Chocolate

920 51 0
                                    



"Oh iya, saya punya sesuatu untuk dia." merogoh-rogoh kantong karena baru teringat jika sedari tadi sedang membawa sesuatu yang sangat penting.

"Apa itu?"

"Coklat, pak."


 Coklat, semua anak kecil menyukai rasa coklat. Agus berhasil menemukan satu batang utuh coklat yang masih tertutup rapat oleh bungkus dan sengaja tidak ia makan karena teringat oleh keadaan seseorang, oleh karena itu ia berniat untuk memberikannya.


***


 Tepat sekitar pukul enam pagi, sebuah kilauan yang terlihat sangat mencolok langsung menghantam kota Surabaya dengan keras. Sebuah ledakan yang langsung menghancurkan apapun yang mengenainya dan efeknya jauh melebihi jangkauan wilayah Asia Tenggara itu sendiri.

 Semuanya hancur begitu saja dalam sekejap, baik gedung, manusia, zombie, hewan, tumbuhan, atau apapun itu.


"Zafran.."


 Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang masih tersisa, Stevani langsung menempelkan bibirnya menuju Zafran beberapa detik sebelum eksistensi mereka berdua akhirnya benar-benar lenyap.


***


(Menarik nafas dalam-dalam)


 Zafran kesulitan untuk mengatur nafas. Kedua bola matanya kembali terbuka dan kini ia berusaha untuk menstabilkan ritme pernafasan yang masih terdengar terengah-engah.


"Dokter!" panggil seseorang setengah berteriak sembari terburu-buru melangkah menuju pintu keluar untuk mencari orang yang dimaksud.

"Ayah?" sangat terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat, ia benar-benar melihat ayahnya masih dalam keadaaan sehat dan bugar beberapa detik yang lalu.


 Ketika Zafran mencoba mengamati apa saja yang berada di sekitarnya, semuanya masih terlihat normal dan sama sekali tidak terlihat hal aneh yang semakin membuat ini menjadi semakin aneh. Pintu masih dibiarkan setengah terbuka, listrik masih menyala dan berjalan normal, pendingin suhu udara, dan lampu, benar-benar sebuah kemewahan setelah berada di neraka yang berkepanjangan dan tidak mengetahui kapan ujungnya akan berakhir.


(Suara pintu terbuka)


 Pintu sempat dibuka kembali sebelum pada akhirnya ditutup rapat oleh seseorang yang sepertinya merupakan dokter, dapat dikenali dengan mudah dari jas panjang yang berwarna putih beserta stetoskop tentunya juga dengan beberapa perawat di belakangnya.

 Ayah Zafran masih berada di luar ruangan dan sedang menelpon keluarga yang berada di rumah karena ini adalah berita besar, terutama setelah apa yang terjadi kepada Zafran.


"Apa ada yang terasa sakit, kepala? perut? kaki?" tanya dokter yang terlihat telah berumur setengah abad di sampingnya kali ini.

"Air.." dengan suara yang sangat lirih karena tubuhnya sangat lemas dan tenggorokannya juga kering.


I'm Coming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang