tujuh belas

25.8K 2.1K 36
                                    

Setelah menghadapi mood Radit yang acak-acakan seminggu ini, aku harus bersabar sekali lagi saat Radit dengan tidak tahu dirinya mengajak sekretaris barunya yang genit itu ke rumah, ia bilang karena ia dapat tender besar maka kita harus merayakannya.

Kenapa harus dirayakan di rumah ini dan hanya mengundang sekretarisnya, bukan manajer atau direktur pemasaran atau resepsionis bahkan kenapa tak mengundang OB/OG saja?! Ini menjadi pertanyaan terbesarku yang tak kunjung dijawab oleh Radit.

Aku hanya memandang makananku sedari tadi, tak berniat untuk makan apapun meskipun aku yakin rasanya pasti enak, Radit yang memesan semuanya tadi. Aku baru pulang dari rumah Mami dan melihat rumah sudah tertata rapi dengan makanan yang begitu banyak tersaji di meja.

Aku memikirkan apa maksud Radit melakukan ini semua, jika memang ia mengadakan perayaan maka harusnya ia menggelarnya di restoran dan bersama staf yang lain bukan hanya bersama sekretarisnya. Sepertinya aku dulu tak diperlakukan seperti ini oleh Radit, makhluk itu selalu galak dan tegas padaku, mau ada tender sebesar apapun ia tak mengajakku makan malam di rumahnya, jangankan di rumah di lapak pedagang kaki lima pun tidak. Tak mungkin dalam semalam ia berubah menjadi makhluk royal nan dermawan.

Aku merasa dipoligami jika seperti ini, apalagi Radit dan wanita itu terlihat begitu akrab dan meninggalkanku diam sendiri, mereka mengobrol seolah aku adalah patung yang sengaja diletakkan disini sebagai pemanis ruangan.

Andaikan aku kuat, aku sudah membalik meja ini dari tadi. Wanita bernama Alexa itu terus saja menyentuh lengan Radit seolah tak ada istrinya yang sedang duduk cantik di sini. Posisi duduk Alexa memang bersebelahan dengan Radit, sementara aku duduk di hadapan Radit, posisi yang pas untuk melihat bagaimana radit justru merespon sentuhan dan guyonan garing wanita itu.

"Radit, aku mengantuk, aku tidur dulu." Tanpa menunggu jawaban Radit aku beranjak dari dudukku. "Dan Alexa kalau pulang jangan terlalu malam," tambahku sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.

"Mela, jika kau mau ke kamar, tolong lihat laci di samping tempat tidur, aku tadi meletakkan kotak merah di sana," ujar Radit saat aku masih di bawah tangga.

"Apa urusannya denganku?" tanyaku kesal.

"Itu untukmu." Jangan bilang kalau ia menyogokku agar aku mengizinkannya poligami. Dengan kesal aku naik menuju kamarku, menahan diri sekuat tenaga untuk tidak membanting pintu.

Karena penasaran, aku membuka laci yang dimaksud Radit, mencari kotak yang mungkin saja berisi sebongkah berlian untuk menyuapku agar mau dipoligami. Mau berlian sebongkah atau segunung, jika niat Radit poligami maka aku tak akan mengizinkannya. No! lebih baik aku dipulangkan ke rumah kontrakanku daripada dimadu.

Aku mengerjapkan mataku saat menemukan benda yang dimaksud Radit, di atas kotak berwarna merah itu ada kertas yang tertulis namaku. Aku membuka kertas yang terlipat rapi tersebut, membaca isinya....

Happy birthday, Istriku...

Ini kado untukmu, segera turun menemuiku setelah kau melihat apa isinya.

-Your very handsome and perfect hubby-

Ps: jangan marah, Baby, aku tak ada hubungan apapun dengan sekretarisku, i'll always be yours...

Aku meremas kertas tersebut membuangnya ke sembarang arah. Sialan, jadi Radit mengerjaiku sedari tadi? Awas saja jika hadiahnya tak berharga, aku akan minta tukar nanti.

Lagi, aku dibuat terkejut dengan apa yang aku lihat, sebuah gelang berbahan emas putih itu begitu menarik perhatianku. Gelang itu memang sederhana tapi aku ingat, aku sangat menyukai gelang ini sampai aku jarang melepasnya dulu, lalu ketika aku pertama bekerja di perusahaan Radit, aku kehilangan gelang ini dan tak menemukannya di manapun.

