Aku merebahkan tubuhku di atas kasur, berniat untuk terlelap dalam tidur dengan mimpi indah. Namun Bulan tiba-tiba menggangguku dengan sebuah pertanyaan.
"Tante bahas taaruf kamu lagi, Ra?"
"Ya," jawabku menatap langit-langit kamar seperti dirinya.
"Kamu udah nemu titik terangnya?"
"Belum."
"Boleh aku ngasih saran?" Bulan berbalik ke arahku.
"Apa?" Aku ikut berbalik ke arahnya.
"Aku tahu dalam hidup akan selalu dihadapkan dalam sebuah pilihan, dan aku tahu kamu berada diantara pilihan yang gak Tante ketahui. Antara bertahan atau berhenti selalu ada konsekuensinya, Ra. Namun, perlu kamu paham Ra. Selama ini kamu sudah memperjuangkan sesuatu yang Tante gak pernah tahu. Dia, Ra. Jadi, jika kamu bertahan maka kamu mempertahankan sesuatu yang memang sejak dulu kamu perjuangin. Namun jika kamu memilih untuk berhenti, itu berarti kamu memilih jalan yang baru lagi dan itu sama saja waktumu selama empat tahun ini adalah kesia-siaan. Perjuanganmu selama ini adalah perjuangan tanpa arah, tanpa tujuan. Layaknya menanam sebuah buah. Kamu sudah susah-susah merawatnya, namun saat menunggu waktunya berbuah kamu malah memilih untuk menanam buah baru di musim yang berbeda."
Mataku berkaca-kaca mendengar saran Bulan. Ah! Bulan. Entah kenapa, kamu selalu membuatku menemukan titik terang saat kegelapan menghampiriku. Tanpa sadar, aku memeluk Bulan.
Terima kasih atas nasihat malam ini, Lan!
♥♥♥
![](https://img.wattpad.com/cover/125930508-288-k289025.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Penantian || TERBIT
Fiksi Remaja[AWAS!! CERITA INI MENGANDUNG KENYESEKAN, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA!] Apalah arti penantian, bila yang ditunggu tanpa kepastian? Apalah arti penantian, bila yang ditunggu tak jua datang? Namaku Kejora. Gadis yang bodoh, sebab menanti sosok yang ta...