Dua puluh tujuh

40.3K 2.7K 146
                                    

Untuk angel-ku

Aku tak tahu mau menulis apa... sial, aku seperti orang bodoh sekarang. Yang jelas, aku mencintaimu...

Eh ralat, aku tak tahu apa itu cinta, jadi tidak mungkin aku mencintaimu... apalagi dengan manusia sepertimu yang tidak ada apa-apanya dibanding aku yang sempurna ini...

Kau tahu? Surat wasiat yang ditinggalkan Papi, memaksaku untuk menikah, aku tak tahu harus menikah dengan siapa, denganmu? Aku ragu kau mau menikah denganku.

Aku rasa aku akan menikah dengan orang lain saja, wanita yang mudah untuk diatur dan tidak banyak tingkah. Aku hanya akan menikah dengannya sebentar lalu menceraikannya, kalau dia mencintaiku nanti, maka itu nasib sialnya.

Bye, Angel, aku tak akan pernah mengirim surat ini padamu, kau pasti akan meledekku habis-habisan karena menulis surat penuh curhat seperti ini. biarkan ini di laci saja, sebagai pengingat bahwa aku telah mengakui sedikit rasa cintaku padamu.

Aku tak tahu kenapa aku memanggilmu angel, padahal kelakuanmu lebih mirip setan.

Sekali lagi, bye...

Aku meremas catatan tak jelas itu, entah Radit ingin membuat surat atau menulis diary, yang jelas catatan itu membuatku kesal setengah mati. Siapa Angel ini dan apa maksud Radit dengan mencari wanita yang mudah diatur?

Sudah kuduga kebrengsekan Radit tak akan luntur, mungkin mami dan Alex salah menilai. Atau mungkin mereka kasihan padaku yang selama ini hanya menjadi boneka untuk Radit. Enak saja dia memperlakukan wanita, menikahi kemudian menceraikannya seenak jidat.

Aku merasa ditarik ulur kalau seperti ini, Radit tak pernah mengungkapkan perasaannya, tapi Alex dan Mami bersikeras bahwa Radit memang mencintaiku. Mana yang harus ku percaya? Belum lagi surat untuk Angel sialan ini. Pernyataan cinta Radit yang konyol tapi memang khas seorang Radit, arogan, selalu merendahkan orang lain, dan narsis tingkat dewa.

Mana ada orang bilang mencintai tapi diakhir justru mencela bahwa kelakuan wanita itu mirip setan. Aku rasa hanya ada satu di dunia ini, makhluk unik bin nyeleneh macam Radit. Aku melempar kertas menyebalkan itu ke tempat sampah.

Jika selama ini Radit hanya memanfaatkanku dan hanya menganggap aku sebagai wanita yang mudah diatur, maka aku akan membuktikan padanya bahwa ia salah memilih lawan.

Aku mengeluarkan ponselku, menghubungi nomor Radit.

"Halo, Sayang, baru aku mau menelpon. Apa kau merindukanku? Kau pasti menyesal menginap di rumah mami." Aku memutar mataku, tanganku meremas ponsel pabrikan Korsel itu dengan kencang.

"Aku tidak menyesal, justru aku sangat beruntung bermalam di sini. Aku menelpon cuma untuk bertanya," jawabku.

"Tanya apa? aku sudah makan, jika itu yang ingin kau tanyakan, tenang saja, aku sudah makan, beristirahat dan olahraga selama 5 menit, jangan khawatir aku sehat-sehat saja." Siapa juga yang khawatir padanya? Mau dia kepentok pintu, kesandung meja, atau dikejar anjingpun, aku tak peduli.

"Siapa Angel itu?"

"Malaikat. Ada Gabriel, Mikhael-" kalau dia ada disini mungkin ia sudah habis karena amukanku, siapa yang memintanya menyebutkan nama-nama malaikat?! Hari ini kesabaranku benar-benar dikuras oleh Radit.

"Bukan itu maksudku, apa kau memiliki mantan kekasih bernama Angel?"

"Oh, Angel ya? Hmmm... aku rasa tidak ada, tapi aku juga tidak yakin, aku sering melupakan nama mantanku. Kau tahu sendiri suamimu ini selalu laku keras."

"Iya, barang obralan memang selalu dicari," jawabku sarkas. Ingatan Radit memang tak bisa diandalkan, dengan orang yang pernah dicintainyapun ia bisa lupa, apalagi diriku yang menurutnya hanya butiran debu ini?

Crazy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang