selamat membaca
*********
"Mela, Sayang, jangan jahat sama suami, bagaimana nanti kalau kamu kedinginan?" aku menutup telingaku dengan headset, suara Rich Chigga memenuhi indera pendengaranku hingga aku sudah tak lagi mendengar suara memelas Radit.
Karena kejadian tadi siang, aku mengusir Radit dari kamar, celana dan baju yang aku beli sudah aku upload dan jual di situs belanja online. Bahkan aku sudah mendapatkan beberapa pemesan, entah apa yang akan dilakukan Radit jika dia mengetahui hal ini.
Setelah beberapa menit, aku memutuskan untuk melepaskan headset yang tadi melindungiku dari suara Radit. Hening, tak ada lagi ketukan apalagi rayuan gombal yang bisa kudengar, aku menghela nafas sebelum memejamkan mataku, menikmati kesendirian di ranjang yang besar ini.
Hangat, kenyal dan mengganggu, itulah yang aku rasakan pertama kali saat membuka mata, lalu begitu aku menoleh, aku melihat wajah Radit yang sedang nyengir.
"Radit, keluarlah kenapa kau disini?" Radit mengurung tubuhku dengan kaki dan tangannya hingga aku tak mampu bergerak. Radit mengecup pipiku, membuatku sadar bahwa benda yang tadi mengganggu tidurku adalah bibir tak tahu diri Radit.
"Aku suami yang baik, Mela. Tidak lupa akan hak dan kewajibannya." Mataku sudah sangat mengantuk, malas menanggapi argumen Radit. kalau aku menanggapinya pasti kita bisa begadang sampai pagi, Radit memiliki kosakata yang berlebih dan merupakan mantan anggota tim debat.
********
"Mela, kenapa kau membungkus pakaianku?" tanya Radit saat melihatku sibuk dengan gunting dan kertas pembungkus.
"Karena kemarin kau bilang tak mau memakainya, jadi lebih baik aku jual, kan dari pada tak terpakai lebih baik jual di Tokope***," ujarku tanpa beban.
"What the ... Mela, apa kau masih marah? Maafkan aku, oke, jangan melakukan hal bodoh seperti ini lagi." Radit menangkup wajahku, membuatku mau tak mau harus melihat wajahnya. "Kau mau apa? Aku akan membelikannya untukmu, supaya kau tak marah lagi."
"Kau menyuapku? Maaf, Mela anti korupsi dan suap," ucapku tegas, dia pikir aku akan luluh hanya dengan hadiah? Jangan harap!
"Jadi kau tidak mau? Syukurlah, aku tak perlu mengeluarkan uang." Aku terbelalak, ternyata suamiku memang pelit. Mana ada orang merayu seperti itu, aku ingin menangis, meratapi nasib kalau begini.
"Sudahlah kau pergi kerja saja, cari uang yang banyak supaya bisa kau pakai mandi, tenang saja aku tak akan meminta." Tiba-tiba Radit memelukku, menggumamkan kata maaf dan penjelasan bahwa ia hanya bercanda. Sangat tidak lucu.
Radit bilang ia tak tahu bagaimana menangani wanita yang tak menerima suap, karena kebanyakan mantan kekasihnya selalu memaafkan Radit jika ia membelikan mereka sesuatu. Bahkan kata Radit jika ia ketahuan selingkuh, ia hanya perlu membelikan kekasihnya cincin berlian dan kasus selesai, hubungan mereka akan membaik kembali. Dasar cewek zaman now, eyes money.
Setelah sesi curhat berakhir, akhirnya Radit berangkat kerja dan aku kembali meneruskan kegiatanku, membungkus paket yang akan ku kirim, enak saja aku membatalkannya hanya karena Radit.
Bel rumah berbunyi saat aku sedang merapikan kekacauan yang aku buat. Setelah semua terlihat rapi, aku baru membuka pintu, Mami Vera dan ibuku berkacak pinggang ketika melihatku yang hanya nyengir karena membuat mereka menunggu.
