Jika pulang yang sesungguhnya ialah rumah, sudah sepatutnya aku tenang bukan malah berakhir malang.
♥♥♥
Aku menghela napas kasar begitu melihat pendaran jingga berangsur hilang dari pandanganku berganti gelap yang kini menjadi kuasanya.
Aku bergeming meski matahari telah padam beberapa menit yang lalu, tapi aku masih enggan meninggalkan tempat ini. Aku berdiri dan memperbaiki posisi dudukku senyaman mungkin, sudah kuputuskan untuk tidak kemana-mana atau bahkan kembali ke rumah.
Malam ini, aku ingin menikmati duniaku di sini—tempat sepi yang hanya terdapat bangku panjang menghadap telaga.
Dan malam ini kuingin mengakhirinya di sini, aku ingin semua rekaman memori itu selesai di sini. Termakan malam, lenyap disapu bayu, serta lebur menjadi buih telaga.
Aku ingin mengakhirinya, meski harus merelakan waktu yang terbuang percuma. Dari itu, semoga Semesta berkenan atas inginku.
Di sini.
Kali ini juga.
♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Penantian || TERBIT
Teen Fiction[AWAS!! CERITA INI MENGANDUNG KENYESEKAN, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA!] Apalah arti penantian, bila yang ditunggu tanpa kepastian? Apalah arti penantian, bila yang ditunggu tak jua datang? Namaku Kejora. Gadis yang bodoh, sebab menanti sosok yang ta...