A/N: Jangan lupa vote dan comment :)
#Note:
Joseline adalah nama asli dari entitas lain yang menghigapi tubuh Zafran, kalian bisa menyebutnya Dark Zafran ataupun Joseline itupun terserah kalian, karena pada dasarnya itu merupakan nama dari entitas yang sama.
"I iya kak" ucap Intan menurut dengan perintah Dark Zafran atau bisa dibilang nama aslinya adalah Joseline.
"Dengarkan aku, untuk bisa keluar dari tempat ini dengan mudah, kita harus bersikap tenang dan profesional agar tidak ada yang curiga." balas Joseline sambil menatap Intan lekat-lekat dengan pandangan serius.
"Intan paham kak." tukasnya sambil mengangguk-anggukan kepala tanda telah mengerti dengan perkataan Joseline.
"Baiklah, ayo kita lakukan" titah Joseline sambil menarik meja roda yang diatasnya ada mayat si Kepala Sekolah.
Kali ini, Joseline dan Intan mulai bergerak menuju pintu keluar. Mereka berdua telah berganti tugas, jika tadi Joseline yang mengurus saksi, sekarang tugas itu sudah berganti kepada Intan.
Pergerakan mereka berdua begitu rapi dan tanpa menimbulkan kecurigaan terhadap orang-orang yang berada di sekitar mereka karena orang-orang berpikir jika mereka berdua adalah para petugas yang sedang memindahkan mayat menuju ruang otopsi atau ada yang sempat berpikir mereka akan mengembalikan mayat itu ke keluarga yang ada di rumah.
Di tengah-tengah perjalanan misi melarikan mayat si Kepala Sekolah, mereka berdua sempat berpapasan dengan para anggota Grup Detektif yang sudah lengkap. Mereka semua terlalu tergesa-gesa ketika berjalan hingga tidak memperhatikan kalau mereka semua sempat berpapasan dengan Joseline dan Intan.
Tapi berbeda dengan yang lainnya, Deni memang tidak menyadari jika ia sempat berpapasan dengan Joseline dan Intan, tapi yang ia sadari hanyalah nama mayat yang tadi ia lihat itu bertuliskan nama Si Kepala Sekolah.
Ia merasa ada ada yang aneh dengan orang-orang yang sedang membawa mayat si Kepala Sekolah, jadi sekarang ini juga Deni memutuskan untuk membagi tugas mereka berempat.
Deni mengajak Erka untuk segera menyusul orang-orang yang tadi sempat mereka lihat karena lokasi mereka berdua saat ini masih belum terlalu jauh. Sedangkan tugas Tari dan Lea adalah mengecek keadaan Zafran di kamarnya saat ini.
"Kalian semua berhati-hati lah" tukas Deni terakhir kali sebelum mereka semua berpencar.
"Ya/iya/ok" balas mereka semua bersamaan.
"Ayo, Ka" ajak Deni terburu-buru karena tak mau kehilangan sasaran mereka berdua.
Tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, Deni terlihat lari terlebih dahulu mendahului Erka yang sempat tertingggal di belakangnya. Karena Erka juga tak ingin kehilangan jejak Deni, terpaksa ia juga ikut-ikutan berlari mengejak Deni di sepanjang lorong rumah sakit malam ini.
"Itu dia" ucap Deni dalam hati yang sedang melihat Joseline dan Intan yang sedang mendorong meja roda dengan santainya.
"Permisi, tuan." panggil Deni sambil menyentuh pundak kanan Joseline dari belakang.
Tanpa melihat wajah orang yang memanggillnya pun Joseline sudah tahu siapa orangnya. Dan Intan kini juga masih belum berkutik sebelum Joseline yang mengintruksi.
Setelah itu, waktu seakan melambat bagi Joseline sendiri. Ia langsung membanting tubuh Deni ke lantai dengan keras dengan memanfaatkan tangan Deni yang masih memegang pundaknya. Sedangkan Intan langsung mengurus Erka sebagai bagiannya.
Tentu saja Deni sempat melakukan perlawanan, dia bukanlah seorang pemuda yang lemah karena ia juga bisa ilmu bela diri.
Deni yang saat ini masih berada di dalam detik-detik sebelum badannya benar-benar terbanting ke lantai, langsung memposisikan kakinya agar menahan badannya terlebih dahulu, bukan kepalanya.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Coming [END]
Horror(18+) Belakangan ini semua temanku mati secara satu persatu. Apakah aku yang akan menjadi selanjutnya?