Adela bangun dengan mata yang bengkak karena menangis semalaman. Apa lagi kalau bukan Alvito?
Setelah membereskan kasurnya, Adela langsung mengambil handuk dan mandi. Ia menghela nafas. Membiarkan air dingin membasahinya dengan air mata yang masih menetes.
Setelah hampir setengah jam di kamar mandi, Adela keluar dengan seragam putih birunya. Ia mengikat rambutnya, memakai bedak tipis untuk menutupi kantung matanya.
Kakaknya membuka pintu kamarya perlahan, menatap Adiknya yang sedang memperbaiki dirinya.
Menjelang UN, Adela memang belajar. Malah belajar sampai lewat tengah malam. Alfarrel sendiri yang menemaninya belajar. Tetapi semakin kesini, Adela terlihat murung.
Dan hari ini harusnya Adela merayakan hari jadinya yang ke 1 tahun dengan Alvito. Entah apa yang ia siapkan. Alvito pasti sukses membuat kejutan kejutan bagi Adela.
Sekarang? Adela hanya bisa mengharapkan Alvito kembali. Alfarrel tahu Adela tiap malam menangis karena Alvito. Dia tahu. Tetapi, dirinya juga tidak tahu dimana Alvito saat ini.
Seperti lost contact.
**
Selasa malam, Pukul 23.00
Adela dan Alfarrel sedang berada di kamar Adela. Menemani Adela belajar. Adela sendiri sibuk dengan beberapa buku UN, buku catatan dan beberapa kertas try out lainnya. Sementara Alfarrel memetik gitar, mengalunkan lagu menenangkan untuk Adela.
Alfarrel menatap sekitar. Foto-foto yang tadinya Adela singkirkan, Adela tampakkan kembali. Menjadikannya sebuah album foto. Dan beberapa foto ia tempel di dinding kamarnya.
Alfarrel mengambil album foto yang berwarna cokelat berbahan kulit itu. Ia tersenyum kecil, lalu membuka lembaran pertama.
Disana, ada foto Alvito yang sedang berada di Angkringan. Ia tersenyum tetapi memandang ke arah lain. Lesung pipinya terlihat. Sangat dalam.
Di bawah fotonya, ada tulisan memakai spidol hitam.
"I love you without reason. And you know? You're the man who have sweetest smile after Jung Jaehyun"
Alfarrel tersenyum melihat tulisan yang dibuat oleh adeknya. Ia menutup album yang penuh dengan kenangan adiknya dan mantan pacarnya itu. Mantan? Ia tidak yakin juga mau memanggil Alvito dengan mantan.
"You know kak.. I'm still love him with my pieces heart"
Alfarrel menatap Adiknya yang menghentikan kegiatannya. Air matanya jatuh perlahan. Alfarrel tahu, adiknya ini rindu dengan Alvito. Tapi ia bisa apa? Ia sendiri tidak tahu keberadaan Alvito saat ini.
"I know dek.. tapi kamu harus ngelepasin dia.."
"Aku tahu kamu masih berharap, tapi kamu dibutakan harapan."
"Please, stop dek"
Alfarrel memeluk Adela erat. Mendekapnya di dadanya. Sementara Adela menangis tanpa suara di dekapan Alfarrel. Mengungkapkan semua yang dirasakannya dengan tangisan.
Time to stop.
**
Seperti biasa, Alfarrel yang mengantarnya. Setelah sarapan pancake yang dibuat oleh bundanya, Alfarrel dan Adela berangkat. Jalanan lumayan lenggang karena kebanyakan libur karena anak SMA sedang ujian nasional.
Sepanjang jalan, Adela belajar ditemani alunan lagu dari Red Velvet. Itu tersambung oleh hp Kakaknya. Dia fans berat Red Velvet. Apalagi Seulgi dan Irene.
Tak sampai 10 menit di jalanan. Adela sudah sampai sekolahnya yang sudah ramai anak-anak kelas 12 yang mau Ujian Nasional, seperti Adela. Hari ini adalah hari ke-2. sisa besok.
"Dek semangat ya! Nanti kita nongkrong di starbak terus nonton dilan biar ga jones nonton sendiri" Ujar kakaknya sebelum Adela turun. Adela hanya tersenyum kecil lalu mengangguk.