"Mela, kenapa lama sekali? Kami kira kau tak ada di rumah, hampir saja kami menelponmu untuk memastikan," ujar ibuku. Setelah meminta maaf aku mempersilahkan mereka masuk. Ingin sekali aku berteriak sekarang, satu ibu negara sudah bikin pusing, kalau dua? Kelar hidup saya.
Aku menopang daguku saat mendengarkan Mami Vera menceritakan khasiat obat yang dibawanya.
"Dengan penggunaan kurang dari 1 bulan, Anda sudah bisa merasakan khasiatnya! Obat cepat hamil ini dijamin ampuh dan yang terpenting terbuat dari bahan alami, telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika serikat atau FDA." Aku melihat ibuku yang mengangguk-angguk sambil mendengarkan, sementara aku justru ingin tertawa membayangkan Mami Vera sebagai SPG obat kesuburan.
"Kalian sudah tidak bergulat lagi kan? Jangan bilang kalau sekarang kalian justru main tinju setiap malam," ujar Mami Vera dengan blak-blakan. Aku memerah ketika mengingat kejadia itu. Apalagi mengingat Mami yang benar-benar membelikanku buku kamasutra, Radit langsung membuang obat kuat dan buku itu saat Mami tak melihat.
"Bergulat? Apa maksudnya?" tanya ibuku. Dan saat itulah acara obrolan ibu-ibu dimulai, Mami Vera bercerita dengan penuh semangat mengenai malam pertamaku dengan Radit. Keduanya tampak asik bercengkrama, bahkan mereka tak menyadari bahwa aku telah pergi ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman.
Saat aku kembali dari dapur, aku sudah disambut oleh pelototan ibuku, "Mela, kenapa kau melakukan hal itu pada suamimu, Nak?"
Saat ibumu sudah membuka mulutnya dan mengomel maka percayalah, tak ada waktu untukmu membalas kata-katanya yang super cepat itu. aku hanya bisa terdiam dan menggerutu dalam hati saat ibuku menceramahiku, Mami Vera beberapa kali menambahi apa yang dikatakan ibuku.
Pesan dan ceramah yang disampaikan mereka berdua tak hanya untukku, tapi juga Radit. Sayangnya Radit tak ada disini sehingga akulah yang menjadi pengantar pesan untuknya. Aku tak yakin aku akan mengingat semuanya nanti. Apalagi telingaku sudah begitu tersiksa karena dipaksa bekerja terlalu keras.
"Mela, pokoknya jangan lupa, minum obat itu, berbuat baik pada suamimu, jangan terlalu galak, jangan malas, dan jangan lupa pesan Mami yang lain tadi, sampaikan juga pesan Mami pada Radit. Jangan lupa! Mami harus balik ke Pekanbaru menyusul belahan jiwa Mami. Kalian berdua jaga kesehatan oke?"
"Mela, ingat, jangan main gulat, smackdown atau tinju lagi, Mami sudah ingin menggendong cucu, Jangan lupa sampaikan semua pesan tadi ke Radit. Anak kurang ajar itu, sudah jarang menelpon Mami sekarang, kamu juga sudah lupa sama Mami nggak pernah berkunjung."
Aku menarik nafas dalam begitu melihat dua ibu negara itu pergi, kepalaku masih terasa pusing karena mereka berdua. Begitu menemukan ponselku, aku langsung menghubungi Radit, dia harus merasakan apa yang aku rasakan tadi.
"Halo, Baby," begitu mendengar suara Radit aku langsung menyampaikan pesan yang tadi disampaikan oleh kedua ibu kami.
"Radit kata Mami, kau tidak boleh pelit, baik sama istri, menyayangi, setia, jujur, ramah, sopan, selain itu jangan terlalu sibuk bekerja, istrimu juga butuh perhatian dan apalagi? Oh iya, jangan lupa minum obat kuatnya."
*********
Sekian, Bye see y