Aku bisa mendengar suara Radit yang berada di lantai atas, ia sedang sibuk membantu para pekerja untuk merenovasi kamar tamu kami. Tapi sepertinya suamiku itu menemukan hal yang tidak disukainya karena sejak beberapa menit lalu dia terdengar marah.
"Kan saya sudah bilang, box bayinya taruh di sini."
"Bapak Radit, boxnya hanya bergeser 10 senti dari tempat yang Anda minta."
"Saya mau boxnya di sini, ya harus di sini. Tepat di titik ini."
Aku memutar mataku, sejak kapan Radit jadi perfeksionis seperti itu. Semoga saja pekerja tidak lari karena ulah Radit ini. Jika tanpa mereka kamar itu tidak akan pernah jadi, Radit sama sekali tak bisa diandalkan, mengecat saja dia tidak bisa. Alasannya dia takut baju mahalnya akan terkena cat dan kotor.
Aku kembali melanjutkan kegiatanku membaca novel, sebenarnya, aku tidak terlalu suka membaca tapi ini lebih baik daripada menonton sinetron atau gosip. Novel berjudul 'Istriku Sider Cerita Dewasa' ini cukup menarik menurutku. Ada perasaan deg-degan yang kurasakan ketika sang tokoh wanita ini selalu membaca cerita di gadgetnya dengan sembunyi-sembunyi supaya tidak ketahuan suaminya.
Ada juga tingkah lucu sang suami yang berusaha untuk membongkar rahasia sang istri. Dia curiga dengan tingkah istrinya yang selalu senyum-senyum sendiri ketika membaca sesuatu di gadgetnya.
"Mela, apa kamu tidak mau sesuatu?" tanya Radit yang ternyata sudah turun dan kini duduk di sebelahku.
Aku menggeleng tanpa menoleh ke arah Radit. Aku tidak menginginkan apapun saat ini, buku yang kubaca sekarang dan secangkir teh sudah sangat sempurna.
"Apa kamu yakin, Sayang? Kamu tidak ingin makan apapun?" aku menggeleng lagi, meneruskan bacaanku sambil menyeruput teh.
"Sayang," panggil Radit. Aku hanya bergumam menjawabnya.
"Saayaaaanggg."
"Hmm," gumamku. Aku tidak mengerti kenapa Radit menggangguku waktuku. Kenapa dia tidak meninggalkanku sendirian? Biasanya juga dia main game online.
"Sayang lihat aku."
"Nanti saja," jawabku pendek. Aku tidak tertarik untuk bercakap-cakap dengan Radit. Setelah itu Radit masih belum menyerah untuk menggangguku. Dia mencolek pipiku, memanggil namaku berkali-kali, bahkan mencoba untuk tidur di pangkuanku sebelum aku mendorong kepalanya menjauh dari pahaku.
"Mela, aku suamimu, kenapa tidak diperhatikan?"
"Hmm, aku tahu," jawabku asal. Aku telah tiba di bagian klimaks cerita, sang suami akhirnya mengetahui hobi istrinya dan mereka bertengkar. Sang suami marah karena istrinya menyembunyikan sesuatu darinya dan sang istri menganggap ini hanya masalah kecil dan tidak perlu dibesar-besarkan. Tangan sang suami terangkat ia akan memukul istrinya-
"Mela, aku menghamili anak tetangga."
Aku berhenti membaca kemudian menoleh menatap Radit.
"Selamat," ucapku sebelum kembali melanjutkan ceritaku yang tertunda. Lagipula Radit ada-ada saja alasannya. Tetangga kami adalah duda, jadi dia tidak mungkin hamil, ada tetanggaku yang lain, mereka suami istri dan dan suaminya lebih tampan dari Radit, buat apa wanita itu mencari pria berwajah standar.
Radit merebut buku di tanganku, dia meletakkannya di belakang tubuhnya. Aku ingin memarahinya tapi terhalang dengan tangan yang telah menutup mulutku.
"Mela, apa susahnya memperhatikanku?"
"Hmmmmm." Aku tidak bisa bicara dengan tangan yang menutup mulutku. Radit menyadari hal itu dan langsung menarik tangannya.
"Aku sudah memperhatikanmu, sekarang kau mau apa?"