#10 (Revisi)

15.9K 1K 31
                                    

A/N: Jangan lupa vote dan comment :)



"Kalau begitu, mulai sekarang kamu harus berhati-hati" peringat Deni dengan nada cukup serius.

"Kenapa?" tanyaku yang sedikit kaget karena mendengar Deni tiba-tiba berbicara seperti itu.

"Dia mungkin merasa jika identitasnya sudah terbongkar olehmu, maka cepat atau lambat ia pasti akan mendatangimu" balas Deni dengan pandangan sedikit kasihan padaku.

"Aku tidak takut dengannya." jawabku santai.

"Tenanglah, kau tidak sendiri" tambah Erka berusaha mencairkan suasana saat ini.

"Haha, iya juga ya" komentarku sambil melihat ke sekeliling.


***

#Skip time.


  Sebelum gelap berhasil menutupi langit, kami semua sudah berpamitan kepada Deni karena sudah diizinkan untuk bermain sebentar di rumahnya. Dan aku sudah merasa jika ada seseorang yang mengikutiku dari belakang semenjak dari rumah Deni.


  "Dia mungkin merasa jika identitasnya sudah terbongkar olehmu, maka cepat atau lambat ia pasti akan mendatangimu"  


  Perkataan Deni yang barusan membuatku terpaksa menjadi waspada setiap saat. Siapapun orang sialan ini, identitasnya harus segera kubongkar secepatnya.

  Aku juga harus segera menyusun taktik sekarang, pasti ada alasannya dia mengikutiku. Seperti ingin mengetahui dimana rumahku sekarang atau bahkan dia mungkin saja sudah mengetahuinya.

  Jika aku menambah kecepatan motorku secara mendadak saat ini, dia pasti tahu jika aku sadar sedang diikuti tapi aku juga tidak bisa membiarkannya begitu saja mengikutiku.


Aku harus segera mengambil tindakan.


 Jadi aku langsung menambah kecepatanku sambil memutar-mutar setiap gang yang ada. Beruntungnya, aku hapal jalan-jalan tikus yang ada di kotaku, jadi bisa dibilang ini akan terasa mudah. Tapi nyatanya tidak.

 Dia masih bisa mengikutiku terus dengan kecepatan yang sama juga. Dan sialnya bensinku habis di tengah jalan karena aku sudah terlalu memaksakan mesinku ini. 

 Semakin lama keberadaan dia semakin dekat, terlihat dari lampu motor yang ia pakai. Dan mustahil jika aku meninggalkan motorku sekarang. Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah mempersiapkan untuk hal yang tak terduga.

 Hingga kedua motor kami cukup dekat, barulah dia memberhentikan motornya dan turun mendekatiku. Orang ini adalah seorang pria berumur tiga puluh tahunan jika dilihat dari wajah dan perawakannya.


"Tenanglah, jangan panik." ucapnya karena melihatku ancang-ancangku yang sedang waspada.

"Kenapa aku harus mendengarkanmu" balasku dengan nada dan mimik serius.

"Ayahmu yang menyuruhku" jawabnya.

"Buktikan" balasku singkat.

 Setelah itu dia menunjukanku tanda pengenal yang memang dimiliki oleh anggota polisi. Barulah aku percaya setelah melihatnya karena ayahku adalah Kepala Satuan Polisi di bidang Kriminal.


"Baiklah aku percaya padamu, kenapa ayah menyuruhmu untuk mengikutiku?" tanyaku sedikit penasaran.


"Kalau soal itu, tanyakan sendiri padanya. Aku juga tidak tahu, yang jelas aku diberi tugas untuk mengawasi sambil melindungimu dari bayangan" jawabnya.

"Baiklah aku mengerti, dan nama om adalah?" 

"Namaku Novanto, panggil saja Anto" balasnya.

"Motormu pasti sedang kehabisan bensin, tunggu disini sebentar dan biar kubelikan bensin." tambahnya sedangkan aku hanya mengangguk sambil berterima kasih.

  Lima belas menit kemudian barulah Om Anto datang kembali sambil membawakan bensin, seperti yang ia janjikan. Setelah bensin motorku kembali terisi, aku berterima kasih kepadanya lalu menyarankannya untuk tidak mengikutiku saat ini karena sehabis ini aku akan kembali ke rumah. Untungnya dia menyetujuinya dan tak lupa mengingatkan kepadaku jika dia masih akan mengawasiku dari bayangan untuk kedepannya.


Aku tidak mempermasalahkannya, karena ayahku pasti memiliki alasan khusus untuk hal ini.



#TBC

I'm Coming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang