Tiga Puluh Dua

39.6K 2.7K 97
                                    

Aku memainkan cincin yang ada di tanganku. Cincin inilah yang selama beberapa bulan ini menghuni jari manisku. Jujur saja, aku ingin melepasnya, mengingat semua yang telah Radit perbuat padaku.

Lelaki berwajah biasa saja itu memang tak tahu diri. Aku di sini menunggunya tapi dia malah selingkuh dengan wanita lain. Mentang-mentang uang banyak dan selingkuhannya sedikit lebih cantik dariku, aku dicampakkan begitu saja bagaikan kertas pembungkus cabe.

Aku menutup mataku, mengingat semua pertanyaan Caca yang belum bisa kujawab.

'Apa kau yakin tidak mencintai suamimu?'

'Jika kau yakin ingin bercerai, apa yang akan kau lakukan setelahnya?'

'Jika ini semua hanya kesalahpahaman, tapi karena sikap impulsifmu kalian bercerai, apa kau tidak akan menyesal?'

Hanya 3 pertanyaan tapi aku tak bisa menjawabnya. Sebenarnya Caca ingin bertanya lagi, tapi aku membungkam mulutnya karena dirinya justru membuatku semakin bingung.

Penyesalan selalu ada di akhir, dan rasa penyesalan itu tak pernah manis. Ia akan terus menempel di kepalamu, mengganggu hidupmu hingga kau hanya bisa menangis karena tak bisa mengubah masa lalu. Aku sering mengalami hal itu karena benar kata Caca, aku orang yang sangat impulsif.

Apa aku yakin kalau aku tidak mencintai Radit? Aku tidak tahu, yang jelas aku sudah terbiasa dengan kehadirannya dan orang bilang cinta bisa hadir karena terbiasa.

Aku juga tak mau memikirkan mengenai perasaan Radit yang sebenarnya. Mulut pria itu kadang tak bisa dipercaya, dia sama tak meyakinkannya dengan mulut tetangga. Di depan baik tahunya di belakang... ah, sudahlah.

Jika aku dan Radit bercerai, apa yang akan aku lakukan setelah itu?

Memulai hidup baru dengan anakku. Memikirkan anak selalu menimbulkan keraguan dalam diriku untuk bercerai. Aku juga mau anakku memiliki kehidupan yang sempurna, dengan dua orang tua yang begitu menyayanginya.

Jika aku bercerai maka anakku mungkin akan menjadi korban dari sifat impulsifku dan kelakuan papanya yang menggandeng wanita lain kemana-mana. Siapa yang akan dipanggilnya papa jika dia sudah lahir dan mulai belajar berbicara?

Dan pertanyaan yang paling penting, jika aku bercerai, bisakah aku mendapatkan brondong unch-unch super cute bin perjaka?

Kemarin, aku mencoba untuk menghubungi Alex yang tentu sangat tahu mengenai masa lalu Radit. Ia bahkan orang yang memberi nasehat agar aku mempercayai suamiku.

Alex sudah berjanji untuk menemuiku hari ini. Dan saat ini aku sedang menunggunya, Caca sedang jalan-jalan dengan pacarnya sehingga aku hanya bisa menunggu dalam kebosanan. Aku ingin semuanya cepat selesai hingga pikiranku tak semrawut seperti ini.

Beberapa hari ini, aku sulit tidur gara-gara memikirkan semua yang terjadi saat ini. Menunggu tanpa kejelasan itu tidak enak, apalagi aku tahu ini bukan masalah kecil. Masa depan keluarga kecil kami tergantung pada keputusanku dan Radit. Dan sayangnya, manusia bernama Radit itu sok sibuk hingga tak pernah menghubungi sama sekali, ini sudah 3 hari dirinya tak menelpon atau menanyakan kabar.

Berita Radit yang selingkuh dariku juga sudah mencuat di media. Aku sampai mematikan ponselku dan menggunakan ponsel Caca agar aku tak terganggu dengan awak media yang meminta klarifikasi. Aku yang biasanya sering melihat akun gosippun jadi malas, apalagi kalau ada wajah suamiku dan wanita yang sayangnya berwajah cantik itu.

Suara bel yang terus menerus berbunyi membuatku mau tak mau beranjak dari dudukku. Sebelum membuka pintu pun aku sudah menebak bahwa makhluk yang memencet bel dengan bernafsu itu adalah Alex.

Crazy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang