Aku diam, Mama juga ikut diam. Suasana di ruang tamu seakan mencekam, di seberang Kak Hafiz nampaknya gelisah. Terbukti dengan tangannya yang menepuk-tepuk kakinya, ia masih belum bersuara.
"Kedatangan Hafiz kemari karena ada suatu hal penting yang harus Tante dan Adik Ra ketahui." Kak Hafidz mulai berbicara.
Aku belum menanggapi, masih menunggu ucapan Kak Hafiz.
"Beberapa hari yang lalu, Hafiz mendapat telepon mengatakan kalau Hafiz memperoleh beasiswa S2 ke Turki untuk melanjutkan studi."
"Alhamdulillah, itu kabar baik, Nak," Mama akhirnya menanggapi ucapan Hafiz dengan perasaan senang.
"Iya, Tante. Alhamdulillah, Hafiz turut bahagia dan bersyukur mendengar kabar itu, kalau prosesnya lancar. Insyaallah, dua bulan lagi Hafiz sudah berangkat."
"Benarkah? Lantas bagaimana dengan taaruf Nak Hafiz dengan Kejora?" kaget Mama setelah mendengar kalimat terakhir Kak Hafiz.
Sampai saat ini, aku belum membuka suara. Masih mencerna setiap perkataan yang keluar dari mulut Kak Hafiz.
"Untuk itulah Hafiz datang kemari, Tante. Ingin memperjelas proses taaruf Hafiz," ucapnya lalu mengalihkan pandangan ke arahku, "Bagaimana Dik? Apa sudah menemukan titik terangnya?" Kak Hafiz bertanya serius padaku. Sepertinya Kak Hafidz tidak ingin memperlama proses taaruf kami, terlebih lagi ia harus mempersiapkan keberangkatannya ke Turki.
"Misalkan, kalau Dik Ra yakin. Kita percepat lamaran dan melangsungkan akad serta resepsi secepatnya dan membawa Adik ke Turki. Namun, bila sebaliknya. Kakak rasa proses taarufnya akan diberhentikan sampai di sini, kita tak mungkin melakukan taaruf berlama-lama, bukan?" Lagi Kak Hafiz mengeluarkan kalimat bijaknya.
"Bagaimana, Ra?" Kali ini Mama yang bertanya padaku, kemungkinan Mama juga tak sabar mendengar jawabanku.
"Ra bisa minta waktu? Karena jujur, ini menyangkut masa depan Ra kelak. Ra masih ingin memantapkan keputusan, Ra. Seperti perkataan Kak Hafiz barusan, misalkan Ra menerima berarti acara lamaran dan pernikahan akan segera digelar. Permasalahannya adalah Ra masihlah semester 6, sebentar lagi akan final. Dan sayang jika Ra meninggalkan kuliah Ra padahal tinggal 2 semester lagi Ra akan mendapatkan gelar sarjana. Untuk itulah, Ra meminta kerelaan Kak Hafiz kiranya mau menunggu satu atau dua pekan lagi untuk mendengar jawaban, Ra," jelasku.
Aku gak tahu apa yang Kak Hafiz pikirkan tentang diriku, perihal ingin menunggu atau membatalkan aku gak tahu. Jujur saja, sebelum Kak Hafiz menyampaikan perihal kedatangannya tadi. Aku sudah memutuskan untuk menerima Kak Hafiz, setidaknya ia bisa menjagaku dan menuntunku menuju surga-Nya. Perihal Musafir itu? Meski aku belumlah sempurna melupanya, malah aku semakin mengharapkannya. Aku yakin, pelan-pelan aku akan melupakan perihal tentangnya bila sudah menikah dengan Kak Hafiz. Terlebih lagi, Mama memang sangat berharap aku jadi dengan Kak Hafiz. Tapi, setelah mendengar kabar baik dari Kak Hafiz. Tentang beasiswa S2-nya ke Turki, membuatku untuk kembali berpikir. Bukan apanya, hanya saja jika aku menerimanya maka kuliahku yang akan jadi korban. Kalaupun harus pindah, akan susah jadinya. Terlebih lagi aku sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Aku gak mau itu terjadi. Dan seperti yang dikatakan tadi, Kak Hafiz tak mungkin taaruf jarak jauh dengan waktu yang lama. Cara terbaik yang aku lakukan adalah kembali salat Istikharah, meminta petunjuk dari Allah. Jalan apa yang harus aku pilih.
"Baiklah. Kakak akan menunggu, dua pekan sepertinya waktu yang cukup untuk meminta petunjuk dari Allah."
Tak kusangka Kak Hafiz akan menanggapinya seperti itu, benar-benar calon suami idaman.
"Terima kasih, Kak," ucapku.
"Sama-sama, Ra. Apapun hasilnya, Kakak pasti akan terima."
Ah! Kak Hafiz. Kenapa bukan Kakak saja yang menjadi Musafir itu? Kakak terlalu sempurna buat Ra yang masih semester 6 di salah satu kampus swasta kota ini. Sepatutnya, Kakak mesti lamar gadis saleh, yang pernah mondok, atau yang hafizah seperti Kak Hafiz, bukan seperti Ra.
"Tante, Ra, kalau begitu sepertinya Hafiz pamit dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam," jawab aku dan Mama hampir bersamaan.
♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Penantian || TERBIT
Novela Juvenil[AWAS!! CERITA INI MENGANDUNG KENYESEKAN, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA!] Apalah arti penantian, bila yang ditunggu tanpa kepastian? Apalah arti penantian, bila yang ditunggu tak jua datang? Namaku Kejora. Gadis yang bodoh, sebab menanti sosok yang ta...