Radit menyuruhku kesana kemari membuatku begitu sibuk hingga tak memperhatikan gelangku yang terjatuh. Begitu aku sudah menyadari hilangnya benda itu, aku tak bisa menemukannya. Bahkan saat itu dengan takut-takut aku bertanya pada Radit, tapi ia bilang tak tahu dan membentakku untuk bekerja bukannya mencari gelang tak penting.

Sekarang, yang menjadi pertanyaan, bagaimana ceritanya Radit bisa menemukan gelang ini? Apa dia yang menyembunyikannya selama ini?

"Radit!" panggilku sambil turun untuk menemui si pembuat masalah. Rupanya Radit sudah menungguku di bawah tangga, tak hanya itu, Mami, Alex dan ketiga temanku juga berada di sana, mereka memakai topi kerucut dan terompet khas ulang tahun anak SD. Suasana makin riuh saat ketiga teman gilaku, meniup terompet mereka disertai tiupan peluit dari Alex.

Alexa tersenyum padaku, mungkin ia juga merasa bersalah telah ikut dalam drama yang diciptakan oleh Radit.

"Radit, kau mengerjaiku?" pertanyaanku dijawab pelukan oleh Radit.

"Selamat ulang tahun, Sayang." Setelahnya aku sudah seperti bola yang dioper kesana sini. Telingaku terasa sakit karena suara terompet dan peluit yang sengaja mereka berempat arahkan padaku. Entah kenapa Alex membawa peluit seperti tukang parkir, ketiga temanku pun tak kalah gila Lena, Dian dan Caca menumpahkan whip cream yang telah dicampur dengan kecap ke rambutku. Membuat rumahku kotor dan mendapat omelan panjang dari Radit.

"Mela, selamat ulang tahun, Sayang. Semoga di bulan ini Mami dapat kabar baik ya." Tentu aku tahu apa yang mami sebut sebagai kabar baik, ia pasti sedang membicarakan mengenai anak lagi. Seharian ini aku sudah bersama Mami dan sepertinya mami masih belum bosan untuk membahas hal itu. Andaikan mami tahu kelakuan anaknya yang tak bisa mengurus anak sama sekali.

Dengan wajah, rambut dan pakaian yang kotor dan berantakan aku tetap tersenyum senang, Radit beberapa kali memintaku untuk mandi dulu, tapi aku tak mengindahkannya.

"Dit, ini kan sudah malam, bagaimana kalau kita semua menginap di sini?" permintaan Alex langsung mendapat penolakan dari Radit. ia dengan teganya mengusir mereka semua setelah menghabiskan makanan yang tadi dipesan.

"Mela, cepat mandi."

"Tapi aku mau bertanya padamu, Radit."

"Aku tak akan menjawab apapun pertanyaanmu, jika kau belum mandi." Meskipun kesal, aku menuruti perintah Radit dan membersihkan tubuhku yang berbau kecap.

Aku tak berlama-lama di kamar mandi, aku sudah tak sabar ingin bertanya pada radit kenapa ia bisa menyimpan gelang itu dan kenapa ia mengerjaiku seperti tadi.

Radit masih menelpon seseorang saat aku keluar dari kamar mandi, ia melihatku dan langsung mematikan panggilannya.

"Radit, aku ingin bertanya."

"Pakai baju dulu, Sayang, aku tak bisa konsentrasi kalau kau hanya memakai handuk seperti itu." Lagi, aku harus menunda pertanyaanku, aku memilih baju dengan asal, membawanya ke kamar mandi dan memakai baju dengan kecepatan super.

"Radit, aku sudah mandi dan memakai baju, sekarang aku mau bertanya." Radit mengalihkan perhatiannya dari majalah otomotif yang sedang ia baca.

"Tanya apa?"

"Kenapa kau mengerjaiku seperti tadi?" aku memulai sesi tanya jawabku.

"Karena kau ulang tahun," jawab Radit singkat.

"Aku tahu itu, tapi kenapa harus melibatkan Alexa, bukannya mengerjaiku dengan hal lain, seperti menyiramku dengan air misalnya?"

"Aku ingin membuatmu cemburu."

"Aku tidak cemburu! Berarti kau gagal mengerjaiku." Radit menaikkan kedua alisnya, tak percaya dengan ucapanku.

"Kau cemburu, Istriku."

"Tidak! Aku tidak cemburu, titik. Pertanyaan selanjutnya, kenapa gelangku yang dulu pernah hilang ada padamu? Apa kau yang mencurinya?"

********

Sengaja dipotong meskipun ini bukan idul adha....

bye see y



Crazy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang