#8 (Revisi)

16.1K 1K 11
                                    

A/N : Jangan lupa vote dan comment :)



  Hingga Nabila selesai dengan urusannya di ruangan perpustakaan, masih belum ada tanda-tanda dari "dia" menurutku.


"Sudah?" tanyaku.

"Sudah, makasih fran" 

"Yaudah, aku anterin kamu sampe ke kelas baru pisah habis itu" balasku yang langsung dijawabnya dengan anggukan kepala.


  Daripada diam dan terasa canggung dengan Nabila, aku mengajaknya mengobrol di perjalanan untuk memecah keheningan. Dan setidaknya dia sudah mulai melunak dan tidak terlalu ketus dari nada bicaranya.


Dug


"Apa-apaan ini?????" teriakku panik.

 Bagaimana tidak?? tiba-tiba ada sebuah mayat yang sudah digantung dan dilemparkan dari lantai dua ke bawahnya. Dan itu terjadi tepat di mata kami berdua, jaraknya juga sangat dekat.

 Wajah Nabila sudah pucat duluan saat ini, dia sudah gemetaran dan hampir ingin muntah karena kejadian ini terjadi terlalu tiba-tiba.

 Selain kami, juga ada beberapa orang lain dan termasuk seorang guru matematika yang mengajar di kelasku juga melihat kejadian barusan.

 Aku tidak mengenali siapa yang menjadi korban, tapi yang jelas dia adalah seorang cewek bertubuh pendek dan berkulit putih. Daripada itu, yang menjadi fokusku adalah si pembunuh. Aku tidak akan melepaskannya kali ini, dia pasti masih berada di sekolah ini.

 Aku dihadapkan dengan dua pilihan kali ini. Mengejar si pembunuh dan meninggalkan Nabila sendirian. Ataupun tidak mengejar, dan tetap bersama Nabila. Dan itu semua harus kuputuskan segera dalam waktu tujuh detik dari sekarang.

 Pada akhirnya aku lebih memilih opsi kedua, karena aku kasihan dengannya. Mental seseorang yang sedang shock sangat rawan sekali untuk diganggu. Dan juga, tadi aku juga sudah berjanji untuk mengantarkannya.

 Setelah itu aku mengajak Nabila untuk menjauh dari TKP terlebih dahulu, ini adalah hal pertama yang harus kulakukan. Bahkan hingga saat ini Nabila masih gemetaran ketika kupegang tangannya.

 Sengaja aku tidak membawanya ke UKS karena tempat yang sepi sangat tidak aman untuk saat ini. Jadi aku memutuskan untuk membelikan minuman untuknya  agar setidaknya dia bisa lebih tenang.

 Tentu saja, situasi di sekolah saat ini juga sudah heboh. Orang-orang berlarian kesana kemari entah sedang ingin menuju kemana. Grup Detektif juga sibuk menanyakan dimana keberadaanku saat ini, padahal kejadian besar telah terjadi. Dan aku hanya sempat membalas jika "Aku berada di TKP saat itu, dan informasi selanjutnya akan kuberitahu nanti karena sedang berada urusan darurat"

 Setelah Nabila merasa sedikit tenang, aku mengantarnya keluar gerbang karena ia sudah dijemput oleh orang tuanya yang memang sebelumnya sudah kuhubungi. Untuk tasnya akan dia ambil lain hari karena situasi di sekolah saat ini sedang panik semuanya.

 Dan tentu saja yang terjadi selanjutnya adalah mobil-mobil polisi dan ambulan disertai sirene yang melengking menghiasi siang hari ini, kami juga dipulangkan lagi ketika kejadian ini terjadi.

 Untuk mencari "si pembunuh" pun juga susah saat ini, karena orang-orang sedang tersebar di segala penjuru.

Tidak seperti yang lainnya yang akan pulang. Aku mulai ikut bergabung dalam penyelidikan klub detektif yang sudah lengkap dari tadi kecuali aku.


"Maaf terlambat, tapi aku juga membawa informasi penting tentang kejadian kali ini" ucapku ngos-ngosan karena sehabis berlari.


Mendengar hal itu langsung membuat Deni tertarik dan berkata " informasi apa?".


"Aku sempat melihat wajahnya, meskipun sekilas." jawabku.

"Benarkah?" balas Tari dengan nada serius.

"Ya, aku sempat melihatnya meskipun agak kurang sedikit jelas karena mataku minus" jawabku.


#TBC

I'm Coming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang