Jam telah menunjukkan pukul 17.30 WIB. Ku lirik bang Arkan yang masih terlelap dalam tidurnya. Mungkin dia lelah, setelah melewati siangnya dengan terus meledekku.
Aku beranjak dari kursi,menuju jendela besar yang ada di ruangan ini. Ku silangkan tanganku di dada, dan pandanganku jatuh pada gedung-gedung pencakar langit yang berdiri kokoh di sana.
Matahari mulai terbenam, meninggalkan torehan jingga di langitnya. Aku jadi teringat kala itu, saat aku melewati indahnya senja bersamanya. Bersama dia yang sedang ku perjuangan dalam doa.
Flashback on
Entah kenapa sore ini begitu cerah,secerah hati yang sedang menanti.
Aku duduk di sebuah kursi panjang di sebuah taman kecil di ujung komplek.menanti seseorang yang telah berjanji akan menemui ku di sini.
Aku menyesap segelas kopi hangat yang tadi sempat ku beli di cafe dekat taman ini.jujur saja saat ini jantungku bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Husna" panggilan itu membuat jantungku berdegup semakin cepat.pasalnya aku tahu betul siapa pemiliknya.
"Assalammualaikum" koreksi ku setelah dia mendaratkan tubuhnya tepat di samping ku.
"Waalaikum salam" sahutnya.
"Mau ngapain ngajak kesini?" Tanyaku to the point.
"Gak mau nawarin kopi dulu?" Dia melirik gelas kopi yang ada dalam genggaman ku.
"Enggak" sahutku ketus.
"Dih pelit"
Aku melirik ke arahnya, ekspresi wajahnya membuat bibirku sedikit tertarik.
"Biarin" aku kembali menyesap kopi itu, namun belum sampai mendarat sempurna, gelasku sudah di tarik olehnya.
"Gak boleh pelit"
Kini gelas kopi itu sudah berpindah tangan, namun aku tidak begitu saja membiarkannya menguasai kopi milikku.
"Punya gue" rengek ku sambil menarik gelas kopi yang ada di tangannya.
"Bagi"
sebisa mungkin dia menahannya.
Tapi aku masih bersikukuh untuk merebut kopi itu kembali."Gak mau ini punya gue"
"Bagi" Dia berusaha melepaskan gegamanku dari kopi itu. Tangan kanan ku berhasil di lepaskannya namun tangan kiriku masih bertahan di gelas itu. Ketika tangannya mencoba melepaskan tangan kiriku, kini tangan kananku yang beralih menggengam gelas itu.begitulah seterusnya sampai akhirnya....
Brakk...
Kopi itu jatuh.
"Yah" aku terdiam menatap gelas kopi yang isinya telah berceceran di tanah.
"Yah jatoh"
"Satrio......." Teriakku.
Rasanya mataku mulai memanas, pasalnya itu salah satu kopi favorit ku.
"Yah maaf banget" ucapnya, ada sedikit penyesalan yang ku dengar dari nada bicaranya.
Aku melipat ke dua tanganku di dada, bersandar pada sandaran kursi dan memajukan bibirku beberapa centi.
"Dih ngambek" kini posisi duduknya beralih menghadapku.
"Yaudah lagian kopinya udah jatuh. Sekarang mau ngapain ke sini" tanyaku ketus.
"Yaudah maaf dulu" dia menyodorkan jari kelingkingnya padaku.
"Udah ah cepetan, udah sore. Mau ngapain kesini?" Aku tak menghiraukan uluran jarinya.
"Makanya maaf dulu" dia sedikit menggoyangkan jarinya yang berada di hadapanku.
Dengan sedikit terpaksa aku menerimanya. "Yaudah apaan?" Tanyaku, setelah melepaskan jari kelingking ku darinya.
Dia bangkit dan malah meninggalkanku.aku mengerutkan dahi tak mengerti.
"Orang aneh, tadi ngajakin kesini, sekarang aku malah di tinggal pergi" batinku.
Namun tak berselang lama dia kembali lagi dengan sebuah bingkisan di tangannya.
"Nih" dia menyodorkan bingkisan itu padaku.
"Buat?" Tanyaku tak mengerti.
"Buat Lo, oon!" Dia menaruh bingkisan itu di pangkuanku.
Aku menatapnya yang kini berdiri tepat di hadapanku.
Sungguh aku masih tak mengerti."Itu isinya boneka panda, tadi gua lewat toko boneka, eh gak sengaja ngeliat boneka itu, terus gua ke inget elo.lo kan suka banget sama panda"
Mataku membulat sempurna mendengar penjelasannya. Sungguh aku sangat tidak menyangka. Seorang Satrio jauh-jauh datang kesini, nagjak ketemuan di sini cuma buat ngasih ini?
Ya Allah.
Flashback off.
Secara otomatis bibirku tertarik sempurna mengingat kejadian itu, dimana seorang yang telah lama ku kenal memberikan perlakuan yang lebih terhadapku, hanya padaku.
Namun kini keadaannya berubah, saat dia datang dalam kehidupanku dan Satrio, dan merubah semuanya.
Krek...
Ku dengar pintu ruangan ini terbuka, sontak membuat pandanganku beralih pada sumber suara.
Siapa ya kira-kira yang datang???
Pemasaran?:D
Tunggu kelanjutannya ya,
Jangan lupa tinggalkan jejak :P
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pilihan
Spiritualseandainya cinta bisa memilih kepada siapa ia akan jatuh, aku tidak akan pernah memilih mu