Adela menatap sekitarnya yang sudah ramai dengan ocehan dari Nayya, Bila, Bang Farrel & Kak Kiara. Nayya sibuk sekali memakan nasi goreng kambingnya. Sementara Bila asik bercerita tentang perawat ganteng yang ia tabrak.
Adela mengambil hpnya yang berada di meja di dekat tempat tidurnya. Ia membuka aplikasi di instagram lalu mem-video Bila,Nayya, bang Farrel dan Kak Kiara yang sedang bergosip dibawah.
Setelah mengeditnya, lalu ia mengirim di snapgram Instargramnya. Lalu, alis Adela naik saat melihat akun milik @Alvitohanan.
Biasanya, snapgram Alvito tidak terlalu penting. Kadang ia mem-video Naufal & Rio yang sedang berkelahi atau saat ia menang taruhan main dota dengan Panji.
Tetapi, kali ini snapgram Alvito menampilkan saat ia dan Talitha bersama. Seharian bersama. Dari berjalan-jalan di mall sampai di taman.
Nyes.
Sakit? Iya. Terdengar ada yang patah dari diri Adela. Ia mengalihkan pandangannya ke teman-temannya yang sedang tertawa sekarang.
Apakah sesakit ini menyanyagi Alvito? Apakah memang begini konsekuensinya pacaran dengan Alvito?
Lalu, ketukan pintu terdengar dari luar. Kakaknya langsung berdiri membukakan pintu. Semua perhatian tertuju kepada lelaki yang berjaket biru tua itu.
"Pergi" Desis Adela. Sontak, Nayya, Bila, Farrel dan Kiara langsung izin pamit keluar. Tunggu, ia tidak mau ditinggal bersama lelaki yang tidak ingin ditemuinya. Terlambat, mereka sudah pergi.
"del.."Panggil lelaki itu. Nafas lelaki itu masih menderu. Dadanya naik turun. Sementara Adela hanya menatap keluar jendela. Tangannya mengenggam selimut kesayangannya.
"Lo sadar nggak sih gue disini sakit hati?" Bisik Adela. Ia tidak sanggup menatap Alvito yang kini berada di depannya. Air mata Adela langsung meluncur begitu saja. Tanpa henti.
"M..Maaf"Ujar Alvito. Ia berjalan kearah samping Adela. Ia duduk di kursi yang berwarna hitam itu lalu mengenggam tangan Adela erat.
"Lo sadar nggak sih gue disini sakit ngeliat lo sama Talitha bareng? Lo sadar nggak sih?!" Bentak Adela. Alvito hanya tertunduk diam. Tetap mengenggam tangan Adela.
"Percuma kalo gue sayang sama lo, tapi lo sayang sama orang lain. Percuma vit. Gue kira, lo beda dari cowok-cowok brengsek yang bisanya nyakitin. Tapi lo sama!" Amarah Adela menggebu-gebu. Kekesalan, kecemburuan yang ia pendam selama ini akhirnya keluar.
"Gue.. Minta maaf.. Gue tau gue brengsek.."
"Gue sayang lo vit" Lirih Adela.
"I am a fool. Gue memang bego udah biarin lo kayak gini. Kali ini, izinin gue buat berjuang untuk lo. Gue janji"
Adela menatap mata hitam Alvito. Alvito melepaskan genggaman tangannya lalu mengacungkan jari kelingkingnya.
"Talitha itu masa lalu. Lo itu sekarang dan masa depan gue."
Air mata Adela tidak habis-habisnya jatuh,lalu ditatapnya mata Adela dalam-dalam. Perlahan, ibu jari Alvito mengusap jejak air mata Adela yang ditinggalkan di pipinya.
"Maafin gue ya Del? Gue sayang lo"
Di depan pintu, terlihat bayangan seorang lelaki yang sedang mengenggam bunga. Ia menggertakan rahangnya, berjalan keluar. Bunga itu hanya ia letakkan di depan ruangan yang bernomor 217.
**
"Lo ngapain di sini?"Tanya Lelaki berjaket hitam itu sambil menatap gadis yang memakai hotpants dan kaus berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen FictionRuang Kosong. Selalu ada ruang kosong. Hanya untukmu. Kadang aku ragu membukakan pintu hati untukmu. Maafkan aku yang selalu mengutamakan keegoisanku. Sekarang ruang itu kosong. tanpamu. Kembalilah.