A/N: Jangan lupa vote dan comment :)
"Tapi itu masih kemungkinan jika dia seorang cewek, bukti yang kita miliki hanya berdasarkan video yang ia buat. Dia ingin kita melihat proses kejadian hanya melalui sudut pandangnya" balas Erka.
"Yang Erka bilang barusan ada benarnya, terlalu cepat untuk menyimpulkan saat ini" ucapku menyetujui.
"Memang benar sih, ini masih sekedar teoriku saja, tapi tentang fakta dia bersekolah disini sudah pasti benar" tambah Deni.
"Apa dari kalian semua sudah ada yang tau siapa yang pertama kali menyebarkan videonya?" ucap Lea mulai angkat bicara.
"Aku tidak tau, video ini menyebar terlalu cepat dan susah mencari siapa yang pertama kali menyebarkannya." balasku jujur.
"Sama seperti Zafran" tambah Erka.
"Aku melihat videonya ketika teman-temanku sibuk melihatnya beramai-ramai" jawab Tari.
"Aku juga" tambah Deni.
"Mungkin saja, jika kita sudah tau siapa yang pertama kali menyebarkannya, kita bisa melacak IPnya lalu mendapatkan lokasinya" jawab Lea.
"Meskipun kita sudah tau siapa yang menyebarkannya, pasti dia sudah menyamarkan IPnya sebelum disebarkan ke dunia maya" komentar Deni yang lebih terdengar logis.
"Begitu ya.." balas Lea sedikit kecewa.
"Menurut pendapat kalian, setiap korban yang terbunuh memiliki kaitan dengan si pembunuh?" tanyaku memecah keheningan.
"Entahlah, karena dia sudah terlalu banyak membunuh kita masih belum bisa menemukan bukti yang pas." jawab Deni.
"Bisa saja ada, tapi siapa?" tanya Tari.
"Aku juga tidak tahu, aku membuat teori ini ketika teringat kata-kata waktu itu yang ia tuliskan di papan tulis dengan darah." balasku.
"Sedikit mengerikan melihatnya" jawab Lea yang memasang wajah ngeri.
"Aku juga sempat melihatnya, "orang itu" siapapun dia, yang jelas ia adalah psikopat gila" balas Erka.
"Setuju" balas Deni singkat dan setelah itu bel masuk berbunyi, tanda jika kami harus kembali ke masing-masing. Setelah berpamitan dengan mereka semua, banyak teori-teori yang muncul di kepalaku. Terlalu banyak hingga membuatku sedikit pusing.
***
Di tengah-tengah pelajaran, aku merasa ingin ke wc, jadi kuputuskan untuk keluar kelas karena memang sudah tidak bisa ditahan lagi. Tadinya aku hanya berjalan santai sambil melihat-lihat keadaan sekitar dan kebetulan aku melihat Nabila sedang berjalan sendirian, tapi yang menarik perhatianku bukanlah itu, aku merasa ada sepasang mata yang pada awalnya hanya mengamati Nabila, juga ikut memperhatikanku.
Karena merasa harus, aku mendekati Nabila.
"Nab, kan udah kubilang jangan jalan sendirian" ucapku.
"Aku mau ke perpus nih, tadi disuruh guruku ngambil buku di sana." balasnya simpel.
"Baiklah, tetap berjalan seperti biasanya dan akan kutemani" jawabku.
"Udah, jangan terlalu banyak nanya" pintaku, karena ia memasang wajah agak heran.
"Iyaiya" balasnya dengan nada bawel.
Sengaja aku tidak memberitahunya lewat lisan jika ia sedang diawasi oleh seseorang, aku lebih memilih memakai bahasa isyarat untuk lebih amannya. Dia yang awalnya terkejut, mulai memahami kenapa aku menemaninya saat ini.
Dan lama-kelamaan, aku merasa jika kami sudah tidak diawasi lagi, tapi bukan berarti aku menurunkan kewaspadaanku. Dia bisa berada dimana saja dan datang kapanpun tanpa kuduga karena aku masih belum tau bentuk wajah serta identitasnya.
Aku juga memakai rute yang jika dilewati maka masih terdapat banyak orang, karena jika memakai rute yang biasanya yang harus melewati lorong yang cukup panjang akan terasa sepi sekali nanti.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Coming [END]
Horror(18+) Belakangan ini semua temanku mati secara satu persatu. Apakah aku yang akan menjadi selanjutnya?