengikuti Alvito.

Mobil BMW seri terbaru berhenti di depan rumah yang berwarna putih itu. Alvito mematikan mesinnya lalu turun dari mobil. Diikuti oleh Adela.

Saat Alvito memasuki rumah, seorang gadis tersenyum dan berlari kearah Alvito. Lalu langsung memeluk Alvito. Gadis itu memeluk erat Alvito yang membeku, dibuatnya.

Sesaat, udara hilang dari muka bumi. Dada Adela sesak melihat Alvito. Matanya perih. Dan hatinya? Hancur. Hancur berkeping-keping.

Tiba-tiba, tangan Adela ditarik oleh seseorang. Tangannya hangat. Siapapun orangnya, Adela sangat berterima kasih karena sudah menarik Adela dari kejadian yang membuatnya sesak.

**

GUE YANG MELUK. GOSAH TANYA SIAPA. 


jan lupa votemennt nanti ditabrak setnov.

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang