Aku pernah jatuh cinta pada hati yang salah. Cinta yang memberikan luka. Cinta yang sebenarnya tidak pantas disebut dengan cinta.
Aku pernah jatuh pada rasa yang salah. Rasa yang tidak seharusnya membuatku begitu nyaman.
Aku pernah tenggelam dalam zona persahabatan. Zona yang membuatku lupa bahwa kita hanya berteman.
Dan dari sanalah cintaku berasal, disaat persahabatan kita terlalu membuatku merasa nyaman kepadamu, hingga tumbuhlah rasa itu di dalam hatiku. Rasa yang ku sebut dengan cinta.
Tapi kau harus tahu, kau adalah mawar berduriku.
Kau tampan dan mempesona, namun ketika ingin memilikimu, aku akan terluka.-husna-
Awan tampak begitu nyata ketika dia lihat dari balik jendela pesawat.
Terlihat begitu putih suci dan tampak lembut.
Ingin rasanya tangan Husna menjangkau awan-awan itu, merasakan apakah awan-awan itu selembut seperti yang matanya lihat.
Tapi apa daya, itu sama saja baikan pungguk merindukan bulan.Sebuah buku dan sebuah pulpen masih berada dalam genggamannya.
Di bacanya lagi kata demi kata yang baru saja dia tulis.
Sejujur itukah tulisannya? Pikir Husna.
Tapi memang seperti itulah kenyataannya.
Satrio memang pantas di sebut dengan mawar berduri.
Satrio itu tampan, menyenangkan dan membuatnya begitu nyaman. Namun ketika Husna menyentuh hatinya, Husnalah yang terluka pada akhirnya.
Sama halnya dengan setangkai mawar.
Mawar itu indah, mempesona terkadang seseorang tergoda untuk memetiknya, tetapi ketika menyentuhnya orang itu akan terluka karena durinya.Ditutupnya buku itu, buku yang berisikan kata demi kata yang telah dia rangkai untuk mewakili isi hatinya. Buku yang berisi semua isi hantinya. Buku yang selama ini menjadi saksi bisu bagaimana tulusnya cinta Husna kepada Satrio.
Di sentuhnya permukaan buku itu, lembut. Selembut hatinya.
Buku itu di lapisi kain beludru warna hitam. Sederhana, tapi tampak begitu elegan.Arkan hanya menyimak setiap apa yang dilakukan adiknya sedari tadi.
Sebenarnya sangat berat ketika dia harus memisahkan Husna dengan kehidupannya yang selama ini telah dia jalani.
Tapi apa boleh buat. Ini adalah yang terbaik untuk adik perempuannya itu.
Meski sebenarnya dia tidak tega."Sudahlah, ikhlaskan. Kau akan memulai semuanya dengan kehidupan baru. Cinta sejatimu akan kau temui juga pada akhirnya. "
Arkan membisik pada Husna.Seketika Husna tersentak mendengar bisikan abangnya.
"Sudahlah tidak usah di bahas. Lupakan saja. " Jawab Husna."Abang ingin kamu tersenyum sebelum kita berpisah. Supaya Abang bisa tenang meninggalkan mu disana."
"Abang tahu, Abang itu terlalu so sweet untuk menjadi kakakku. Seharusnya Abang itu menjadi kekasihku." Celetuk Husna.
"Jangan bilang kalo kamu jatuh cinta sama abang?" Arkan menarik turunkan alisnya meledek Husna.
"Ngaco" Husna menepuk lengan Arkan.
"Tidak adakah wanita yang jatuh cinta dengan Abang?" Tanya Husna penasaran."Tidak ada!" Jawab Arkan ketus.
"Bohong, bukannya tidak ada yang jatuh cinta dengan Abang. Tapi abangnya yang terlalu menutup hati untuk mereka."
"Berisik jelek"Arkan membekap mulut Husna.
Adiknya itupun berusaha untuk melepaskan tangan abangnya yang kini membekap mulutnya.***
Kini laki-laki itu terlihat seperti orang yang sedang frustasi.
Nafsu makannya hilang, selera humornya pun lenyap entah kemana.
Hatinya sedang dirundung kegelisahan, berulang-ulang dia mengecek ponselnya.
Tidak adakah satu chat pun dari husna?
Tidak adakah balasan apapun dari bang Arkan?
Oh Tuhan, kenapa semua harus berakhir seperti ini?Tidak sudikah masa memberi waktu sebentar saja untuk dia menjelaskan semuanya?
Tidak sudikah ruang memberinya kesempatan untuk berjumpa lagi dengan Husna?
Haruskah semuanya berakhir begini saja? Tanpa kata maaf, tanpa penjelasan, dan tanpa kata selamat tinggal.Pecahan beling, dan patahan bingkai foto itu masih berserakan di kamar Satrio, selembar fotopun masih berada di antara serpihan-serpihan itu.
Di liriknya lagi selembar foto itu, foto yang mengabadikan momen dirinya bersama Husna.
Senyum yang begitu tulus dan ceria tergambar jelas di foto itu.
Senyum yang tidak menyimpan luka, senyum yang di keluarkan tanpa paksaan.
Senyum yang tujuh tahun lalu hampir membuatnya jatuh cinta pada sang pemiliknya.
Tetapi semua berubah ketika Husna mengenalkan sahabat perempuannya, sahabat yang sudah seperti saudara kandungnya, sahabat yang selalu menjadi tempat curhatnya.
Dan ketika itu, rasa Satrio mulai berpaling sebelum sempat di utarakan kepada Husna.Satrio pikir, gadis yang bernama Husna itu tidak mencintainya, hanya menganggapnya sebatas teman saja.
Tapi setelah Satrio mengetahui semuanya dia salah, salah besar. Ternyata gadis itu mencintainya bahkan cintanya lebih tulus dari pada sahabatnya.
Sekarang semuanya sudah terlambat, gadis itu telah pergi, pergi hanya untuk melupakan dirinya.Tidak ada lagi gadis yang selalu mengerti dirinya, yang selalu terima segala kondisi moodnya, yang selalu menghawatirkan dirinya, yang selalu menanyakan keadaannya, yang selalu mengingatkan ketika dia berada di jalan yang salah, yang selalu memahami apapun kondisi perasaannya.
Kini tidak ada lagi gadis yang berusaha membuatnya tertawa meski dia menahan air mata.
Tidak ada lagi gadis yang rela berusaha membuatnya bahagia meskipun dia menahan luka.Sebodoh itukah dirinya, melepaskan gadis yang begitu tulus mencintai dirinya hanya karena keegoisannya semata.
Akankah gadis yang bersamanya sekarang akan setulus gadisnya yang saat ini jauh disana?Jika boleh jujur, Satrio tidak pernah Sekacau ini sebelumnya, dia tidak pernah sedilema ini sebelumnya. tapi kenapa saat ini dia begitu kacau, begitu dilema, begitu galau, hingga membuat dirinya seperti seseorang yang sedang frustasi?
Dan kenapa baru sekarang dia menyadari semuanya di saat semua ini sudah terlambat.Entah dimana dirimu berada, hampa terasa hidupku tanpa dirimu.....🎼🎼🎵🎶💔
Sedih gak si?😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pilihan
Spiritualseandainya cinta bisa memilih kepada siapa ia akan jatuh, aku tidak akan pernah memilih mu