Setelah turun, Adela menghela nafas, berjalan ke arah lorong ruangannya. Banyak orang yang berada di lorong. Ada yang belajar ataupun sekedar mengobrol ringan.
"Hoi!"
"ANJIR! ALVARO SUMPAH GA LUCU BANGET"
Alvaro hanya tertawa kecil melihat Adela sukses dibuat kaget olehnya. Adela menghela nafas panjang sambil mengelus-elus dadanya. Alvaro tersenyum, lalu menatap Adela
"Del"
"hmm?"
Alvaro menatap Adela yang serius belajar, menatap matanya lalu menatap tangannya. Tangan kanannya.
Gelang itu..
"Itu gelang siapa?" Tanya Alvaro sambil menatap gelang yang dipakai Adela. Gelang biru tua dengan beberapa tulisan dipinggirnya. Gelang yang sangat khas.
"Ada." Jawab Adela singkat. Saat ini dia ingin belajar dan tidak ingin diganggu gugat. Alvaro duduk di sebelah Adela, menatap gelang Adela dengan seksama. Tersenyum tipis.
Gue kangen lu vit
**
Setelah keluar dari ruang ujian, Adela lemas.
Bagaimana tidak? Soalnya jauh berbeda dari Try Out, Simulasi dll. Benar benar berbeda dan tambah sulit. Alvaro menatap Adela dengan senyuman khasnya. Merangkulnya erat.
"Udah dongg~ cheer up Del.. Mending kita jalan jalan aja ya? Nanti gue jemput deh sekalian.. Siap siap ya"Ajak Alvaro lalu mengedipkan matanya sebelah seraya tersenyum hangat kepada Adela. Adela hanya diam, menunduk dan menyesali jawabannya yang ngasal
"T-tapi Var--"
"GAADA PENOLAKAN! Yaudah ya gue duluan. Kak Alvira ngidam nih"
"HEH SERIUS?"
Alvaro hanya tersenyum lalu melambaikan tangan ke Adela. Punggungnya semakin lama menjauh. Adela hanya tersenyum kecil lalu berjalan ke arah gerbang sekolah.
"ADELINA!" Suara khas itu menghampiri Adela. Siapa lagi yang suka meleset-lesetkan nama selain Rio? Adela sendiri bingung kenapa dia suka begitu. Katanya dia suka lupa.
"Nama gue Adela, bukan Adelina bambang" Adela mencubit lengan Rio lalu diiringi dengan teriakan kesakitan oleh Rio. Adela hanya terkekeh pelan melihat Rio kesakitan.
"Lebay lu... Orang gue mukulnya pelan kok"Kekeh Adela. Rio hanya tersenyum sehingga lesung pipinya terlihat walaupun tidak sedalam Alvito. Ahh--Alvito.
"Bentar lagi liburaaan uyee! Btw, lu liburan dimana del?" Tanya Rio menyamakan langkah kaki Adela. Adela hanya menaikkan kedua bahunya. Ia tidak tahu mau kemana.
"Mungkin ke Jogja? Ngikutin abang sih.. Jadinya ga nentu" Rio hanya ber-oh mendengar jawaban Adela yang simple.
"Ohh berati sama dong kayak Alvito? Alvito kan di Jogja juga"
Deg...
Alvito di--Jogja?
"Hah? Alvito di mana?" Tanya Adela. Rio menatap Adela heran. Tidak biasanya Adela bolot seperti ini.
"Alvito di--"
Mampus gue.
"Err--Di hatimuu hehehe" Jawab Rio dengan nada biasa. Ia berusaha tidak panik karna sudah membocorkan hal penting.
"G-Gue duluan ya dadaah" Rio langsung pergi ke parkiran mobil, meninggalkan Adela yang masih kebingungan dengan semua ini.
Tetapi ia dapat poinnya.
ada yg kangen nastar?
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen FictionRuang Kosong. Selalu ada ruang kosong. Hanya untukmu. Kadang aku ragu membukakan pintu hati untukmu. Maafkan aku yang selalu mengutamakan keegoisanku. Sekarang ruang itu kosong. tanpamu. Kembalilah.