20. Mama.

36 8 18
                                    

Lelaki itu meraih tangan Adela, lalu mengenggamnya. Adela tidak berusaha melepasnya. Hanya diam. Lelaki itu mengusap tangan Adela dengan lembut.

"Ngambek mulu.. Nanti lo kangen sama gue" Adela langsung mengangkat wajahnya lalu menempeleng wajah Alvito.

Alvito hanya tersenyum hangat lalu mengeluarkan bungkusan siomay yang ia beli tadi. Lalu ia menaruh di atas meja Adela. Adela langsung tersenyum sumringah melihat itu.

"Mau.."Kata Adela pelan. Ia langsung mengambil sendok plastik yang berada di plastik itu lalu membuka siomay yang diberikan Alvito.

"Siapa yang ngasih lo? Ge-er" Mendengar itu, Adela langsung mengerucutkan bibirnya lalu membuang muka. Alvito hanya tersenyum kecil melihat tingkah Adela.

**

Alvaro akhirnya sampai di kantin yang lumayan penuh. Sebenarnya, ia tidak ingin kesini, tetapi ia sadar Adela sedang badmood, jadi dengan 'terpaksa' Ia harus membelinya.

"Mas Siomay 1 ngga pake sayur" Alvaro duduk di meja yang kosong. Ia menatap geng Alvito yang penuh gelak tawa.

Alvaro sebenarnya ingin seperti Alvito. Dikelilingi orang yang candaan, Terkenal karena kebaikannya. Alvaro sebenarnya ingin, tetapi ia terlalu takut membuka diri.

"Hey!" Tepukan di bahu Alvaro membuat lamunan Alvaro buyar. Ia menatap orang yang menepuk bahunya, ternyata Nayya & Bila.

"Hai..juga"Sapa Alvaro patah-patah. Nayya & Bila duduk di depan Alvaro.

"Sendiri aja?" Alvaro mengangguk. Sementara Bila hanya ber-oh panjang. Tak lama, sebuah bungkusan berisi Siomay Adela datang. Alvaro langsung membayar dan pamit kepada Bila & Nayya.

Sesampainya di kelas, Alvaro menatap Alvito yang sedang bercanda dengan Adela. Entah mengapa, Alvaro merasa sakit. Alvaro langsung membuang siomaynya lalu pergi tanpa tujuan.

Akhirnya Alvaro sampai di Rooftop. Ia duduk di kursi yang sudah tak terpakai. Ia berteriak, lalu melemparkan batu kerikil yang berada di dekatnya.

Alvaro ingin sekali marah. Kepada siapa? Alvito? Dia pacar Adela, dia berhak membuat Adela tertawa. Yang bisa ia salahkan adalah dirinya sendiri.

Saat ini, Alvaro ingin menghilang.

**

"Aaa del" Alvito menyodorkan sendok yang berisi potongan siomay yang diambil Alvito. Adela hanya tertawa. Akhirnya, Adela membuka mulutnya.

Lalu, Mata Alvito langsung gelap. Matanya ditutupi oleh seorang gadis. Sendok yang Alvito pegang langsung direbut oleh Adela lalu ia menyuap sendiri.

Alvito membuka matanya dari tangan itu, lalu ia menoleh ke belakang. Sudah ada Talitha yang tersenyum kearahnya. Lalu, Talitha memeluk Alvito dari belakang.

"Ayok ke kantin.. Gue nyariin lo dari tadi.. ehh sekalinya disini" Alvito hanya tersenyum menanggapi Talitha. Tangan Alvito perlahan mencoba melepas pelukan dari Talitha.

Adela hanya membuang pandangannya. Rasa kecemburuan berkecamuk di hati Adela. Adela hanya mengigit bibir bawahnya supaya air matanya tidak jatuh.

"Gue--"

"Udahlah, sana udah.. ntar lagi istirahat habis loh.. Kasian lho Naufal sama Rio nyariin" Ujar Adela sambil mengusap punggung tangan Alvito. Alvito menatap Adela lamat.

Lalu, Talitha melepaskan pelukannya dan langsung menarik tangan Alvito untuk pergi dari kelas itu. Adela menyeka air matanya yang hampir jatuh.

Lalu, tak lama kemudian, Hp Adela bergetar. Adela mengambil hpnya yang berada di laci mejanya.

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang