"Baru kelar, Ra?" tanya Beri begitu melihatku langsung duduk di depannya. Aku mengangguk. Lepas itu memanggil Bu Kantin untuk memesan makanan.
"Lama amat," celetuk Beri kembali menikmati sisa baksonya yang sempat terhenti demi melihat kedatanganku.
"Tahu ajalah. Dosennya korupsi waktu lagi," jawabku sembari menyambar es jeruk milik Beri.
"Eh, itu minumanku, Ra," protes Beri.
"Nanti aku ganti, haus banget tahu, panas lagi," kataku menghapus pelu dengan ujung jilbabku. Es jeruk yang telah habis kuletakkan kembali di atas meja.
Beri mengangkat bahu, tidak masalah katanya.
"Oh iya, ini buku yang kamu minta kan?" Aku meletakkan sebuah buku di atas meja dekat dengan mangkuk Beri.
Beri mengangguk, "Makasih ya, Ra. Akhirnya dapat juga nih buku?" Senang Beri, sangking senangnya sampai menghentikan aktivitas makan siangnya demi mengelus-elus itu buku.
"Akhirnya seorang Beri baca novel juga," ucapku kagum yang seketika acara elus-mengelusnya terhenti.
"Baca? Novel? Aku, Ra? Hellowwww, sejak kapan seorang Beri baca novel, Ra?" Beri dengan gaya alaynya itu bertanya balik padaku.
"Loh, bukannya kamu minjam novel itu buat kamu baca?"
Beri menggeleng-gelengkan kepala. "NO!!Ini buat adikku, Ra. Dia punya tugas Bahasa Indonesia gitu, dan dia perlu novel ini buat ngerjain tugasnya dia," jelas Beri.
"Oh gitu ya, kirain kamu yang mau baca."
"Tidak, Sayang. Lagian gak ada sejarahnya seorang Beri suka baca novel."
Aku mengangguk mengiakan saja karena kenyataaannya memang begitu. Kami berdua memiliki kesenangan yang berbeda, namun anehnya kami bisa bersahabat selama ini. Benar-benar aneh.
Beri kembali menikmati makanannya yang sempat terhenti usai memasukkan novel itu ke dalam tasnya. Sesaat kemudian menu pesananku datang. "Terima kasih, Bu," ucapku tersenyum sembari siap melahap nasi goreng yang ada di depan mataku.
"Oh, ya. Es jeruknya tambah satu lagi, ya!" pintaku. Ibu Kantin mengangguk mengerti lantas kembali membuatkan pesananku.
Sambil menikmati makanan masing-masing. Beri mulai membuka suara, "Jadi gini, Ra. Aku berencana merekrut relawan dua atau tiga orang, kamu tahu kan yang berjuang di RL itu cuma kita berdua."
Aku mengangguk paham. "Ya, aku setuju sama usulan kamu, Ber. Cuma siapa yang siap jadi relawan?" tanyaku sebelum memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutku.
"Aku udah punya kandidat, tinggal ngomong aja sama dia."
"Oh ya?" Aku tak percaya dengan apa yang kudengar barusan, ternyata Beri lebih cepat dari apa yang aku duga. Jujur saja, dua tahun mengenal Beri belum cukup buatku untuk mengetahui karakternya. Terkadang dia asyik, namun tak berapa lama menjadi sosok yang menyebalkan. Susah ditebak.
Beri mengangguk mantap seraya menyeruput es jeruknya yang baru saja tiba. "Pulang dari sini, aku bakal ngomong sama dia."
"Eh, nggak sekarang aja?"
"Dia dari kampus sebelah, Neng."
"Oh." Aku melanjutkan makananku yang hampir tandas.
"Kalau mereka setuju, otomatis pekan depankita ke RL sama-sama. Oh ya, Ra. Sekali lagi makasih ya atas bukunya, nanti kalau adik aku udah selesai pakainya aku kembaliin."
"Iya, Ber. Santai, kayak siapa aja."
"Hehehe. Aku duluan kalau gitu."
Beri bangkit dari kursi berlalu menyisakanku yang masih menghabiskan santap siang. Sesekali aku periksa grup kelas, takut jika ada info dosen yang masuk usai santap siang. Namun, setelah kuperiksa hasilnya nihil. Berarti usai dari sini, aku bisa segera pulang.
"Berapa, Bu?" tanyaku pada Bu Kantin.
"35 ribu, Dek."
"Eh, 35 Bu? Bukannya saya pesan satu porsi nasi noreng sama dua es jeruk ya?"
"Iya, Dek. Terus tambah menu pesanan temannya, satu porsi bakso sama satu es jeruk. Jadinya 35 ribu," jelas Ibu Kantin.
Aku tersentak kaget. "Loh, emangnya dia gak bayar, Bu?"
"Enggak, Dek. Katanya biar teman saya yang bayar."
Demi apapun rasanya siang ini aku ingin menyantap Beri seketika.
♥♥♥

KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Penantian || TERBIT
Fiksi Remaja[AWAS!! CERITA INI MENGANDUNG KENYESEKAN, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA!] Apalah arti penantian, bila yang ditunggu tanpa kepastian? Apalah arti penantian, bila yang ditunggu tak jua datang? Namaku Kejora. Gadis yang bodoh, sebab menanti sosok yang ta...